Hari Kartini dan Resolusi Digital

Parenting & Kids

Ficky Yusrini・21 Apr 2021

detail-thumb

Sebagai ibu, momen hari Kartini ini menjadi momen tepat untuk merefleksikan kembali apakah sudah tepat pola pengasuhan dan pendidikan kita ke anak terutama dalam sisi digital!

Berhubung eranya milenial, ditambah lagi pandemi sehingga seluruh hidup kita pindah ke digital, maka refleksi yang tepat untuk masa sekarang adalah refleksi digital. Sudahkah kehidupan digital kita dan anak berjalan dengan aman dari sisi siber sekuritas maupun dari sisi mental? Walaupun berkali-kali suami sering menceramahi saya tentang keamanan digital, tapi belum sepenuhnya saya jalankan (repot, guys!). Dan karenanya, kehidupan digital anak juga lebih banyak tergantung pada aturan yang saya buat. Saya membuat catatan ini sebagai ‘janji’ untuk diri sendiri.

Resolusi digital antara lain:

Saya tidak tergoda dengan click bait

Promo hadiah dari resto fastfood ternama, kuota gratis, sepatu lari gratis, menang undian, dan sebagainya, yang sering saya temukan di WA maupun media sosial, tak sedikit yang merupakan click bait. Bagaimana tahunya kalau itu bohongan? Ketika terlihat too good to be true, itu artinya kabar bohong dan bisa jadi itu phising. Ada banyak kejahatan siber yang tidak bisa saya remehkan, hanya karena saya belum pernah jadi korban. Saya perlu belajar lagi memahami link apa yang bisa termasuk jebakan click bait, cara penyamaran tautan, maupun lampiran berbahaya yang tidak boleh dibuka.

Gunakan kata sandi yang kuat

Paling malas berurusan dengan password. Siapa yang tiap kali buka akun harus klik ‘forget password?’ Wkwkwk. Itu terjadi pada saya. Maunya yang praktis saja. Satu password gampang untuk semua akun. Mudah diingat dan antigagal. Ternyata kebiasaan ini berbahaya. Sandi adalah informasi sensitif yang menjadi kunci untuk masuk ke seluruh aset digital kita. Bayangkan, aset digital itu seumpama rekening bank kita, pasti kita akan lebih berhati-hati. Nah, akun digital ini jauh lebih berharga lagi dari rekening bank, sebab bahkan rekening bank kita pun menjadi bagian di dalamnya. Saran dari suami saya, jangan pernah menggunakan kata sandi yang sama untuk setiap akun. Supaya praktis, gunakan aplikasi pengelola kata sandi. Contohnya, Bitwarden, Lastpass, atau Keepass.

Saya akan memastikan keamanan dalam berseluncur

Untuk memastikan keamanan dalam berseluncur selalu gunakan https://, memperbaharui perangkat lunak dan sistem operasi, dan hanya menggunakan jaringan Wifi yang menawarkan perlindungan sandi. Saya juga akan lebih waspada terhadap tanda-tanda malware, seperti pop-up, layar biru, dan sistem melambat.

Saya akan menjadi kapten dari akun media sosial saya, bukan diperbudak olehnya

Saya akan belajar menggunakan kontrol privasi dan keamanan yang tersedia. Saya akan membatasi waktu dalam berseluncur di media sosial, melihat kabar terbaru teman dan berita seperlunya. Saya tidak akan berambisi menambah follower dan mencari like sebanyak-banyaknya, sebab saya sudah tahu tujuan hidup saya. Saya juga akan lebih selektif dalam memilih konten yang akan saya buka, karena waktu yang saya habiskan untuk itu begitu berharga. Begitupun dengan anak, menjadi tanggung jawab saya untuk mendidiknya tentang bagaimana beraktivitas secara sehat dengan media sosial. Saya akan terus mengingatkan dan mendisiplinkan anak dengan media sosialnya.

BACA JUGA: 4 KECERDASAN DIGITAL YANG WAJIB DIMILIKI SI KECIL

Saya hanya akan membagikan informasi seperlunya

Lebih berhati-hati dalam membagikan informasi di media sosial. Tidak sembarang membagi informasi yang bersifat personal, baik tentang diri, anak, maupun keluarga. Saya sadar bahwa apa yang saya posting, akan menjadi milik publik dan selamanya akan ada di dunia digital. Sekali ter-publish, tidak lagi dalam kendali saya. Saya tahu semakin banyak informasi pribadi yang saya ungkap, itu artinya semakin saya mengekspos diri pada risiko, pencurian identitas, peretasan, atau mempermalukan diri di depan umum.

Saya akan lebih aware dengan kejahatan dunia maya

Mereka yang punya niat jahat di ranah digital, dapat menggunakan semua cara, memalsukan akun media sosial, memalsukan nomor WA untuk menghubungi teman-teman saya, masuk ke e-mail saya, maupun ke nomor telepon. Saya akan lebih waspada terhadap tindakan mencurigakan yang berhubungan dengan digital, selalu berusaha untuk memverifikasi jika ada sesuatu yang aneh, baik dalam aktivitas saya maupun aktivitas digital anak.

Saya akan membatasi dan mengawasi penggunaan gadget pada anak

Berhubung sekolah online, anak sudah terpapar gadget untuk waktu yang cukup lama. Akan tetapi, saya harus memberi fleksibilitas pada metode sekolah. Di luar kepentingan belajar, sebisa mungkin saya batasi hanya pada jam tertentu. Belum lagi, secara berkala, saya akan mengecek gadget-nya untuk memantau apa saja aktivitas yang ia lakukan. Sebelum ia dewasa, ia belum punya privasi dengan gadget-nya. Sulit sekali praktiknya, tapi ini akan menjadi komitmen saya.

Bagaimana dengan Anda?

Photo by Jonas Leupe on Unsplash