Siapa bilang ibu menyusui nggak boleh diet? Ibu menyusui boleh diet dan turun berat badan maksimal 0.5 kg per minggu selama di bawah pengawasan dokter atau ahli gizi.
Selama mengikuti kaidah yang berlaku, menurut Hersanti Sulistyaningrum, S. Gz,M.Gz, ibu menyusui boleh diet, kok. Apalagi bila setelah melahirkan tergolong obesitas. Seringkali orang suka salah kaprah dengan arti diet. Diet diidentikkan dengan pengurangan jumlah makanan atau minuman yang dikonsumsi. Padahal, diet itu adalah mengatur jumlah, jadwal, dan jenis asupan. Dari sini sudah paham, ya?
Bagaimana cara mengaturnya? “Bisa dengan mengatur jenis makanannya, bisa juga dengan mengatur persentase jenis zat gizinya. Kalori sendiri bisa didapat dari jenis karbohidrat, protein, lemak. Nah, persentase ini yang diatur,” jelas Hersanti.
Baca juga: Kontroversi Buku Diet Tya Ariestya
Memang ada pengaruh antara jumlah ASI yang diproduksi dengan pembatasan makanan. Apalagi kalo asupan kalorinya rendah. Jadi kalau kata Hersanti, boleh ‘nyicil’ nurunin berat badan, tapi ada syaratnya.
Pada dasarnya, kalori yang dibutuhkan setiap orang berbeda-beda, tergantung jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, usia, serta aktivitas fisiknya. Pengaturan makan untuk ibu menyusui bergantung dari BMI atau Body Mass Index si ibu sebelum hamil. Asupan harian yang dibutuhkan saat ibu sedang menyusui adalah total energi expenditure saat sebelum hamil, lalu ditambah 400 kalori agar ASI tetap cukup memenuhi kebutuhan bayi.
Sebagai contoh, seorang ibu sebelum hamil, memiliki BMI dengan kategori normal, biasanya kebutuhan kalorinya sebesar 1900 kkal, sehingga saat menyusui yang ia butuhkan 1900 kkal ditambah 400 kkal, total jadi 2300 kkal per harinya.
Jika sebelum hamil seorang ibu sudah obesitas, hitungannya harus disesuaikan. Dietnya nggak bisa main kira-kira sendiri. Harus konsultasi ke ahli. Buat ibu menyusui, maksimal penurunan berat badan 0,5 kg per minggu. Jadi jelas, diet pada ibu menyusui itu sangat mungkin dilakukan selama dilakukan di bawah pengawasan ahli. Karena diet sembarangan, lalu mengurangi asupan harian, sudah pasti berpengaruh pada produksi ASI.
Baca juga: 7 Makanan Yang Terbukti Secara Ilmiah Mencerahkan Kulit