banner-detik
WORK & CAREER

5 Alasan Wajib Menyalakan Kamera Saat Virtual Meeting

author

Sisca Christina01 Mar 2021

5 Alasan Wajib Menyalakan Kamera Saat Virtual Meeting

Sebelum mematikan kamera, cek dulu alasan mengapa kita wajib menyalakan kamera saat virtual meeting. 

Belum lama ini, saya melakukan dua virtual meeting berturut-turut. Yang pertama dengan calon klien, yang kedua dengan calon vendor. Di rapat tersebut, terjadi hal yang sama yang membuat saya cukup terganggu: calon klien dan calon vendor yang belum pernah saya kenal sebelumnya sama-sama menutup video di sepanjang rapat! Dari awal sampai akhir selama satu jam lebih saya nggak tahu saya bicara sama siapa. Lalu saya pikir, kalau begini, kenapa nggak conference call aja?

Menurut saya pribadi ini jadi kurang etis, ya. Saya menganalogikannya begini: saat rapat tatap muka, memang bisa salah satu peserta ngumpet di ruangan sebelah? Kan, nggak mungkin! Salah satu tujuan rapat selain utamanya untuk urusan bisnis, juga membangun jaringan dan hubungan bisnis dengan cara berkenalan. Lha kalau orangnya ngga kelihatan mukanya, gimana mau kenal?

Alasan Mengapa Kamera Harus Menyala Saat Virtual Meeting

Ini beberapa alasan mengapa kamera harus menyala selama virtual meeting.

Alasan 1: Menunjukkan kepercayaan diri

Belum mandi dan merasa kumel buat nunjukin diri di depan kamera? Harusnya nggak jadi alasan, ya. Sebab, meskipun virtual, biasanya meeting tetap sudah dijadwalkan. Jarang banget seseorang membuat jadwal meeting mendadak saat itu juga. Pasti janjian dulu, ngecek jadwal masing-masing. Saya sendiri meeting paling mendadak terjadi sekitar 4 jam sebelumnya. Thanks to virtual meeting, nggak perlu makan waktu di perjalanan, jadi meeting mendadak malah jadi memungkinkan. Tapi, toh tetap ada waktu untuk ganti baju dan merapikan diri. Belum sempat mandi? Nggak masalah, minimal cuci muka, oles bedak tipis-tipis biar kelihatan segar. Menampakkan diri di depan kamera menunjukkan kita percaya diri, lho!

Alasan 2: Berguna untuk menangkap isyarat non-verbal

Benar, sih, tujuan utama menyelenggarakan conference call adalah untuk berdiskusi kelompok. Jadi, bisa berbicara, mendengar dan didengar dengan jelas pada dasarnya sudah cukup produktif. Namun, tanpa melihat anggukan setuju sesekali, gelengan kepala kebingungan, dan senyuman penghargaan, komunikasi menjadi terbatas. Isyarat non-verbal adalah bagian penting dari komunikasi, tapi nggak mungkin terjadi jika kamera nggak diaktifkan. Faktanya, mengaktifkan kamera selama konferensi bisa memaksimalkan saluran komunikasi dengan menambahkan lebih banyak sentimen dan ekspresi yang membumbui diskusi.

Alasan 3: Meningkatkan keterlibatan dalam rapat

Dengan menyalakan kamera, kita berada dalam pandangan dan pikiran orang lain, dan sebaliknya. Adanya kontak mata saat rapat, menunjukkan kita ikut terlibat dalam diskusi tersebut, dan bukan “melayang” ke mana-mana, atau malah “nyambi” mengecek email atau pekerjaan lain. Coba deh lihat langsung ke arah kamera, ini memberi kesan bahwa kita berbicara langsung kepada mereka. Inilah “kontak mata virtual” yang sesungguhnya.

Alasan 4: Membuat tim jarak jauh lebih terhubung

Memang interaksi tatap muka itu paling efektif. Tapi sekarang, virtual meeting sudah jadi tren baru dalam pertemuan. Oleh karena itu, harus dibuat seefektif mungkin. Salah satunya dengan menyalakan kamera. Ini satu-satunya cara “tatap muka” paling dekat dengan jarak yang jauh dengan anggota lainnya. Secara psikologis, melihat seseorang di layar mendorong hubungan manusiawi yang lebih autentik.

Alasan 5: Menjaga etika dalam hubungan kerja atau bisnis

Buat kolega yang belum pernah kita temui secara langsung, melihat mereka secara online akan menghilangkan kesan "asing" saat kita bisa mengenali satu sama lain dan melihat ada manusia lain di seberang sana. Ini juga salah satu cara untuk memulai hubungan. Kalau “ngumpet”, bagaimana mau kenal? Suatu waktu ketika bertemu, jadi nggak bisa bertegur sapa karena nggak pernah lihat wajahnya.

Boleh mematikan kamera, asal..

Jadi, nggak boleh mematikan kamera sama sekali saat rapat? Boleh, kok, tapi ada aturan mainnya. Tidak bisa dipungkiri, gangguan dari sekitar terkadang sulit dihindari saat meeting. Misalnya aja tiba-tiba anak merengek, atau kita harus bicara dengan anggota keluarga lain di rumah. Nah di saat seperti itu, kita bisa mematikan kamera sejenak, dan menyalakannya kembali jika situasi sudah kondusif.

Ini aturan main mematikan kamera saat meeting:

  • Mematikan kamera di kala tertentu saja, misal ada gangguan atau ada keperluan meninggalkan tempat.
  • Meminta ijin jika kamera benar-benar tidak bisa menyala sama sekali.
  • Anggota-anggota meeting sudah dikenal, bukan orang yang baru dikenal sama sekali. Ini pun sebaiknya tetap mohon ijin untuk tidak menyalakan kamera, agar anggota meeting lainnya merasa dihargai.
  • Menghadiri webinar atau virtual talk show, di mana komunikasi hanya terjadi satu arah, yaitu dari pihak nara sumber saja, dan tidak ada interaksi dengan peserta di dalam acara tersebut.
  • Dari penelitian yang dilakukan oleh Michael A. Cohen, Todd S. Horowitz dan Jeremy M. Wolfe yang diterbitkan secara online pada Maret 2009 di Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States berjudul "Pengenalan auditori lebih rendah dari memori pengenalan visual", mereka menyatakan: "Jelas dari hasil ini bahwa kinerja memori pengenalan pendengaran jauh lebih rendah daripada memori pengenalan visual."

    Selain itu, James Bigelow dan Amy Poremba juga menerbitkan studi yang berjudul “Telinga Achilles? Memori Jangka Pendek dan Rekognisi Manusia yang Inferior dalam Modalitas Pendengaran", yang di dalamnya menyebutkan pepatah Cina kuno: "Aku mendengar, dan aku lupa... Aku melihat, dan aku ingat."

    Jadi, sains pun mendukung kita untuk menampakkan diri saat rapat. Mulai sekarang, saat virtual meeting, jangan lupa menyalakan kamera, ya!

    Baca juga:

    5 Sumber Penghasilan Baru Setelah Kehilangan Gaji Tetap

    INFOGRAFIK: Efek Pandemi Terhadap Ibu Bekerja

    Foto: freepik.com

    Share Article

    author

    Sisca Christina

    Ibu dua anak yang berprofesi sebagai digital nomad, yang juga suka menulis. Punya prinsip: antara mengasuh anak, bekerja dan melakukan hobi, harus seimbang.


    COMMENTS


    SISTER SITES SPOTLIGHT

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan