Memutuskan untuk resign dari dream job untuk jadi full time mom bagi Cello, Maria Vega Artanti kini lebih bahagia dan bisa kembali ke passion-nya.
Sempat bekerja sebagai Country Sales Leader di IKEA Indonesia, Maria Vega Artanti, ibu dari Marcello Tristan (5 tahun), pada akhirnya memutuskan untuk resign dari pekerjaan impian karena merasa prioritas hidup berubah seiring jalannya waktu. Ikhlas melepas karir yang sudah dirintis sekitar 15 tahun demi mendampingi anak yang sedang dalam periode golden age, kini dia mengarungi hidup dengan lebih bahagia. Bahkan wanita yang biasa dipanggil Vega ini lebih punya waktu untuk berbagi ilmu melalui akun Instagram @mariavega.artanti tentang tips desain dan interior rumah. Menurutnya berbagi ilmu itu nggak pernah ada ruginya.
Tahun 2006 saat bekerja di Goodrich Indonesia sebagai Account Executive, saya sering business trip ke Singapore. Setiap kali ke sana, setiap kali itu juga saya mengunjungi IKEA Store. Dulu, Indonesia belum punya IKEA, sehingga kunjungan saya ke sana sungguhlah menyenangkan. Saya suka dengan produk-produknya dan konsep offline store-nya. Very inspiring! Buat saya dan teman-teman yang ‘anak desain’ (Vega lulus dari Fakultas Teknik Arsitektur Unika Soegijapranata Semarang tahun 2005) katalog IKEA suka kami jadikan referensi atau inspirasi desain.
Di tahun 2012 mulai, deh, dengar-dengar kalau IKEA mau masuk Indonesia. Duh, duh, siapa, sih, yang nggak ingin kerja di IKEA, the well known global home furnishing retail company. Dan sejak dengar kabar itu saya bertekad untuk bisa kerja di IKEA Indonesia once dia buka di sini. Puji Tuhan dan bersyukur banget di Maret 2014, saya diterima kerja di IKEA Indonesia sebagai Home Furnishing Business Manager untuk Alam Sutera Store.
Tahun 2020 memang tahun yang challenging buat semua orang, tak terkecuali saya. Selama pandemi dan work from home secara penuh, banyak hal yang terjadi. Dalam satu waktu semuanya numpuk. Yang dikejar deadline pekerjaanlah, online meeting-lah, mendampingi anak school from home, dan gongnya ART pulang kampung dan tak kembali. Mulai stres, dong, ya. Waktu itu saya sendiri masih kurang sabar menghadapi anak.
Tapi di sisi lain saya juga melihat semuanya dari perspektif berbeda. Kok, Cello jadi lebih dekat sama kami, lebih bahagia menghabiskan waktu sama ayah ibunya di rumah, dan saya bisa melihat lebih banyak perkembangan Cello secara langsung. Saya pikir, ya, sudah saya saja yang mengurusnya, nggak perlu orang lain. Saya lalu putuskan untuk resign. Tough decision. Tapi saya nggak mau melewati masa tumbuh kembangnya di golden age ini, dan saya nggak mau menyakiti hati anak saya lagi dengan ketidaksabaran saya dulu. Saya mau belajar lebih baik lagi buat Cello. I stepped back from work life to take care of my loved ones. Ikhlas untuk melepas semua yang sudah saya bangun dan rintis di IKEA. Saat ini saya lebih happy karena punya lebih banyak quality time dengan Cello, dan yes, bisa balik lagi ke passion saya, yaitu desain.
Baca juga: Untuk Ibu Rumah Tangga Yang Ingin Kembali Bekerja, Jangan Ragukan Kualitas Kalian
Rumah impian bukan masalah besar atau kecil, tetapi bagaimana kita merasa nyaman tinggal di dalamnya, bisa jadi diri sendiri dengan melakukan segala aktivitas di dalamnya, sesuai dgn apa yg kita butuhkan. Selalu ada keterikatan antara rumah dengan penghuninya. Biar kita happy, ya, rumah juga harus dibikin happy. Salah satu cara bikin rumah nyaman dan happy, ya, dengan rajin beberes dan menata rumah.
Dari kecil anak kami, selalu diajarkan untuk membantu orang tuanya, salah satunya dengan membereskan mainannya sendiri setelah selesai digunakan. Puji Tuhan berjalan sampai sekarang. Selain itu mungkin karena Cello sering melihat Ibunya di rumah menata barang-barang dan mendekor rumah, dia jadi belajar untuk menata rapi mainannya di storage. Menanamkan kebiasaan baik sejak dini penting juga buat tumbuh kembang anak supaya bisa jadi pribadi yang baik.
Selain mengerjakan beberapa project desain arsitektur dan interior sebagai kerja sampingan full time mom, saya juga aktif sharing tentang rumah kami yang baru saja direnovasi melalui akun Instagram saya. Niat awal, sih, sharing aja, ternyata feedback yang saya dapat cukup baik. Senang rasanya kalau apa yang saya share akhirnya bisa menjadi inspirasi buat orang lain. Berbagi ilmu itu nggak pernah rugi. Ada saja berkat dan feedback positif yang saya dapat. Bersyukur. Sharing is caring. Kalau sampai akhirnya sekarang beberapa kali ada tawaran endorsement, itu saya anggap bonus untuk disyukuri.
Yang pertama dilakukan dalam mengisi interior atau home furnishing adalah fokus dulu terhadap kebutuhan sesuai dengan fungsi-fungsi tertentu yang ingin kita capai di rumah, utamanya dalam mewadahi aktivitas kita. Cara hidup setiap orang, kan, berbeda. Dengan situasi hidup yang berbeda (single, menikah, menikah tanpa anak, menikah dengan anak) tentunya solusi yang dibutuhkan di dalam rumah pun bisa berbeda. Jadi penting untuk tahu apa yang kita butuhkan di rumah.
Selanjutnya, personalized your home! Ketika mendesain rumah, salah satu hal yang paling menantang adalah nggak cuma bagaimana caranya bikin rumah kita cantik, tapi bagaimana rumah juga terasa mewakili kita, mencerminkan karakter kita sebagai pemilik rumah. Tampilkan karakter Anda di rumah Anda sendiri. Filling your home with things only spark joy to your soul. Surround your home with things you love. That's one simple way to start creating a place called HOME.