Hampir satu tahun di rumah tapi bonding dengan anak nggak ada kemajuan. Jangan-jangan karena kita melakukan 8 kesalahan saat melakukan bonding dengan anak.
Berbeda dengan ikatan darah yang terjadi otomatis antara orang tua dan anak, bonding tidak demikian. Bonding perlu dipupuk agar ikatan emosi antara orang tua dan anak semakin kuat. Kuatnya bonding membuat relasi orang tua dan anak semakin baik, dan ini adalah hal fundamental bagi tumbuh kembang semua anak.
Mba Ayoe Sutomo, M.Psi, Psikolog, seorang psikolog anak, remaja, dan keluarga menjelaskan bonding adalah ikatan emosi yang bersifat menetap antara orang tua dengan anaknya. Bonding bisa dibangun sejak si kecil masih di dalam kandungan.
Agar bonding menjadi berkualitas, harus dilakukan dengan fokus, sepenuh hati, penuh perhatian, tidak terdistraksi berbagai hal, dan dilakukan secara konsisten. Nggak perlu seharian penuh atau berjam-jam juga, kok. “Cukup 15 hingga 30 menit per hari asalkan konsisten setiap hari dan dengan sepenuh hati, bisa menciptakan relasi yang berkualitas antara orang tua dan anak,” lanjut Mbak Ayoe.
Terkadang sudah mengalokasikan waktu bonding tapi rasanya ikatan dengan anak begitu-begitu aja, nggak tambah erat dan hangat juga? Coba cek, mungkin saja caranya salah.
Repot merencanakan aktivitas bersama anak
Momen bonding kadang disalahartikan sebagai kegiatan yang harus istimewa sehingga membuat orang tua berpikir harus direncanakan banget, ambil cuti dan pergi liburan. Padahal nggak seperti itu. Momen bonding bisa banget didapat dari kamar tidur lalu “kruntelan” sama anak-anak. Nggak perlu dari kamar hotel!
Kurang fokus, banyak distraksi
Lagi dampingi si kakak, tiba-tiba harus balas email. Baru mulai membacakan cerita, ada telepon masuk. Saat ngobrol berdua, ada kurir berteriak: “misi, pakeeettt”. Ini kapan bondingnya? Keganggu terus dengan urusan perintilan. Persiapkan diri secermat mungkin sebelum memulai aktivitas bersama anak. Pastikan urusan-urusan yang genting sudah selesai, silent handphone sesaat, dan titiplah pada ART jika ada kurir datang. Ingat, distraksi bisa memutus kebersamaan dengan anak.
Masih pegang gadget saat melakukan kegiatan dengan anak
15-30 menit nggak ngecek handphone nggak bakal diteror juga, kali. Jauhkan gadget saat bonding dengan anak supaya mommies nggak resah mau nengok handphone terus menerus. Selain itu, pilih waktu bonding di jam istirahat, sebelum bekerja atau sesudah bekerja, supaya pikiran juga lebih tenang.
Memaksa anak melakukan aktivitas yang dipilih orang tua
Jangan putuskan anak mau bermain apa. Tetapi, libatkan anak dalam memilih aktivitas yang ingin dia kerjakan. Anak jadi belajar mengambil keputusan. Tentunya, ia juga akan lebih semangat melakukan kegiatan atas pilihannya sendiri. Jadi, jangan bilang: "Hari ini kita menyusun puzzle ya, Nak!” melainkan bertanya: “Hari ini kamu mau menyusun puzzle atau menanam cabai? Atau mungkin kamu ada ide lain?”
Baca juga: 8 Hal yang Perlu Diingat Ayah & Ibu Saat Membesarkan Anak
Sering menginterupsi
Berikan anak lebih banyak kesempatan untuk berbicara. Buatlah ia merasa didengar. Tidak perlu sedikit-sedikit mengoreksi apa yang ia sampaikan. Ketika anak merasa didengar, ia merasa diterima, dan bisa merasakan relasi positif dengan orang tuanya. Ini bermanfaat bagi pondasi psikologis anak. Orang tua pun jadi lebih mudah untuk memasukkan nilai-nilai yang ingin ditanamkan pada anak.
Tidak tahu apa yang perlu distimulasi
Penting banget buat orangtua untuk memahami tahapan perkembangan anak sudah sampai di mana. Sehingga, kegiatan yang dilakukan disesuaikan dengan usia, kemampuan, kebutuhan stimulasi anak, hingga mood anak.
Kurang variasi
Saat ruang gerak menjadi terbatas seperti saat pandemi ini, orang tua dituntut lebih kreatif menciptakan kegiatan beragam. Misalnya, pindah ruangan, dari di dalam jadi di teras. Kalau biasanya lebih sering duduk, perbanyak lompat atau gerak fisik. Sesekali biarkan rumah kotor dan berantakan, sepanjang kegiatan yang dilakukan bisa memberi stimulus terhadap tumbuh kembang anak.
Terbawa arus tekanan di masa pandemi
Pandemi membawa tekanan psikologis yang berbeda-beda pada setiap individu. Mulai dari takut terpapar virus, jenuh di rumah, masalah keuangan dan pekerjaan, pertengkaran dengan pasangan, sulit mengatur waktu dan batasan WFH di rumah, hingga tidak nyaman dengan diri sendiri. Ketika orang tua nggak nyaman dengan diri sendiri, maka akan sulit membuat anak merasa nyaman. Ambillah momen untuk merenung dan menenangkan diri. Namun, ingatlah untuk merajut kembali waktu-waktu bersama anak.
Bonding yang tepat akan membuat anak merasa dicintai dan merasa relasi dengan orang tuanya adalah relasi yang aman. Relasi dengan orang tua adalah cerminan bagi anak untuk melihat relasinya ke seluruh dunia. Karena merasa aman, anak jadi lebih berani mengeksplor lingkungan. Kelak, ia tumbuh menjadi pribadi yang lebih mandiri, berani, punya banyak inisiatif dan percaya diri.
Waktu terus berjalan, dan anak-anak akan semakin besar. Jangan sampai kita kehilangan waktu-waktu berharga dengan mereka. Setuju, mommies?
Baca juga:
7 Hal Wajib untuk Ortu Agar Anak Mampu Kelola Marah dengan Baik