Sorry, we couldn't find any article matching ''
Pelajaran Berharga dari 2020 Menurut Para Ibu Bekerja
Ini refleksi mereka tentang menjadi ibu bekerja, menghadapi pandemi, dan menjadi pribadi yang lebih baik.
Dalam setiap musibah, selalu ada berkah. Tahun 2020 adalah tahun dengan episode-episode berisi plot yang tak pernah kita bayangkan sebelumnya. Siapa pernah menyangka, sekolah-sekolah tutup, pekerjaan kantor dikerjakan dari rumah, bepergian dibatasi ketat, jam malam diberlakukan, seluruh bisnis dan usaha mengalami jungkir balik. Ya, tahun ini penuh jungkir balik.
Terutama buat para ibu, yang menjadi sandaran keluarga. Tuntutan kantor yang kian tinggi ditambah situasi rumah yang menantang. Kudos untuk Anda semua yang telah berhasil melewati momen-momen berat di tahun ini, menuju tahun yang baru, 2021. Walaupun, kita belum bisa bilang lega, karena pandemi masih entah sampai kapan, setidaknya di tahun yang baru ini kita sudah punya bekal refleksi, pelajaran-pelajaran yang bisa diambil dari momen krisis tahun lalu, untuk memperkuat diri kita di tahun 2021.
Begini, kata para ibu bekerja:
Pengalaman dan inovasi baru dalam belajar dan mengajar. Menghadapi mood belajar anak yang naik turun, belum lagi kalau tantrum, sungguh cobaan berat. Sebagai guru, saya jadi lebih bisa merasakan kerepotan para orang tua murid di rumah. Tahun 2020 juga memberikan pengalaman mengajar yang berbeda, memaksa saya untuk lebih melek teknologi, karena pembelajaran dilakukan berbasis teknologi. Ditambah tantangan tempat saya mengajar yang sangat terkendala sinyal, kondisi ekonomi peserta didik yang penuh keterbatasan, sehingga memaksa guru harus betul-betul mencari metode pembelajaran yang pas. Berat dan melelahkan, tapi saya menemukan kebahagiaan tersendiri karena merasakan kedekatan yang berbeda dengan murid. Meski berjauhan secara fisik, tapi interaksi dengan murid bisa tetap dekat. Murid tidak sungkan untuk chat Whatsapp dengan saya. “Bu, kumaha, iraha belajar, ini materi kok susah dipahami, kuota hanya cukup untuk chat, nggak bisa masuk link absen, google classroom?” - Lilis Indraningsih, Guru SMA Negeri Garut
Kebersamaan keluarga dan pendidikan anak adalah prioritas saya, dan tahun 2020 memberikan kedua hal tersebut. Gara-gara pandemi, untuk pertama kalinya perusahaan asuransi tempat saya bekerja membuat sistem penjualan asuransi dan sistem perekrutan anggota menjadi online. Jadi, saya pun tidak perlu wara wiri keliling Jakarta lagi untuk jualan asuransi. Saya bisa lebih intens mendampingi homeschooling kedua anak saya. Sebelumnya, waktu saya nyaris lebih banyak di luar rumah, walaupun tetap jauh lebih fleksibel ketimbang menjadi karyawan kantoran. - Priska Widiyanto, Agen Asuransi Prudential.
Pelajaran yang saya peroleh dari 2020, saya belajar tenggang rasa, manajemen waktu, dan teamwork. Ketiga hal ini berlaku, baik di kantor maupun di rumah. Dulu, suka lupa tenggang rasa ke anak dan suami. Sering kekeuh dengan kalimat “Aku, tuh, capek di kantor" ke suami dan orang rumah, bahkan suka tanpa sadar ngomong ke anak juga, meski dia belum mengerti. Tapi, semenjak pandemi, saya baru menyadari bahwa kami sama-sama capek. Anak saya yang baru 2 tahun ini belum paham ibu kerja, dia tahunya ibu ada buat jadi teman main. Sekarang, saya berusaha bisa backup tugas suami, dan lebih ketat menerapkan manajemen waktu selama jam kerja agar bisa jadi teman main anak dan mengurus rumah. Capek, sih, tapi karena dibangun dari tenggang rasa dengan suami, kami bisa jadi teamwork yang kompak. Capeknya badan saja, hatinya, sih, happy 🙂. – Asmaya malihayati IT System Analyst di Digital Marketing Agency
Tetap produktif. Tidak bisa kemana-mana, membuat saya jadi punya hobi baru, yakni baking. Cobain resep-resep yang roti yang sedang hit, lalu saya posting di media sosial. Kegemaran baru ini ternyata membawa berkah, peluang usaha baru. Banyak teman yang tertarik dan memesan roti pada saya. Berhubung situasi kantor yang semakin tidak kondusif kondisi finansialnya, ditambah situasi pandemic yang membuat kantor semakin kesulitan menggaji karyawan, saya pun memberanikan diri untuk resign dan memutuskan fokus menjalani usaha baru ini. Ketiga anak saya juga senang, karena tiap hari mereka bisa bantu-bantu ibunya di dapur dan dapat bonus makan roti enak tanpa perlu jajan di luar. - Widya A, Alana Kitchen.
Lebih sadar untuk jaga kesehatan. Virus ini semakin nyata, ketika dua teman sekantor dinyatakan positif Covid-19. Saya jadi semakin sadar pada kondisi badan saya. Apalagi, saya termasuk berisiko tinggi setelah hasil tes kesehatan menunjukkan tingkat kolesterol dan tensi saya di atas normal. Saya ingin sehat, agar saya tetap bisa produktif di kantor dan demi bisa mengurus anak-anak dan suami. Sekarang, saya jadi rajin berolahraga dan jaga makan. - Endah Mariani, staf BUMN.
Belajar memaknai kehilangan. Meninggalnya ayah saya di awal masa pandemi, masih menorehkan luka yang mendalam buat saya. Terlebih lagi, waktu itu, di akhir masa hidupnya, ayah meninggal sendirian dan kami bahkan tidak diperkenankan mengantarkannya di pemakaman. Sejak itu, saya sempat kehilangan semangat hidup dan tidak bisa membawa konsentrasi saya untuk bekerja. Butuh waktu lama untuk bisa menerima kenyataan pahit tersebut sampai kemudian saya sadar saya harus bisa move on, kembali mencurahkan perhatian pada keluarga dan berkarya sebaik-baiknya. - Amelia W, Senior Manager Bank.
Baca juga:
Ketika Bekerja dengan Bos Narsis, Harus Bagaimana?
Dear Suami, Lakukan Hal Ini untuk Mendukung Istri sebagai Ibu Bekerja
Follow us on Instagram!
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS