“Kalau kamu bisa kembali ke masa saat kamu hamil dulu, kira-kira apa yang akan kamu ubah?” sebuah pertanyaan menarik dari seorang teman.
Masa kehamilan pertama saya sudah 14 tahun lalu. Masa di mana informasi seputar kehamilan, melahirkan, menyusui masih susah didapat. Sumbernya, ya internet atau dokter kandungan. Masa ketika belum ada tuh komunitas-komunitas ibu hamil atau anak yang lahir di bulan apa dan tahun berapa. Belum ada WAG-WAG macam WAG Mommies Daily sekarang ini. Singkatnya, masih minim support system.
Maka, ketika seorang teman mengajukan pertanyaan di atas, pikiran saya langsung mengembara ke 14 tahun silam dan membandingkannya dengan informasi yang sudah saya peroleh selama 14 tahun menjadi seorang ibu.
Baca juga: Beda Bidan dan Doula
Maka, menjawab pertanyaan teman saya itu, jika bisa kembali ke masa kehamilan, ini jawaban saya:
Saya ingin menjadi ibu hamil yang sering ngobrol dengan janin di dalam perut, mengatakan kalau saya mencintai mereka dan nggak sabar bertemu mereka. Saya akan mengurangi nangis karena stress menjalani kehamilan, saya tidak akan melampiaskan emosi saya ke janin ketika sedang marah pada suami, dan saya tidak akan mengatakan “Saya nggak mau anak ini.” Saya mau bahagia supaya anak saya juga bahagia.
Baca juga: Tanda-tanda Ibu Hamil Mengalami Stress
Dulu, nggak pernah terpikir di kepala saya untuk menyamakan pola asuh dengan suami. Bagaimana ketika anak tantrum, bagaimana saat anak sakit, bagaimana tentang tata krama, sekolah yang akan kami pilih untuk anak, ajaran agama, sejauh mana kami akan membiarkan orang lain ikut campur, buku atau film yang akan kami berikan untuk anak, bagaimana edukasi anak tentang tanggung jawab di rumah, dan seterusnya. Blank. Super blank.
Karena ternyata, stroller nggak enak masih bisa dijual dan beli yang baru, sabun mandi nggak cocok bisa ganti yang lain, pospak bikin gatal bisa pindah merek pospak. Namun, tidak punya persiapan yang matang sebagai orang tua, dampaknya jangka panjang dan menyesalnya nggak kelar-kelar.
Dulu, mana ada artikel Dokter Kandungan Favorit Pilihan para Ibu :D. Dulu, seringnya dokter kandungan turun temurun yang banyak dipakai oleh keluarga kita. Dokter kandungan yang membantu proses persalinan saya dulu adalah dokter yang juga memegang mama saya. Kebayang kan, usianya berapa? Ahahahaha. Untung dokternya oke. Cuma, kalau seandainya informasi sudah seterang benderang sekarang, mungkin pilihan dokter saya bisa lebih banyak dan dapat yang lebih cocok di hati, hehehe.
Baca juga: Rekomendasi Dokter Kandungan Favorit di Jakarta, Bekasi dan Depok
Nggak ada tuh pusing mikirin berapa lama anak di rumah eyangnya atau berapa lama di rumah mbah-nya, saking khawatir menyakiti kedua belah pihak.
Nggak ada tuh menggerundel kesal karena tahu-tahu udel si kakak ditempelin koin dengan alasan supaya pusarnya nggak bodong.
Nggak ada tuh nangis diam-diam di dalam kamar karena ditegur habis keramas terus menyusui bayi, karena dianggap bisa membuat bayinya masuk angin.
Nggak ada tuh emosi dan melampiaskannya ke pasangan ketika anak dikasih Chiki di saat usianya masih 6 bulan.
Dan, sederet hal lain yang kalau diingat-ingat lagi, ih kesalnya masih berasa.
Terlepas dari andai-andai yang saya lakukan ini, paling penting saat ini penyesalan saya sebagai seorang ibu semakin berkurang. Itu kan yang penting? Belajar dari kesalahan masa lalu (kalau bisa dari kesalahan orang lain :p) agar kita bisa membesarkan anak dengan lebih baik dan bahagia.
Baca juga: Mengenal Asfiksia, Masalah Bayi Kekurangan Oksigen Sejak di Dalam Kandungan