banner-detik
LIFESTYLE

Review Film If Anything Happens I Love You: Durasi Singkat Namun Bikin Sedih Berkepanjangan

author

dewdew17 Dec 2020

Review Film If Anything Happens I Love You: Durasi Singkat Namun Bikin Sedih Berkepanjangan

Film If Anything Happens I Love You mengingatkan saya bahwa rasa sedih baiknya diungkapkan agar tidak membunuh jiwa secara perlahan. 

Film If Anything Happens I Love You ini cuma 12 menit, tapi nangisnya bisa 12 jam lebih. Saya sebenarnya sudah menghindari mau menonton film pendek produksi Netflix ini. Cerita tentang orangtua yang kehilangan anak adalah cerita yang paling saya hindari. Soalnya saya tahu, saya nggak bakal kuat bayanginnya. Tapi berhubung diminta untuk me-review, ya, sudahlah mari kita tonton. Benar, kan? Filmnya, sih, pendek, sedihnya berkepanjangan :(

Baca juga: Review Drakor Birth Care Center: Antara Jadi Ibu atau Jadi Manusia

Kesedihan yang tak terkatakan

Semua orangtua maunya pasti melihat anak tumbuh besar, dan sukses. Nggak terkecuali kita. Tapi kadang rencana Tuhan nggak selalu seperti yang kita mau. Nggak bisa lagi melihat putri kesayangan tumbuh adalah derita pasangan suami istri yang nggak diketahui namanya dalam film besutan Will McCormack (Toy Story 4, Celeste & Jesse Forever) dan Michael Govier ini. Kalau dari alur film yang animasinya secara indah digambar oleh Youngran Nho dan tim, mereka berdua seperti nggak bisa mengungkapkan rasa sedih mereka. Tanpa harus ada dialog, kita sesama orangtua akan sangat bisa merasakan kesedihan, dan kesepian yang mereka rasakan. Tanpa harus menampilkan emosi yang meledak-ledak, kita juga bisa merasakan kemarahan yang mereka miliki. 

If Anything Happens I Love You: Mengangkat problem yang tak kunjung teratasi di Amerika Serikat

Hanya dengan image gerbang sekolah plus bendera Amerika di atasnya, iringan musik gloomy, serta suara samar tembakan, mampu menggambarkan kebrutalan kasus penembakan yang sepertinya membuat semua orang marah ini. School shooting atau rentetan kasus penembakan di sekolah yang nyaris terjadi setiap tahun sepertinya jadi masalah yang sulit diatasi di negara adidaya Amerika Serikat. Walau film ini nggak secara lugas menampilkan kepanikan dan kengerian penembakan brutal di sekolah yang akhirnya menewaskan putri kesayangan dari dua tokoh utama film ini, tetap saja kita jadi menyadari, bahkan di sekolah, tempat kita mempercayakan anak kita setengah hari penuh, bukanlah tempat yang sepenuhnya aman. 

Baca juga: Membesarkan Anak di Dunia yang Tidak Sehat

Keinginan untuk lepas dari kesedihan itu ada

Film pendek ini seperti ingin menyampaikan bahwa jiwa-jiwa yang terluka sebenarnya memiliki keinginan untuk lepas dari kesedihan yang terlalu dalam. Hal ini digambarkan betapa jiwa keduanya selalu berdebat. Jiwa-jiwa yang digambarkan oleh bayangan hitam kedua tokoh tersebut, seringkali terlihat berdiskusi dan berargumentasi, apa yang harus dilakukan saat makan malam, saat menonton televisi, saat mencuci baju, atau saat mereka sendiri nggak ngapa-ngapain. Walau raga tak banyak berkata-kata, jiwa mereka seakan meneriakkan rasa marah, kesal, rindu, semua campur aduk jadi satu. Duh, bagian ini, tuh, bikin mata ngembeng terus nggak mampu, deh, membendung air mata. 

Bagaimana mommies? Kira-kira jadi penasaran nggak nonton film pendek ini? Atau malah jadi nggak mau nonton, takut nangis? Bagaimanapun dalam film berdurasi 12 menit ini, saya sendiri seperti diingatkan, apapun rasa sedih yang dirasakan, akan lebih baik diungkapkan, ditangisi, dan disampaikan, ketimbang dipendam dan dijadikan dendam yang membunuh jiwa pelan-pelan. 

 

Share Article

author

dewdew

Mother of Two. Blogger. Make-Up Lover. Skin Care Amateur. Beginner Baker. Entrepreneur Wannabe. And Everything in Between. www.therusamsis.wordpress.com


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan