Dari sembilan penyimpangan seksual berikut ini, apakah ada yang dimiliki oleh pasangan atau mungkin kita sendiri? Cari tahu lebih lanjut agar kita paham penanganannya.
Dalam pernikahan tentu hubungan seks menjadi penting. Bukan yang super penting, tapi tetap penting. Karena bagaimanapun seks selain perannya sebagai proses reproduksi, merupakan salah satu cara mendekatkan tak hanya fisik, tapi juga emosi antar suami istri. Bayangkan, kalau antara suami dan istri tidak ada seks, ya, kan?
Tapi yang perlu dipertanyakan adalah jika setelah menikah kita menemukan bahwa pasangan suka melakukan yang aneh-aneh sebelum, saat, atau sesudah melakukan hubungan seks. Menciumi celana dalam, senang disakiti atau menyakiti saat making love, hingga gairah yang tak pernah turun. Hal-hal tersebut bisa jadi adalah penyimpangan seksual.
Coba kenali dulu jenis-jenis penyimpangan seksual berikut ini. Bisa jadi butuh penanganan lebih jauh.
Baca juga: 28 Pertanyaan Tentang Seks Untuk Pasangan
Menurut ahli kejiwaan klinis John M. Grohol, Psy.D, gangguan fetisisme melibatkan benda mati dan/atau bagian tubuh orang lain untuk kepuasan seksual. Objek fetish yang umum ditemukan adalah celana dalam wanita, bra, stoking, sepatu, sepatu bot, atau pakaian lain yang dikenakan. Sementara fetisme yang melibatkan anggota tubuh adalah kaki atau rambut. Penyimpangan seksual ini juga bisa ditunjukkan melalui pengalaman multisensori, seperti memegang, mengecap, menggosok, memasukkan, atau mencium objek fetish saat melakukan masturbasi, atau saat melakukan hubungan seks dengan pasangan, si pasangan menggunakan objek fetishnya. Gangguan ini memang lebih banyak ditemukan pada pria ketimbang wanita.
Penyimpangan seksual frotteurisme merupakan fantasi seseorang yang mampu membangkitkan gairah seksual intens dengan cara menyentuh dan menggesek-gesekkan anggota tubuhnya terhadap tubuh orang lain tanpa persetujuan.
Menghabiskan waktu yang tidak proporsional untuk mencari atau terlibat dalam sebuah aktivitas seks. Biasanya dirahasiakan dari orang lain, termasuk pasangannya. Jadi sangat mungkin, bagi pasangan aktivitas seks mereka terlihat normal, namun ternyata di balik itu semua, ia mencari dan melakukan aktivitas seks dengan orang lain juga. Orang dengan kecanduan seks tidak akan bisa menghentikan perilakunya kecuali jika ada semacam peristiwa yang mengganggu. Akibatnya, hubungan pribadi dan profesional mungkin rusak. Termasuk meningkatnya risiko infeksi menular seksual seperti HIV. Kelainan ini seringkali digunakan sebagai bentuk pelarian dari masalah emosional dan psikologis lainnya, termasuk stres, anxiety, depresi, dan isolasi sosial.
Pada kasus ini bisa saja seseorang memiliki sadisme saja, atau masokismenya saja. Tapi juga bisa keduanya.
Penyimpangan seksual dengan fantasi yang membangkitkan gairah seksual intens ketika dirinya secara nyata dihina, dipukuli, diikat, atau dibuat menderita.
Bergairah dengan menyaksikan atau bahkan melakukan aktivitas sadis terhadap objek pasangannya seperti memukul, mencambuk, bahkan mencekik. Selama pasangannya menderita secara fisik, makin terpuaskan dirinya.
Fantasi yang membangkitkan gairah seksual, atau dorongan seksual dengan melibatkan seseorang berperilaku cross-dressing. Penyimpangan ini memang banyak ditemukan pada pria. Ia akan mampu ejakulasi bila melakukan aktivitas seksual dalam pakaian atau aksesori wanita. Terkadang penyimpangan ini bisa terjadi bersamaan dengan fetisisme.
Kelainan seksual ini mengacu pada fantasi serta dorongan seksual hingga perilaku yang membangkitkan gairah seksual berulang ketika mengamati orang lain melepas pakaian, apakah itu ketika mau berenang, atau melihat orang lain beraktivitas seksual secara langsung.
Orang ini butuh dan memiliki urgensi tinggi untuk memperlihatkan alat kelamin kepada orang asing yang tidak menaruh curiga kepadanya. Sesekali para eksibisionis akan melakukan masturbasi sambil mengekspos diri mereka sendiri, atau bisa juga sambil berfantasi tentang mengekspos diri mereka sendiri.
Beberapa ahli kejiwaan menyatakan bahwa penyimpangan seksual sangat mungkin ditangani dengan terapi behaviour. Yang penting, individu yang memiliki penyimpangan seksual ini mau menyadari dan bersedia untuk ditangani.