Sorry, we couldn't find any article matching ''
4 Pertanyaan tentang Kesehatan Mental Anak dan Pandemi
Pandemi ini tidak hanya berdampak pada kesehatan mental kita, orang dewasa. Anak kecil pun sama merasakan dampaknya. Ajukan 4 pertanyaan ini tentang kesehatan mental anak dan pandemi.
Sekolah masih entah kapan buka, pembelajaran jarak jauh yang jadi murni menuntut ilmu tanpa sosialisasi langsung dengan teman-teman, playdate yang berubah jadi Zoom meeting.
Dari jurnal resmi Well-being of Parents and Children During the COVID-19 Pandemic: A National Survey The American Academy of Pediatrics di bulan Juni 2020, sejak bulan Maret 2020 (3 bulan) 27% orangtua dengan anak di bawah usia 18 tahun mengalami kondisi kesehatan mental yang memburuk dan 14% di antaranya menyatakan kemunduran perilaku anak.
Apakah kesehatan mental anak kita terdampak?
Dari Huffington Post, mulailah bertanya 4 pertanyaan ini pada anak.
"Menurutmu, apa yang terjadi sekarang?"
Kadang, apa yang dipikirkan anak berbeda dengan orang dewasa. Bisa jadi lebih sederhana tapi bisa jadi lebih kompleks. Usahakan jangan menyebut pandemi sama sekali agar pertanyaan jadi lebih umum.
Ini juga jadi kesempatan untuk mengetahui sejauh mana anak paham tentang pandemi, apakah ada kesalahpahaman yang dia alami, dan lain sebagainya. Kalau kita tidak tahu, jangan berbohong dan ajak anak untuk mencari infonya bersama-sama.
"Menurutmu, bagaimana teman-temanmu menghadapi kondisi ini?"
Ada anak yang akan bisa menjelaskan dengan gamblang tapi ada juga yang akan menjawab dengan “nggak tahu”.
Coba kumpulkan seluruh keluarga, dan tanya satu per satu bagaimana perasaan ayah, ibu, dan akhirnya ke anak. Ini akan membantu anak bahwa semua orang merasakan hal yang sama di masa pandemi ini.
Usahakan cari silver lining atau hal positif seperti jadi bisa punya waktu berkualitas lebih lama dibanding dulu saat ayah dan ibu bekerja misalnya.
“Aku merasa (beri ungkapan perasaan). Kamu gimana?”
Ini membantu anak memproyeksikan perasaannya sekarang. Juga memperlihatkan bahwa orang dewasa pun tidak selamanya senang lho, kadang merasa bosan, marah, sedih atau kecewa.
Jangan lupa, apapun yang ia rasakan, validasi bahwa yang ia rasakan itu benar dan tidak perlu malu untuk mengungkapkannya. Ajak ia menyebut hal-hal kecil yang membuatnya gembira hari ini, sesederhana makan es krim atau bisa berpelukan setiap saat.
"Apa yang membuat kamu senang akhir-akhir ini?"
Ini akan membantu kita untuk tahu apa sih yang membuat anak mengatasi rasa bsosannya. Apa yang membuatnya senang? Apa yang membuatnya semangat setiap hari?
Kalau ia menjawab tidak ada dan terus menerus murung, mungkin sudah saatnya mommies menghubungi psikolog atau psikiater anak. Bantuan profesional akan jadi pilihan tepat sebelum kondisi kesehatan mentalnya semakin memburuk dan mengganggu keseharian.
Baca juga:
Zoom Fatigue: Masalah Lain Pandemi yang Bikin Kita Lelah Mental
Share Article
COMMENTS