Sorry, we couldn't find any article matching ''
6 Pelajaran tentang Jadi Orangtua dari Reggy Lawalata
Hanya karena kita tidak mengalami, bukan berarti kita tidak perlu memahami.
Baru-baru ini, jagad maya diramaikan oleh vlog keluarga Lawalata. Pengakuan terbuka Reggy Lawalata tentang sang anak, Oscar Lawalata, yang memutuskan untuk menjadi perempuan. Reggy blak-blakan menuturkan pengalamannya.
Sebuah pengakuan yang sangat berani, mengingat kita hidup di masyarakat yang masih sulit menolerir hal-hal yang dianggap di luar ‘normal’. Sebagai orangtua, banyak hal menarik yang bisa dipetik dari kisah Reggy dan Oscar.
Cinta tak bersyarat
Saat bercerita tentang bagaimana perasaan Reggy, sulitkan baginya menerima keputusan Oscar? “Tidak ada hard. I’m okay and I’m happy. Yang penting, saya tidak merugikan orang lain,” jawabnya. Setiap orangtua pasti berharap anaknya ‘normal’. Ya, normal dalam arti, tidak berbeda dengan norma pada umumnya, dengan mayoritas. Menjadi orangtua saja sudah cukup berat, apalagi jika anak sejak kecil menunjukkan perilaku yang ‘melawan’ gender. Oscar terlahir sebagai laki-laki, tetapi menurut Reggy, sejak SMP Oscar sudah menunjukkan sisi feminin yang lebih menonjol.
Ia mengingat saat Oscar dulu suka mendengarkan lagu-lagu klasik. Di kamarnya, ada lilin-lilin. Sangat feminin. “Saya suruh dia karate, ikut Mario basket, jadi model. Saya arahkan. Masa SMP itu masa pertumbuhan. Kalau ditanya, saya galau, bagaimana orang ngomong, mata orang kalau kami ke restoran. Saya aja sakit. Makanya saya selalu dampingin. Dengan Mario, teman main sama, tinggal di tempat yang sama, kasih sayang sama. Tapi waktu itu, kondisi Oscar sangat menimbulkan big question,” kata Reggy.
Dengan anaknya, Reggy berbicara dari hati ke hati. Apa pun kondisinya, apa pun keputusannya, Reggy tetap mencintai Oscar. “Apa pun keputusanmu, saya support. Bagaimanapun kamu adalah anak saya, apa pun kamu. I love you, you can do what you want.”
Mau mencari tahu
Reggy sempat berpikir, apakah Oscar berbeda karena dampak perceraian. Tapi, Reggy melihat, teman-teman lain yang bercerai, anak-anaknya tidak seperti itu. Lalu, Reggy juga mulai mencari tahu tentang homoseksual, lesbian, transgender. “Di mana ini posisinya si Oscar. Kita pernah tangis-tangisan waktu dia SMP, dia nangis, karena dia bilang sama saya, ‘Kenapa saya berbeda’?”
Tidak semua orangtua paham tentang konsep gender yang kompleks. Gender tidak sama dengan preferensi seksual. Homoseksual tidak sama dengan transgender. Gender adalah sebuah identitas. Kita perlu membuka mata pada kompleksitas gender ini. Ada anak laki yang feminin, ada anak perempuan yang tomboy banget. Ada anak yang terlahir sebagai perempuan, tapi merasa dirinya adalah laki-laki, dan sebaliknya. Ada juga yang tidak merasa kedua-duanya, bukan laki bukan perempuan. Ada pula yang gender fluid, kadang bisa laki banget, lain waktu jadi girly banget. Spektrumnya luas sekali.
Kekurangan bisa jadi kelebihan
Banyak orang melihat kondisi Oscar sebagai kekurangan. Tapi menurut Reggy, itu bukanlah sebuah kekurangan. Di mata Reggy, itu adalah kelebihan. Sebagai ibu, dirinya bangga, Oscar bisa membuktikan lewat karyanya sebagai desainer yang berkelas. Seandainya kamu ada di posisi Oscar, bagaimana perasaanmu?
Reggy tak berusaha menutupi kondisi Oscar dan menganggapnya sebagai sebuah aib. Reggy pernah menanyakan pada Oscar, bagaimana perasaannya saat dipandang berbeda oleh orang-orang.
“Biarin aja orang-orang itu. Buat apa dilayanin, mereka kan nggak tahu," kata Reggy.
Reggy memahami, pasti sulit bagi Oscar untuk menerima perlakukan orang lain terhadap dirinya. Ia menyayangkan, seandainya saja, orang-orang yang mencibir gender Oscar, mau menjawab pertanyaan, "Maukah mereka dilahirkan seperti itu. Ya, maukah?” Atau kalau mereka punya anak yang seperti Oscar, “Saya juga yang mengandung, kalau ditanya mau melahirkan? Saya juga pengen punya anak yang normal, of course?" ujarnya.
Bantu dan rangkul mereka, bukan menghukum
Orangtua perlu proaktif dengan kondisi anak. Jangan selalu memaksa anak mengikuti kemauan orangtua ketika itu melawan hakikat mereka. Seperti kata Reggy, kalau bukan dirinya yang bertanya, Oscar pasti tidak akan mau membuka diri.
“Mereka nggak mau bilang ke orangtua. Karena takut membuat orangtua kecewa, karena besarnya rasa sayang mereka ke orangtua? Takut menyakiti perasaan orangtua. Saya yakin setiap anak seperti itu.”
Ia melanjutkan, “Mereka ini perlu keluarga yang mensupport mereka. Rangkul mereka, tanya apa yang mereka inginkan dan biarkan mereka menjadi apa yang mereka rasakan, dan saya yakin 1000 persen, mereka akan lebih bertanggung jawab pada hidup mereka. Karena kita memberikan kebebasan. Jangan dipikir mereka nggak galau. Mereka beribu-ribu kali galaunya. Oscar saja yang tidak mau cerita, saya yakin dia penuh dengan air mata.”
Konflik identitas itu bisa dialami anak yang punya kecenderungan transgender sejak lahir, bawaan dari gennya. "Tapi kalau itu Tuhan berikan, itu Tuhan titipkan, kenapa harus kita bubarkan, kenapa harus kita bunuh? Itu kan mematikan perasaan, kalau disingkirkan. Mereka sendiri bingung sama diri mereka, bantu. Bukan dibuang! Dia perlu ibunya."
Banyak pengakuan serupa
Dalam bagian komentar di channel Youtube The Lawalata, kita bisa menemukan banyak sambutan yang positif. Terharu, salut, bangga, dan ucapan terima kasih atas kejujuran Reggy. Tidak sedikit juga pengakuan orang-orang tua yang mengalami kondisi yang sama dengan Reggy, merasa mendapat dukungan karena mereka juga melalui jalan yang sulit dalam menghadapi anaknya. Misalnya:
“I can relate closely with what you’ve been through. Our daughter went through the same way. In a
way, we are probably luckier, since we live in Bay Area, people are more accepting. I hope you stay
strong, and keep up the great work. Your daughter will never forget them.” (Eko Prasetya)
“Semua Kata-kata Mama Reggy di video, hampir sama dengan Mamaku, dan aku jadi semakin
bersyukur dilahirkan di keluarga yang menerima keadaanku sekarang, apa ada nya..” (Nyoman
Angie)
“Sungguh...Demi Tuhan, menjadi bagian dari homoseksual itu adalah cobaan maha dahsyat
terbesarku yang merenggut banyak hakku untuk bisa merasakan kebahagiaan hakiki dengan menjadi
diri sendiri. Kasih sayang orang tua pun bahkan bisa hilang hanya karena sebatas cara berjalan,
berbicaraku seperti layaknya perempuan. Mereka hanya memaksaku menjadi seperti apa yang
mereka kehedaki, tanpa peduli terhadap hal-hal membanggakan apa saja yang sudah aku raih untuk
mereka...” (Fauzann Z)
Baca juga:
Pelajaran Maha Penting Dari Drakor The World of The Married
Pelajaran Penting untuk Remaja dari Film ‘To All The Boys I’ve Loved Before’
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS