Sorry, we couldn't find any article matching ''
5 Hal yang Memengaruhi Rasa Percaya Diri Anak
Semakin dewasa, anak bisa lebih terpengaruh oleh pertemanan dan lingkungan luar dibandingkan oleh kita, orangtuanya.
Bicara soal rasa percaya diri anak, banyak faktor yang dapat memberi pengaruh. Selain kehadiran kita sebagai orangtua, ada pengaruh lain yang ia dapatkan dari teman-teman seusianya, media sosial, apalagi kalau sudah punya akun sendiri, seseorang yang ia gemari (Princess Elsa, Kpop idol, you name it), sampai pengalaman hidupnya selama ini.
Seberapa besar pengaruhnya terhadap rasa percaya diri anak? Sampai mana kita sebagai orangtua bisa pegang kendali? Berikut rangkuman obrolan saya dengan Yasmine Nur Edwina, M.Psi., Psikolog (Psikolog Anak dan Keluarga di TigaGenerasi).
Orangtua
Peran kita sangat besar terhadap rasa percaya diri yang tumbuh dalam diri anak. Oleh karenanya, kita perlu memastikan bahwa anak mengalami penerimaan dan kasing sayang dari kita, yang menjadi landasan bagi anak merasa bahwa ia aman, berarti, dan memiliki tempat untuk menjadi dirinya sendiri.
Kasih sayang yang kita tunjukkan melalui pelukan, ciuman sebelum tidur, waktu yang dihabiskan bersama untuk berbagi cerita dan mendengarkan anak tanpa memotongnya, membuat anak merasa lebih berani untuk mengeksplorasi dunia luar.
Sebaliknya, tindakan seperti mengkritik anak secara berlebihan, tidak mengapresiasi proses yang dilalui anak, dan melabeli anak, misalnya mengatakan “anak nakal” ketika ia menumpahkan air di gelas, membuat anak mengalami kekurangan bahkan kehilangan rasa percaya diri.
Ketika anak semakin dewasa, kita perlu sadar bahwa anak bisa lebih terpengaruh oleh beberapa hal lain dibandingkan dengan kita, orangtuanya, yaitu:
Media sosial
Saat anak sudah besar dan sudah memenuhi syarat untuk punya akun media sosial sendiri, ingatlah bahwa pengaruh yang datang tidak selamanya positif. Ada kalanya ia akan mendapat banyak pujian dari follower-nya, namun tidak bisa mengelak dari para haters. Meski sudah pisah akun, peran kita sebagai pendamping dan pengawas tetap diperlukan sampai anak dewasa.
Yang bisa kita lakukan adalah tetap membangun kedekatan dengan anak, menjadi sensitif dan responsif terhadap kebutuhan anak. Dengan menjadi pendengar yang baik, anak akan percaya kepada kita, sehingga social media tidak menjadi media pelarian alias tempat curhat pertama yang ia cari ketika ingin mencari hiburan, maupun ketika menghadapi masalah.
Pengalaman hidup
Masih ingat, kan, gimana histerisnya si kecil begitu sampai di pintu sekolah saat kita pamitan? Namun, kita sebagai orangtua patut mengakui perasaan takutnya, menemaninya, dan perlahan baru meninggalkan sampai ia sudah bisa sendiri. Dua minggu ke depan, dia pasti akan lebih yakin jalan sendirian masuk ke kelasnya.
Biasanya begitu sudah SD, sudah nggak mau lagi, tuh, dadah-dadahan sama mamanya. Ini bukti bahwa anak mengalami rasa percaya diri yang kian meningkat, dari yang sebelumnya merasa tidak nyaman kalau ditinggal, sampai akhirnya PD tanpa ditemani. Terbukti bahwa pengalaman hidupnya ini memberikan dia kemampuan dalam menghadapi masalahnya sendiri.
Baca juga: 5 Hal Penting tentang Skill Problem Solving Balita
Teman
Ada kalanya kita akan menjumpai situasi di mana anak awalnya merasa nggak PD saat tampil di depan umum, nggak usah jauh-jauh, deh, saat disuruh nyanyi di acara keluarga, misalnya, awalnya menolak, tapi begitu diiming-imingi, “Si itu ikutan nyanyi juga, kok, yuk, sama-sama, yuk!”, langsung, deh, semangat banget!
Terbukti bahwa teman sepantaran membawa pengaruh pada rasa percaya diri anak. Saat salah satu temannya absen, padahal lagi mau tampil bareng di acara sekolah, wajar kalau anak mendadak keringat dingin.
Tokoh maupun karakter yang digemari
Dari Princess Elsa, Blippi, Iron Man, sampai K-Pop idol, semua karakter ini bisa memengaruhi rasa percaya diri anak, baik meningkatkan maupun menurunkan. Secara teori, anak memang butuh a good role model yang menunjukkan karakteristik dan perilaku orang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi, seperti bisa melakukan penyelesaian masalah sendiri, karena anak belajar melalui hal-hal yang dilihat, yang ia observasi.
Akan tetapi, orangtua perlu selalu mendampingi anak untuk membahas perilaku dan karakteristik tokoh yang ia idolakan supaya anak tidak hanya mengidolakan tanpa tahu alasannya dan tidak menyamakan setiap situasi yang dihadapi tokoh tersebut, dengan kehidupannya.
Meski orangtua tidak akan menjadi satu-satunya yang membawa pengaruh dalam membentuk rasa percaya diri pada anak, setidaknya orangtua tetap bisa berperan sebagai pengawas ketika faktor lain datang.
Baca juga:
Agar Anak Mampu Menerima Kritik
Share Article
COMMENTS