Sorry, we couldn't find any article matching ''
Single Parents: Irene Oehlers: Kembali Mencintai Diri Sendiri Menyelamatkan Saya Pasca Bercerai
Setelah menjadi single parents, saya dan mantan suami berusaha memberikan yang terbaik untuk anak, bukan sebagai suami istri namun sebagai ayah dan ibu dari anak-anak.
Meski terasa menyakitkan, terlalu banyak hal yang bisa Irene Oehlers syukuri sehingga tak punya waktu untuk terpuruk pasca bercerai. Setelah menjadi single parents, Irene dengan anak-anak, Qiqa 10 tahun, dan Attar 8 tahun, kini punya banyak waktu untuk mencintai diri sendiri.
Saya bercerai secara resmi sudah sekitar 5 tahun. Tetapi sebelumnya kami sempat berpisah sebelum memutuskan bercerai.
Yang dilakukan pertama kali ketika bercerai adalah...
Meminta hak asuh 2 anak kami. Soal hak asuh, kami memang melakukan beberapa kesepakatan mengenai pengaturan ini itu yang juga tertuang dalam surat yang disetujui bersama. Seperti semua biaya anak-anak seperti sekolah, les, dan lain lain, serta pengeluaran rumah ditanggung oleh mantan suami.
Sebagai single parents, saya dan mantan suami melakukan banyak hal demi kelangsungan masa depan diri dan anak. Kami sepakat untuk mengurus anak bersama-sama. Urusan sekolah, les dan kegiatan anak-anak, kami cari yang terbaik dan kami putuskan bersama. Jika ada acara sekolah, kami memutuskan untuk tetap datang bersama, bukan sebagai suami istri, namun sebagai ayah dan ibu dari anak-anak kami. Kami juga mengatur siapa yang datang atau mengantar ke sekolah jika ada acara seperti kompetisi atau tugas sekolah. Intinya membuat anak-anak merasa nyaman walau orangtuanya tidak lagi berstatus suami istri.
Sementara untuk diri saya sendiri, saya mulai bekerja lagi, untuk memenuhi kebutuhan sosialisasi dan perkembangan diri saya. Istilahnya, keeping myself busy biar nggak terlalu kepikiran masalah perceraian.
3 support system terbaik saya, hingga survived sampai saat ini adalah:
1. Qiqa and Attar. Mereka berdua support system terbesar saya. Melihat mereka bertumbuh dengan baik saja, sudah seperti obat buat saya. Mereka juga yang selalu membuat saya merasa jadi The Best Mom in The Whole World. Walaupun mereka masih kecil, mereka sudah bisa mengerti jika perpisahan antara ibu dan ayahnya bukan hal yang memalukan. Waktu, kasih sayang dan perhatian kami berdua juga tidak berkurang. Mereka juga mengerti jika harus ada pembagian waktu bersama saya dan ayahnya.
2. Teman-teman baik yang selalu mendengarkan saya, menghibur dan memberikan pendapat mereka. Yang selalu siap sedia bikin saya tertawa lagi dengan semua candaan dan celaan mereka. Seperti mereka tidak akan pernah membiarkan saya bersedih.
3. Adik-adik saya juga bagian dari support system saya. Sebagai anak tertua, saya tidak terlalu banyak curhat tentang kesulitan-kesulitan hidup saya. Tetapi ketika mereka tahu kami mau berpisah, adik-adik jadi orang yang juga selalu ada buat saya.
Tantangan terberat menjadi single parents adalah...
Kembali percaya diri dan mencintai diri sendiri lagi. Setelah menikah selama 14 tahun dan akhirnya gagal, saya seperti tidak tahu lagi mau ngapain. Pacaran dengan beliau selama 4 tahun, kemudian menikah 14 tahun, practically it's like i have spent half of my life with him. Feeling lost pastinya.
Belum lagi harus mikir, mantan suami akan memenuhi janji-janji yang sudah dia sepakati atau tidak, ya? Jika dia menikah lagi, nasib kami bagaimana? Karena saya, kan, baru mulai bekerja, sementara pengeluaran sekolah anak-anak dan rumah lumayan besar. Tetapi, dengan bekerja lagi, saya merasa lebih tenang. Paling tidak, saya tidak perlu cemas kalau mantan suami mengingkari kewajibannya.
3 hal yang membuat saya bersyukur dan percaya diri bahwa menjadi single parents itu baik-baik saja adalah...
Mantan suami yang memenuhi kewajiban-kewajibannya. Itu salah satu hal yang saya syukuri. Perhatiannya terhadap kebutuhan anak-anak dan saya tetap ada, kami bisa diskusi tentang kebutuhan dan pendidikan anak-anak, serta masalah pengasuhan.
Selain itu support system saya selalu siap sedia. Jadi saya tidak pernah merasa sendiri.
Hubungan dengan mantan mertua yang masih terjalin dengan baik dan senantiasa memberikan support dan perhatian, juga menjadi salah satu hal yang saya syukuri. Bagaimana mereka selalu bangga dan berterima kasih atas perkembangan dan prestasi anak-anak.
Saat ini karena saya single, I have more time to love myself. Saya bisa traveling kemanapun, doing things I haven't done before, spend more time with my kids, friends and family.
Pesan yang ingin saya sampaikan kepada anak-anak tentang relationship adalah...
Bahwa sebuah hubungan itu membutuhkan komunikasi yang baik, rasa percaya kepada orang lain dan sikap saling mengerti. Tetapi kadang, susah sekali bagi kita untuk bisa mengerti orang lain.
Bagaimanapun, orang lain, kan, berbeda dengan kita. Bisa frustasi sendiri kalau kita berusaha untuk mengerti orang lain. Tetapi jika kita bisa menerima semua keburukan dan kebaikan orang lain, kita juga tidak akan expecting too much. Loving unconditionally will make us expect less. Because expectation kills.
Baca juga:
Membesarkan Anak Tanpa Figur Ayah
Tips Untuk Pejuang Co-Parenting
Tahapan Emosi Anak Pasca Bercerai
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS