Sorry, we couldn't find any article matching ''
Melatih Anak SD dan SMP Mampu Mengambil Keputusan, Ini Caranya
Agar anak SD dan SMP mampu mengambil keputusan, latih mereka dengan cara-cara berikut ini.
Nah, mengajarkannya juga nggak berhenti di situ saja. Seiring dengan bertambahnya usia, melatih kemampuan anak yang duduk di SD dan SMP juga makin kompleks. Untuk itu tetap harus distimulasi, ya, mommies.
Keuntungannya salah satunya adalah, transisi dari masa kanak-kanak ke dewasa akan jadi lebih lancar dan mudah. Apalagi bila keterampilan pengambilan keputusan ini dikuasai dengan baik. Karena memungkinkan anak untuk menemukan solusi atas sebuah konflik dan dalam proses tersebut menggambarkan pelajaran hidup yang berharga. Anak juga bisa belajar berpikir logis untuk mendukung kemampuannya mengambil keputusan.
Apa itu pengambilan keputusan atau decision making?
Sekilas dulu, deh, kenapa keterampilan decision making ini perlu kita stimulasi. Keterampilan ini merupakan keterampilan kunci yang perlu dikembangkan.
Pada dasarnya, decision making atau proses pengambilan keputusan merupakan tindakan atau proses mencapai kesimpulan, menerima opsi penting dengan menimbang kemungkinan alternatif lain. Keputusan yang diambil oleh anak-anak biasanya akan memengaruhi kesehatan mental dan kesejahteraan mereka.
Hubungan mereka dan kesuksesan mereka juga sangat tergantung pada pengambilan keputusan. Ini membantu anak-anak untuk menjadi bertanggung jawab dan mandiri. Termasuk membantu anak-anak mengendalikan perilaku impulsif.
Bagaimana stimulasi yang tepat untuk melatih keterampilan decision making?
Paparkan anak-anak pada 'Dunia Nyata'
Pengalaman adalah guru terbaik. Iya, kita tahu persis pepatah itu, kan? Nah, begitu juga dalam menstimulasi anak SD dan SMP untuk berlatih mengambil keputusan. Paparkan anak-anak di usia tersebut dengan kenyataan. Biasanya untuk anak usia SD dan SMP, masalahnya bisa lebih kompleks. Seperti misalnya, ketika ia harus memilih mau melanjutkan sd negeri atau swasta. Kalau saya, sih, dengan mengajak anak pertama saya berkunjung ke sekolah-sekolah incarannya. Saya juga mempersilakan dirinya untuk mencari informasi mengenai sekolah-sekolah tersebut dari internet, atau berdiskusi dengan teman-teman seangkatannya.
Izinkan anak membuat kesalahan
Nggak perlu terlalu protektif. Dengan melakukan kesalahan anak-anak belajar bahwa hal tersebut terjadi dari kesalahan yang mereka sendiri lakukan. Itu bisa memberi mereka wawasan yang hebat. Mereka belajar dari pengalaman mereka sendiri dan berusaha mengingat untuk tidak mengulanginya lagi.
Pelajari minat anak
Motivasi anak dan bantu ia menemukan minatnya. Beri contoh dengan menceritakan tentang orang-orang sukses melalui bakat dan minatnya, mereka akan memahami bahwa kerja keras dan pengabdian adalah kunci keberhasilan, dan sifat-sifat seperti itu sangat cocok untuk melatih kemampuan decision making.
Bantu anak mengenal dirinya sendiri
Anak-anak harus diajar untuk bisa membedakan kekuatan dan kelemahan mereka sendiri. Bagaimanapun anak-anak harus diberi banyak kesempatan, tetapi mereka juga harus dapat menyadari bahwa mereka tidak akan unggul dalam semua hal, kan? Belajar untuk menerima kekalahan dan keputusan yang harus diambil sesudahnya adalah stimulasi penting bagi anak-anak.
Tetap terlibat dengan hidup mereka
Namun batasi juga keterlibatan kita. Kita hadir di sisinya dan memberi support. Keputusan-keputusan yang kita anggap dia sudah mampu melakukannya, biarkan saja. Kita juga bisa support anak dengan membiarkannya menjadi bagian dari organisasi sosial, yang biasanya akan mengajarkan mereka keterampilan hidup. Misalnya saja, yang paling mudah jadi anggota OSIS di sekolah.
Banyak berdiskusi dengan anak
Yang pasti, komunikasi terbuka sangat penting terutama dalam tumbuh kembang anak. Anak jadi lebih mudah terbuka dan mau meminta pendapat kita, orangtuanya. Yang harus diingat, kita juga nggak bisa mendominasi diskusi dengan anak, yah, walaupun kita lebih banyak makan asam garam dibanding mereka. Kalau sudah gemas, ingat poin “izinkan anak melakukan kesalahan.”
Jangan pelit pujian
Berikan pujian terhadap hasil yang dicapai, bukan proses kewajibannya. Misalnya ketika anak sudah bisa membereskan kamarnya sendiri. Ya pujilah bahwa sekarang kamarnya rapi, enak dilihat. Bukan dengan, memuji bahwa ia mau membereskan kamar. Membereskan kamar, kan, kewajiban setiap anak. Memuji anak, ketika mereka melakukan hal-hal besar, membantu memperkuat keinginan mereka untuk unggul dan mereka akan mengambil keputusan yang akan memberikan hasil yang lebih baik.
Fakta bahwa anak mampu mengidentifikasi kapan keputusan harus diambil, adalah langkah pertama menuju pengembangan keterampilan pengambilan keputusan. Ingatlah bahwa anak-anak, tuh, belajar dengan mengamati orang tua, dan lingkungannya. Mendengarkan diskusi positif antar orangtua juga punya nilai plus, lho. Jadi nggak perlu kebanyakan ghibah kalau di depan anak, hahaha.
Baca:
Gaji ART dan Pengasuh di Masa Pandemi
Perilaku Remaja yang Berisiko: Pacaran, Pornografi hingga Seks Pranikah
Pertanyaan Tentang Edukasi Seks pada Anak yang Sering Membuat Orang tua Pusing
Share Article
COMMENTS