banner-detik
SELF

Christin Viesta: Papa Mama Tidak Peduli dengan Rangking, Mereka Peduli dengan Kemampuan Problem Solving Saya.

author

RachelKaloh26 May 2020

Christin Viesta: Papa Mama Tidak Peduli dengan Rangking, Mereka Peduli dengan Kemampuan Problem Solving Saya.

Orangtua saya mendidik anak-anaknya dengan cara yang berbeda karena mereka paham tiap anak kemampuannya beda-beda, dan cara menuju "pintar" nya juga beda-beda.

Saya kenal Christin (32) sebagai teman yang aktif banget menjalani kampanye bersama pemprov DKI. Content IG-nya tuh benar-benar inspiratif dan positif. Ya, karena pekerjaannya menuntutnya demikian. Sebagai Policy Associate - Governor's Delivery Unit di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (bahasa awamnya, orang-orang profesional yang dihire untuk menjadi staf ahli non-PNS di bidangnya masing-masing), Christin bertugas memberikan masukan kepada pihak Pemprov DKI dalam segi public policy campaign dan kolaborasi kreatif. Simak obrolan lanjutan saya dengan Christin berikut ini:

45cdf3e2-f89c-4039-aadd-fc6e80d77ef5

Tiga hal yang paling kamu suka dari diri kamu?

Observer (terutama sama karakter-karakter manusia), memiliki kemampuan baik dalam berkomunikasi dan mengungkapkan isi hati, serta memiliki empati yang tinggi.

Saya selalu percaya dalam setiap tindakan seseorang, pasti ada latar belakangnya. Itu sebabnya, saya bisa menjalani pekerjaan sekarang, menjadi jembatan atau “penerjemah” antara teman-teman pemerintah dengan teman-teman kreatif, karena bahasa dan cara komunikasi keduanya ini berbeda banget. Kalau nggak punya tiga hal di atas, akan susah menjalani pekerjaan ini.

IMG_0977

Pengalaman masa kecil apa yang membuat kamu punya tiga sifat tadi dan apakah ada andil dari orang tua?

I was born to be an old soul. Almarhum Papa suka bantuin orang-orang kampung di sekitar rumah, dan Mama adalah mantan guru SMP. Mereka berdua suka sekali cerita masalah sehari-hari yang dihadapi di lingkungan dan bagaimana cara mereka menyelesaikannya. Mereka juga membiarkan saya gagal melakukan sesuatu, namun setelahnya, mereka membimbing saya untuk mengambil pelajaran dari kegagalan itu.

Saya dulu nggak boleh nonton TV sampai SMP, hanya boleh nonton film Disney dan kebanyakan dikasih buku buat baca. Alhasil, umur 10 tahun saya "buka" perpustakaan kecil untuk anak-anak di sekitar kampung, karena kalau lagi main sama mereka suka bingung, kok, mereka nonton sinetron terus dan nggak pernah baca buku. Papa dan Mamaku membiarkan saya melakukannya, walaupun minggu ke dua buku-bukunya nggak pada balik (hahaha). Tapi, dari kejadian itu Papa dan Mamaku memberikan saya pelajaran, bahwa dengan latar belakang yang berbeda-beda, orang bisa saja melakukan hal tersebut.

Buku atau film favorit yang pada akhirnya mengubah cara pandang kamu terhadap sesuatu?

Buku-bukunya Enid Blyton sampai Detective Conan. Saya dari dulu emang senang mengobservasi latar belakang suatu peristiwa, sampai ke akarnya. Kalau film, saya tumbuh besar dengan film Lion King, The Sound of Music dan Beauty and The Beast. Value dari tiga film itu kental banget. Sampai waktu Papa meninggal, saya nonton Lion King lagi berkali-kali, biar nangisnya puas, karena saya dekat sekali dengan beliau.

Kalau nanti sudah menikah dan punya anak, adakah yang ingin kamu tiru berkaitan dengan pola asuh orangtua?

Yes! Papa dan mama membesarkan anak-anaknya dengan cara yang berbeda. Rather than mendorong saya untuk selalu rangking di kelas, talenta dan kemampuan problem solving-lah yang mereka selalu latih. Berbeda dengan adik yang selalu dapat 3 besar, IP cum laude di kuliah. Mereka sadar tiap anak kemampuannya beda-beda, dan cara menuju "pintar" nya juga beda-beda.

Di usia saya ke-17 tahun, mereka bilang sama, “Kakak, Papa/Mama mungkin saja membesarkan kamu dengan cara yang salah dan tidak sesuai dengan yang kakak mau, tapi pahamilah ketika kamu sudah dewasa, cuma ada satu cara untuk mendapatkan hal-hal baik atau dikelilingi orang-orang baik, yaitu dengan menjadi orang baik.”

Sebaliknya, hal apa yang tidak mau kamu contoh dari orangtuamu?

Sekarang yang trend, kan, teknologi, ya. Jadi sepertinya agak susah kalau anak dibatasi, nggak bisa masuk ke dunia digital, karena generasi Alpha sendiri memang diprediksi sangat into teknologi. Yang penting diawasi dan dibatasi aja biar nggak kebablasan.

Pesan yang paling kamu ingat dari orangtua?

Kalau mau menarik hal-hal baik dan orang-orang baik di hidupmu, jadilah orang baik. Sesederhana itu.

Baca juga:

Shirley Tangkilisan: Antara Bekerja dan Keluarga, Lose Some, Win Some, Nikmati Saja

Share Article

author

RachelKaloh

Ibu 2 anak yang hari-harinya disibukkan dengan menulis artikel dan content di media digital dan selalu rindu menjalani hobinya, menjahit.


COMMENTS