Uang sekolah dan tahun ajaran baru adalah beberapa hal yang membuat para ibu khawatir, namun apa yang berada di posisi teratas?
Kita sudah masuk bulan kedua atau minggu ke-8 #dirumahaja. Banyak yang bilang karantina di rumah dengan segala kehebohannya sudah menjadi the new normal. Artinya, kita sudah mulai terbiasa menjalani keadaan ini, nggak lagi struggling seperti di awal-awal. Ada juga yang merasa awalnya cemas banget, lalu cemas mereda, eh, cemas lagi, lalu santai lagi, begitu terus sampai hari ini. Kangen nge-mall, kangen nonton bioskop, tapi, kok, lama-lama betah juga ya di rumah, malah sekarang cenderung malas ke luar rumah. Perasaan tuh kaya lagi diaduk-aduk.
Yang jelas, yang belum berubah adalah rasa khawatir dan ketakutan. Kapan, ya, ini semua bakalan berakhir, nanti ke depannya bagaimana, ya? Seperti curhatan sesama ibu berikut ini.
Sebagai ibu rumah tangga yang selama ini jaga anak di rumah, sendirian, tanpa bantuan mbak, rasanya sangat wajar bila masa karantina ini justru malah senang karena suami ada di rumah, setidaknya bisa gantian ngurusin pekerjaan rumah. Yang membuat cemas adalah, ketika harus kembali pada “normal yang dulu”, pasti butuh lagi yang namanya adaptasi.
Baca juga:
Ketika Semua Ini Berakhir, Tolong Ingat Hal-hal Ini
Photo by Bruno Nascimento on Unsplash
Kekhawatiran yang satu ini mungkin menjadi yang paling awal dirasakan oleh para working mom. Ya, bayangin aja, selama ini sudah struggling cari cara untuk bisa survive bekerja dengan tidak merasa bersalah harus ninggalin anak, eh, begitu pandemi, mesti struggling lagi, gimana caranya konsentrasi kerja dengan anak yang “sadar” mamanya di rumah 24 hours. Apalagi mereka yang masih harus ke kantor seminggu sekali. Hang in there, Mommies!
Memang sih, ujian nasional ditiadakan, namun, bagaimana sistem penilaian yang akan diberlakukan? Apakah akan maksimal? Selain uang sekolah yang sampai sekarang juga belum ada tanda-tanda bakalan ada penyesuaian, bingung juga gimana nanti saat anak masuk SD. Masa iya, dimulainya tetap dengan metode SFH? Nggak rela juga kalau sampai kegiatan belajar mengajar belum bisa dilakukan dengan optimal, tapi sudah harus bayar SPP.
As working mom, tentu ada rasa cemas akan hal ini. Nggak sedikit, juga, kan, working mom yang menjadi tulang punggung keluarga. Kita nggak pernah bisa tahu, siapa pihak-pihak yang akan dipertahankan dan siapa yang akan “dilepas” terlebih dahulu oleh perusahaan.
Cemasnya kalau sampai ada anggota keluarga dekat yang sakit, apalagi orangtua (lansia) yang terbukti lebih rentan terpapar virus corona ini. Sedihnya lagi, melepas kepergian seseorang yang meninggal sekarang ini tidak lagi seperti sedia kala, di mana hanya petugas yang akan mengantar mereka ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Buat yang masih bisa rely on pendapatan suami, sih, mungkin rasanya nggak akan secemas mereka yang sudah sama-sama pensiun dari pekerjaan kantoran dengan gaji bulanan. Ketika bisnis pribadi juga ikut mandek karena pandemi, nggak heran aset-aset pun harus ada yang dilepas, itu pun kalau bisa cepat laku di pasaran, kalau nggak, apa kabar kebutuhan bulanan?
Meski sekarang sudah banyak program yang memberlakukan rapid test secara gratis, salah satu teman saya malah bilang, “Kok, gue malah takut buat nge-tes, ya, takut kalau positif, trus malah disuruh karantina di RS!” Kalau ibu gue dirawat, siapa yang bakalan ngurus anak-anak di rumah?
Kalau Mommies, paling cemas sama yang mana?
Baca juga:
Pesan Seorang Ibu yang Sedang Berjuang Untuk Sembuh dari Covid-19
Pekerjaan Ibu di Kantor Juga Sama Pentingnya dengan Pekerjaan Rumah