Anak-anak memang ‘kehilangan’ banyak hal saat karantina ini. Tapi kalau boleh jujur, mereka juga belajar banyak tentang kehidupan di masa karantina.
Covid-19 adalah pandemi yang sudah menelan banyak korban dalam berbagai sektor. Kematian, kehilangan pekerjaan, hak pendidikan untuk anak-anak hingga meningkatnya kekerasan di dalam rumah tangga. Rasanya kok ya sedih…..
Tapi, mari kita melihat salah satu sisi baik yang terjadi di masa karantina ini: Bahwa anak-anak mendapat banyak pelajaran mengenai life skills ketika mereka menghadapi situasi yang tidak nyaman untuk mereka. Bahwa situasi sulit terkadang memberikan kita banyak ilmu yang kadang tidak kita sadari. It’s also an opportunity for kids to learn the have tremendous capacity to overcome adversity kalau kata psikolog Ron Stolberg.
Here the lists …. Life skill yang semoga saja dipelajari oleh anak-anak kita selama masa pandemi ini...
Menurut Nicholas Westers, Psikolog anak di UT Southwestern, menjalani hidup dengan ketidaknyamanan serta ketidakpastian bisa melatih kekuatan mental. Yang perlu dilakukan orang tua adalah, jangan membohongi anak dengan memberikan jawaban palsu tentang kapan ini berakhir. Jujur saja katakan kita tidak tahu, namun saat ini banyak dokter sedang bekerja keras untuk mencari obat serta vaksinnya. Dan katakan kepada mereka, bahwa kita akan memberikan informasi terbaru jika memang ada.
Ketika hidup nyaman kita ‘direnggut’ tanpa tahu kapan akan berakhir, kita bisa mengajarkan anak-anak bagaimana tetap menjalani hidup dengan baik-baik saja. Hargai kesabaran mereka dan ‘pengorbanan’ yang sudah mereka lakukan dalam menjalani karantina. Namun tetap berikan ruang untuk mereka merasa tidak nyaman dan berkeluh kesah. Nggak masalah juga kalau kita mengatakan, kita pun sebagai orang tua juga khawatir, namun apa yang kita lakukan agar kekhawatiran ini tidak membuat kita stress? Nah masukkan cara-cara yang kita lakukan, anak bisa jadi mencontohnya.
Di masa karantina ini, anak-anak saya banyaaaaak banget mengajukan pertanyaan. Mulai dari urusan pandemi, pelajaran hingga hal-hal tentang kehidupan. Dibanding langsung memberikan jawaban, saya suka tanya balik ke anak kalau menurut mereka gimana? Masa karantina bisa menjadi momen pas untuk kita memahami lebih baik tentang anak kita, cara dia berpikir dan cara dia menyelesaikan sebuah masalah.
Kalau selama ini waktu mereka sering habis untuk sekolah dan les ditambah perjalanan yang sering macet, saat ini mereka punya cukup waktu untuk mempelajari hal lain yang mungkin selama ini mereka sukai namun tidak punya waktu untuk mengerjakannya. Anak-anak saya jadi sering banget masak, ngalah-ngalahin mamanya, ahahaha. Begitupun dengan games, mereka jadi punya pilihan games lain. Btw, saya sekarang ikutan main PUBG sama anak saya, ahahaha.
Saya melibatkan anak-anak di dalam urusan membersihkan rumah, memilih menu yang mau dimasak, belanja bulanan, hingga budget untuk belanja minggu ini. Mereka jadi sadar bahwa ya kehadiran mereka dibutuhkan untuk membantu mamanya ini.
Terjebak di rumah dengan pembatasan-pembatasan gadget mau tidak mau memaksa mereka untuk lebih sering berkomunikasi. Maka ini waktunya saya mengajarkan bagaimana berbicara yang baik dan benar dengan orang lain. Menyapa, membuka percakapan, menanggapi obrolan, menyampaikan pendapat. Saya percaya, anak yang memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, akan memiliki rasa percaya diri yang juga baik.
Photo by Jason Rosewell on Unsplash
Seperti yang sudah saya katakana di atas, karantina membuat anak-anak saya mau turun ke dapur dan memasak. Sekarang mereka paham beda bawang merah, putih dan Bombay. Mereka bisa mengiris kentang, buah, daging, ayam hingga mengupas udang. Mereka bisa menggoreng nasi, membuat ayam ungkep, hingga kering kentang. Mereka tahu cara memasang gas, mengganti aqua gallon hingga mengisi toren air.
Kalau dulu sebatas mencuci pakaian dalam sendiri, sekarang mereka paham membedakan cucian berwarna dengan tidak ke dalam mesin cuci. Mereka paham mengoperasikan mesin cuci tanpa pewangi dan jika menggunakan pewangi. Mereka paham apa yang harus dilakukan ketika mesin cuci mati di tengah jalan.
Photo by Jordan Rowland on Unsplash
Mereka tahu banyak orang yang kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian. Mereka paham bahwa banyak orang di-PHK atau hanya mendapat setengah penghasilan. Dan mereka perlu belajar dari kondisi ini bahwa kondisi keuangan kita bisa sangat-sangat tidak stabil tergantung dari seperti apa kita mempersiapkannya. Jadi mereka pun mula berhitung tentang uang yang mereka punya dan buat apa pemakaiannya.
Anak-anak saya suka melongo kalau melihat kecepatan saya mengetik di laptop, ahahaha. Dan sekarang, dengan semakin intensnya mereka menggunakan laptop, maka kemampuan mereka mengetik pun semakin terlatih, ditambah ketelitian. Jangan asal cepat, karena teliti juga harus.
Semua dimulai dengan hal sederhana. Membuat jadwal harian mereka sendiri dan target-target pekerjaan (sekolah serta rumah) yang harus mereka selesaikan. Sesederhana: Targetnya,
- Jam 2 siang semua tugas sudah harus selesai.
- Nilai selama belajar dari rumah harus minimal sekian karena kan mereka dimudahkan untuk mencari jawaban.
- Seminggu bisa masak dua masakan sederhana.
- Setiap hari harus olahraga minimal 15 menit.
- Dst-nya
Corona virus membuat anak-anak saya lebih peduli dengan kebersihan dan kesehatan, ahahaha. Mereka sekarang rajin mencuci tangan, mau makan sayur tanpa dipaksa, nggak berminat jajan, mau makan buah banyak, istirahat cukup, olahraga dan berjemur.
Melihat saya tetap berpakaian rapih ketika harus online meeting atau gereja virtual mengajarkan mereka bahwa walau mama nggak mengatur cara berpakaian mereka, namun memastikan pakaian yang kita kenakan itu bersih dan rapih adalah salah satu cara menghargai diri kita sendiri serta lawan bicara kita.
Baca juga:
Remaja Bau Badan, Begini Cara Mengajarkannya Bersih-bersih
Photo by Icons8 Team on Unsplash
Pengaturan waktu yang saya buat, bahwa mereka baru boleh main games setelah semua tanggung jawab mereka selesai membuat mereka belajar mengatur kegiatan harian mereka dengan baik.
Saya selalu bilang sama anak-anak, kalau mereka suatu saat kuliah di luar kota atau negeri di kampus yang bagus (amiiiiin), saya tidak akan memberikan fasilitas ART ke mereka dan itu artinya mereka harus siap bertanggung jawab terhadap hidup rumah tempat mereka tinggal. Jadi ya silakan belajar menyapu, mengepel, mengganti seprei di saat karantina ini. Btw, anak saya yang kecil akhirnya senang nyapu ngepel dibanding ganti seprei, hehehe.
Gimana caranya? Iya, bersama terus menerus di dalam satu rumah pasti adalah konflik-konflik kecil antara anak atau antara ibu dan anak. Biasanya kalau lagi konflik sama saya, saya akan tanya kenapa mereka keberatan dengan apa yang saya minta? Kenapa mereka berantem? Kenapa mereka harus ribut gara-gara hal sepele? Jawaban-jawaban mereka akan melatih mereka untuk berargumentasi dan berani bicara untuk kepentingan mereka sendiri.
Membersihkan rumah, memasak, mengurus binatang, mengurus halaman, itu butuh kerja sama. Di masa karantina ini mereka benar-benar belajar untuk menjadi anggota tim yang baik, karena kalau nggak, ya mereka sendiri yang akan susah.
Adanya karantina mengingatkan saya kembali, bahwa membesarkan anak itu tak sekadar memberi makan, pakaian serta pendidikan. Membesarkan anak termasuk membekali mereka skill untuk kelak mereka menjalani hidup.
Semoga selesai karantina, banyak pelajaran hidup tak hanya untuk kita, namun juga untuk anak-anak kita.
Ah dan selamat hari Pendidikan, ketika mendidik anak sekarang bisa kita lakukan dalam berbagai bentuk dan cara.
Baca juga:
Empati pada Anak Tidak Berkembang, Ini Beberapa Tandanya
Banyak yang Bisa Dibanggakan dari Anak Selain Nilai Akademis dan Urutan Ranking