banner-detik
EDITOR'S NOTE

Tentang Kehilangan

author

fiaindriokusumo01 Jan 2020

Tentang Kehilangan

Kehilangan, kematian, penyesalan …. Tanpa sadar telah mengubah saya dalam banyak hal.

 Penyebab Insecure di Kalangan Anak Remaja  - Mommies Daily

Tanggal 31 Desember 2019, saya kehilangan kakak ipar saya. Beliau meninggal karena sakit yang dideritanya cukup lama. Dia meninggalkan kakak saya dan juga anaknya yang berusia 5 tahun. Saya bersyukur, di akhir masa hidupnya, kesalahpahaman yang sempat terjadi di antara kami bisa selesai dengan baik-baik saja. Tidak ada rasa penyesalan yang saya alami kali ini.

Iya, kali ini …. karena sebelum-sebelumnya, ketika saya harus kehilangan orang-orang yang saya sayangi karena kematian, selalu ada rasa menyesal yang hadir setelahnya.

Nyaris 40 tahun saya hidup, ada empat kali kehilangan besar yang pada akhirnya mengubah pribadi saya tanpa saya sadar. Sadarnya, ya kemarin itu, ketika lagi-lagi harus ada kematian di lingkungan keluarga dekat saya.

Meninggalnya papah (tahun 1998), eyang kakung (tahun 2005) dan kakak ipar saya yang pertama (tahun 2016), adalah tamparan keras bagi saya si mahluk yang paling gengsi menunjukkan rasa sayang. Kematian mereka mengajarkan saya (dengan cara yang tidak menyenangkan tentunya) bahwa menunjukkan rasa sayang kita ke orang lain itu bukan kelemahan. Menyelesaikan masalah dengan orang lain membuat kita lega. Dan ketika mereka akhirnya tidak ada, pergi untuk selamanya, kita bisa mengatakan bahwa kita sudah memberikan yang terbaik yang kita bisa, dan itu rasanya menyenangkan.

Tahun 2019 sudah selesai. Saya kembali kehilangan. Ada rasa duka dan luka pastinya. Namun yang membuat saya bersyukur, tak ada rasa menyesal untuk kali ini. Saya pun bisa lebih ikhlas melepas kepergiannya.

Kehilangan dan 2019 mengajarkan saya, bahwa tak pernah salah menjadi orang yang baik, menjadi orang yang penuh kasih sayang, menjadi orang yang bisa membuat orang lain bahagia. Dan saya masih terus berusaha untuk menjadi orang yang seperti itu.

Susah? Bangeeeeet! Apalagi buat aliansi manusia penuh gengsi macam saya kan, hehehe. Malas? Sering banget! Apalagi kalau ketemu dengan manusia-manusia yang susah benar buat disayang (tahu kan tipikal manusia macam itu?). Tapi worth it dicoba? Sudah pasti! Lihat aja saya, butuh 18 tahun untuk pada akhirnya saya berubah menjadi (sedikiiiiiiiit) lebih baik.

Mulai aja dulu dari lingkungan keluarga. Karena kadang, nggak hanya di dalam hubungan pasangan kita sering take it for granted, dalam hubungan keluarga pun kita juga suka begitu tanpa kita sadar.

Berasa keluarga, berasa ada hubungan darah, ya udah, nggak perlu dimaintain, nggak perlu diusahakan harmonis, nggak perlu usaha intinya.

Tapi ketika mereka meninggal, ternyata ada lubang besar di hati yang kita rasakan. At least itu yang saya rasakan dan alami.

Lelah lho merasa berduka. Lelah lho merasa kehilangan. Dan luar biasa lelah merasakan penyesalan di mana kita udah nggak bisa menebusnya lagi.

Jadi, memasuki tahun 2020, saya hanya berharap, agar sebagai manusia, saya bisa lebih penuh kasih, lebih peduli, dan lebih bahagia, bersama orang-orang yang saya sayang. Dan semoga hal yang sama terjadi pada kalian semua.

Be positive

Spread happiness, it doubles in return

Share Article

author

fiaindriokusumo

Biasa dipanggil Fia, ibu dari dua anak ini sudah merasakan serunya berada di dunia media sejak tahun 2002. "Memiliki anak membuat saya menjadj pribadi yang jauh lebih baik, karena saya tahu bahwa sekarang ada dua mahluk mungil yang akan selalu menjiplak segala perilaku saya," demikian komentarnya mengenai serunya sebagai ibu.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan