Sorry, we couldn't find any article matching ''
Tiga Sosok Penggiat Kesehatan Mental
Tak melulu harus bergelar sebagai psikolog atau psikiater untuk bisa bergerak menjadi penggiat kesehatan mental. Satu sosok dengan label seniman yang saya pilih ini, juga punya misi penting menyuarakan kesehatan mental.
Adjie Santosoputro
Ia dikenal sebagai sosok Mindfulness Practioner. Berawal dari pengalaman masa kecil dan remaja. Ia lahir dan bertumbuh di rumah dengan orangtua tidak rukun. Seringkali menjadi saksi hidup pertengkaran, mendengar bentaan, hingga melihat pecahan kaca berserakan diringi suara teriakan.
Adjie kecil tak mendapatkan kedamaian dalam hidupnya. Perasaan semacam ini menetap hingga besar. Ikut merasakan pedihnya perasaan anak-anak yang terpapar kekerasan psikis apalagi kekerasan fisik.
Karena memori traumatis tersebut, Adjie sempat mempunyai keinginan bunuh diri. Tapi belum sampai ke tahap percobaan. Dia “diselamatkan” oleh ibu dan teman-teman dekatnya. “ yang mereka lakukan sederhana: mengingatkan bahwa saya tidak sendirian,” begitu kata Adjie yang sempat MD wawancara akhir tahun 2018 lalu.
Hingga akhirnya Adjie belajar dan berlatih soal meditasi, keheningan, mengistirahatkan pikiran, menyembuhkan luka batin, dan hidup sadar berbahagia. Dalam website-nya, adjiesantosoputro.com , tertulis lulusan cumluad Psikologi UGM ini sering disebut masyarakat sebagai “Tukang bikin tenang.” Mommies dapat menemui Adjie dalam berbagai pelatihan dan seminar.
Baca juga: 10 Tips Melatih Kesadaran Diri dan Belajar Jeda dari Adjie Santosoputro
Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, Sp.KJ
Image: IG @true_noriyu
Secara pribadi perhatian saya sempat tercuri oleh sosok psikiater perempuan kelahiran Palu 42 tahun lalu ini. Pada 2016 silam, saya mewakili Mommies Daily datang ke talkshow dan diskusi “Cegah Gangguan Jiwa Akibat Bencana Psikososial”, bertepatan pada Hari Kesehatan Jiwa Sedunia yang diadakan oleh PDSKJI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia), di Jakarta.
Dari sekian pembicara hari itu, Nova termasuk sosok yang masih muda. Tampilannya trendi, dan gaya bicaranya menyesuaikan dengan Bahasa anak muda. Ia mengemas berbagai penelitian dan jurnal yang “serius” menjadi tema bahasan yang mudah dimengerti teman-teman media.
Misalnya saja Nova, menegaskan ada 3 indikator dari standar WHO seseorang bisa dikatakan memiliki jiwa yang sehat:
Nova diketahui juga pernah menjabat anggota DPR dari Partai Demokrat. Dan kini dia masih aktif menjabat Sekretaris Jenderal Federasi Asia Asosiasi Psikiatri, dan Ketua Psikiater Jakarta. Ia juga dikenal sebagai inisiator RUU Kesehatan Jiwa, yang kini sudah sah menjadi UU. Selain dokter ahli kejiwaan, Nova juga menulis, dan telah menelurkan enam novel dan berbagai kumpulan esai.
Sama seperti Adjie, Nova juga masih aktif menjadi pembicara di berbagai talkshow, seminar dan acara-acara sejenisnya. Membawa misi kepada masyarakat, bahwa kesehatan mental juga sama penting seperti kesehatan fisik yang wajib mendapatkan perhatian.
Baca juga: Sudah Yakin Jiwa Anda dan Keluarga Sehat?
Kunto Aji
Image: IG @kuntoajiw
Bagi mommies yang mengikuti rekam jejak karier penyanyi Kunto Aji, pasti tahu kalau albumnya “Mantra Mantra” (2018) punya misi penting, mengusung kesehatan mental! Misalnya lagu yang berjudul “Pilu Membiru” ,tujuan Aji membuat lagu ini untuk mengajak masyarakat menguras emosi, mengeluarkannya dalam bentuk menangis misalnya. Menangis kata Aji, di Narasi TV, Aji bilang kepada Najwa, “mau itu perempuan atau laki-laki, ya nggak apa-apa menangis. Karena menangis adalah sistem pertahanan diri seseorang dari stress. Lepaskan saja!”
“Sebagian orang, secara tidak sadar memendam sesuatu, dan itu jadi masalah. Orang mengira masalah yang dipendam itu tidak berdampak, padahal sebaliknya. Bangun pagi tidak enak, produktivitas menurun,” jelas Aji di Narasi TV dalam episode Najwa x Kunto Aji Membuat Najwa menangis.
Lewat lagu yang sama, Aji mengajak masyarakat untuk membangunkan memori apa yang masih menyangkut dan menjadi beban, keluarkan saja sarannya.
Tak hanya Pilu Membiru, single pertamanya “Terlalu Lama Sendiri” punya cerita yang nggak kalah menyentuh. Lagu ini dibuat ketika Aji ada di titik 0 kehidupan. Uangnya habis untuk membiayai sakit kolesterol yang dideritanya. Rencana membuat satu album kandas. Biaya yang tersisa hanya bisa mengakomodir menggarapa satu lagu. Tak diduga single “Terlalu Lama Sendiri” meledak di pasaran, dan mengantarnya hingga ada di titik karier yang sekarang.
Menurut saya, Aji tak hanya berkarya sebatas seniman, tapi berusaha memberi nilai-nilai baik di masing-masing lagunya. Ada tanggung jawab moril yang dia suguhkan. Lagu-lagu yang tak sekadar nyaman untuk didengarkan, sekaligus menjadi media menyembuhkan luka lama dan menenangkan jiwa-jiwa yang sedang gusar.
Baca juga: Mom, Mengakui Diri Punya Masalah Mental itu Tidak Apa-apa
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS