Ditullis oleh: Lariza Putri
Meski daya tahan tubuhnya sudah semakin kuat, anak-anak dan remaja tetap butuh vaksinasi.
Beberapa minggu lalu, saat kunjungan rutin ke dokter anak, pak dokter berkomentar, “Si kakak sudah diimunisasi lagi, Bu?” Saya berdalih, bahwa imunisasi kakak (9 tahun) sudah lengkap saat ia masuk TK. Ternyata, eh, ternyata, yang dimaksud dokter adalah imunisasi saat kakak sudah menuju SD jelang remaja. Dan tentu saja saya belum mengetahui tentang hal tersebut. Mungkin ini terjadi akibat saya merasa sudah melengkapi vaksinasi kakak saat ia kecil.
Baca juga: Do’s and Don’ts Imunisasi
Berdasarkan rekomendasi IDAI, berikut ini beberapa imunisasi atau vaksinasi untuk anak usia SD hingga remaja.
Vaksin DPT kelima harusnya memang dilakukan saat anak berusia lima tahun. Tapi bagi anak yang belum mendapatkan vaksin lanjutan DPT ini, masih bisa catch up hingga anak usia sembilan tahun. Sama seperti saat masih bayi, vaksin DPT ini juga diberikan untuk melindungi anak kita dari penyakit difteri, pertusis, dan tetanus.
Vaksin TDAP ini merupakan vaksin lanjutannya DPT. Vaksin ini bisa diberikan pada anak yang berusia di atas 10 tahun dan diulangi pemberiannya setiap 10 tahun. Vaksin ini dapat melindungi anak dari racun tetanus yang dihasilkan oleh kuman tetanus yang berada di dalam tanah. Kuman tetanus tersebut bisa masuk ke dalam tubuh melalui luka dalam seperti tertusuk paku yang kotor. Selain itu juga dapat melindungi anak dari penyakit difteri yang dapat menyumbat saluran napas, serta penyakit pertusis atau batuk rejan. Penyakit batuk rejan ini bisa berlangsung berminggu-minggu dan dapat menghambat aktivitas sekolah anak.
Untuk influenza yang ringan memang dapat sembuh dalam waktu beberapa hari saja. Tapi kasus influenza yang berat dapat berlangsung lebih lama bahkan dapat menimbulkan komplikasi seperti radang sinus hingga radang paru atau pneumonia yang dapat menimbulkan sesak napas. Anak dan remaja yang memiliki riwayat asma dan diabetes memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami influenza berat. Berikan anak imunisasi influenza ini setahun sekali ya, mom.
Vaksin HPV dapat mencegah infeksi virus HPV. Infeksi virus HPV dapat menyebabkan kanker serviks, kanker vagina, dan kanker bibir kemaluan. Padahal kanker serviks hingga saat ini sudah menyebabkan kematian sebanyak 250.000 orang setiap tahunnya. Di Indonesia, vaksin HPV disarankan untuk diberikan pada anak usia di atas 10 tahun, sebanyak tiga dosis. Di beberapa provinsi di Indonesia, vaksin ini bahkan sudah diberikan secara gratis di sekolah-sekolah.
Baca juga: Tunda Dulu Memberikan Vaksin pada Anak, Jika Terjadi Hal Ini
Penyakit campak, gondongan, dan rubella, dapat dicegah dengan vaksin MMR. Bila saat balita anak kita belum mendapatkan vaksin ini, Moms masih bisa memberikannya hingga anak berusia remaja. Terlambat masih lebih baik daripada tidak memberikan vaksin ini sama sekali.
Vaksin tifoid dapat melindungi anak dari demam tifoid atau tifus. Untuk mendapatkan perlindungan yang maksimal, vaksin tifoid ini harus diberikan secara berulang setiap tiga tahun sekali. Selalu catat setiap kali anak mendapatkan vaksin ini, sehingga mom tidak lupa untuk memberikan vaksin ulangannya.
Vaksin hepatitis A ini setidaknya wajib diberikan sebanyak dua kali dengan interval enam hingga 12 bulan. Vaksin hepatitis A boleh diberikan di usia berapapun sejak balita hingga remaja.
Pemberian vaksin varisela juga tidak kalah pentingnya. Vaksin varisela diberikan satu kali seumur hidup untuk melindungi anak dari penyakit cacar air. Waktu terbaik untuk memberikan vaksin varisela ini adalah sebelum anak masuk sekolah dasar. Bila diberikan pada usia lebih dari 13 tahun, perlu dua dosis dengan interval minimal empat minggu.
-
Yuk cek lagi ke masing-masing dokter spesialis anak kita, mana di antara 8 vaksin di atas yang butuh dikasih ke anak SD dan remaja mommies.
Baca juga: Anti Vaksin, Berisiko Membunuh Bayi Orang Lain