Sorry, we couldn't find any article matching ''
Saat Anak Mengaku Gay, Bagaimana Reaksi Kita Sebagai Orang tua?
Saat anak mengaku gay, apakah kita akan marah, sedih, kecewa atau biasa saja? Semua kita punya reaksi yang berbeda. Namun pahami bahwa anak sebenarnya butuh ‘bantuan’ kita. Dan reaksi yang salah hanya akan membuat mereka menjauh.
Beberapa minggu yang lalu, terjadi kehebohan di WAG orang tua murid sekolah anak saya, karena ternyata ada salah satu ibu yang melihat percakapan di WAG anak-anak dan mendapatkan ada salah satu anak laki yang mengaku di situ bahwa dia gay. Kehebohan pun terjadi. Ada yang langsung menghakimi si anak. Ada juga yang mencoba mencari tahu apakah ucapan anak ini benar atau sekadar mencari perhatian maupun sensasi.
Saya jadi teringat ketika ada seseorang yang bertanya ke saya, pertanyaannya seperti ini:
Kalau harus memilih antara anak pindah agama atau menjadi Gay, apa yang akan kamu pilih?
Saya terdiam lumayan lama. Berpikir, berpikir dan berpikir. Kemudian saya menjawab “Kayaknya saya memilih anak saya pindah agama.”
Saya tidak membenci mereka yang menjadi gay. Tapi saya hanya tidak sanggup melihat bagaimana lingkungan masyarakat memperlakukan anak saya jika dia adalah gay. Well, seperti yang kita tahu, bahwa penerimaan terhadap gay itu masih sangat sulit. Saya tidak sanggup melihat jika anak saya diperlakukan dengan tidak baik, dihina atau bahkan terancam keselamatannya.
Saya di sini tidak bicara tentang salah dan benar, dosa atau tidak, karena setiap orang pasti memiliki pandangan yang berbeda-beda. Namun bahwa itu dikatakan salah di dalam kitab suci, jelas iya.
Kalau boleh bicara jujur, mungkin nggak ada orangtua yang ingin anaknya melewati masa-masa yang akan membuat hidupnya sulit. Semua orang tua ingin path perjalanan anak-anaknya ya wajar-wajar saya. Tapi, ketika itu terjadi, apakah kita tahu apa yang harus kita lakukan sebagai orang tua?
Saya mencoba bertanya kepada mbak Vera Itabilliana selaku Psikolog Anak dan Remaja, bagaimana seharusnya reaksi orangtua? Apa yang sebenarnya terjadi ketika anak mengaku bahwa dia gay? Berikut hasil obrolan saya dengan mbak Vera …
1. Sebenarnya di usia berapa sih anak bisa paham konsep Gay? Karena, kan, kematangan pemahaman seorang anak tentang seks itu sebenarnya ada di usia remaja ya, nah itu di kisaran usia berapa tepatnya?
Pemahaman penuhnya memang saat anak masuk usia remaja di mana orientasi seksual menjadi isu perkembangan. Dari beberapa klien yang pernah datang ke saya, mereka menyadari kalau mereka berbeda itu ya pas masuk usia remaja (13 tahun ke atas) tapi sebelum usia itu sudah ada pengalaman-pengalaman yang mereka rasakan meski belum paham apa dan mengapanya.
"Dari dulu aku tuh memang sukanya mainan perempuan" atau " dari dulu punya idolanya yang beda sama anak-anak lainnya (misal anak lain suka power ranger, dia suka barbie).”
2. Bagaimana kita tahu bahwa pengakuan anak ini beneran serius, atau dia hanya asal ngomong bahwa dia gay supaya dianggap cool mungkin?
Ya diajak bicara yang tentunya nggak bisa sekali dua kali. Ada anak yang mengaku gay karena ingin dianggap berani mendobrak tatanan norma yang ada. Jadi faktor mendasarnya ada hal lainnya.
3. Kapan kita perlu merasa memerhatikan lebih detail? Apa tanda-tandanya?
- Sebagai orang tua, khususnya ibu, punya intuisi. Jangan remehkan itu. JIka ada kecurigaan, amati dan dekati anak lebih intens untuk memastikan tapi tanpa menuduh atau interogasi.
- Anak bergaul dengan mayoritas teman berlawanan jenis dan melakukan kegiatan yang diarahkan oleh teman lawan jenisnya tersebut serta anak terlihat menikmatinya. Misalnya anak laki-laki punya geng mayoritas anak perempuan & melakukan kegiatan "berbau" perempuan seperti belanja baju dll. Ini bukan indikator pasti tapi bisa menjadi alasan untuk melihat lebih jauh lagi.
- Anak menunjukkan tanda pubertas yang berbeda dari anak lainnya. Nah ini perlu dikonsultasikan lebih jauh ke ahli endokrin.
- Anak selalu terlihat risau akan dirinya, tidak nyaman dan bahkan benci dirinya sendiri. Ini bisa disebabkan konflik di dalam diri anak karena kondisinya dan di sisi lain dia tahu itu salah/tidak diterima lingkungan.
3. Ketika anak mengaku gay, apa yang harus kita lakukan dan apa yang jangan pernah kita lakukan?
- Kendalikan diri sendiri. Pasti adalah penolakan dari dalam diri kita, marah, kecewa dan mungkin menyalahkan diri sendiri. Tapi ingat, anak sudah berani membuat pengakuan, ini patut dihargai dan sadari ini sebagai sinyal minta bantuan karena anak seringkali juga masih bingung dengan kondisi yang ia rasakan.
- Tanyakan apa yang dia butuhkan dari diri kita.
- Perlahan, coba sisipkan pesan pada anak bahwa segala sesuatunya masih berkembang dan mungkin akan berubah. Di usianya sekarang ini "it's just a phase" jadi ajak anak mengkritisi dirinya sendiri untuk tidak langsung melabel dirinya gay.
- Ajak anak untuk melakukan pemeriksaan hormonal untuk mencari tahu apakah memang ada gangguan/kelainan hormon yang bisa memicu kondisi tersebut;
- Dan menemui psikolog untuk membantu/membimbing anak serta orangtua untuk mengatasi hal ini.
4. Apa sebenarnya penyebab anak remaja menjadi gay?
Sampai sekarang belum ada penelitian yang menunjukkan apa penyebab pastinya. Ada karena gangguan hormonal dan ada juga pengaruh lingkungan termasuk adanya pengalaman traumatik dsb.
5. Biasanya kan reaksi umum orang tua adalah marah ya mbak, nah apa dampak dari reaksi orang tua yang marah?
Dampaknya anak bisa saja kabur, menutup diri dan dia merasa orang tua bukan lagi tempat yang tepat untuk dia bercerita. Pahami bahwa anak sendiri juga going thru some battle. Mereka sudah punya norma dan tahu itu salah. Ada konflik di dalam diri mereka. Maka ketika mereka sudah berani bicara jujur itu tandanya mereka sudah nggak mampu handle sendiri.
6. Mbak Vera bilang, ada anak yang mau diajak untuk mencoba berubah tapi ada anak yang tidak ingin berubah dan hanya ingin lingkungan menerima dia apa adanya, apa yang perlu dilakukan orang tua?
Saat anak merasa bahwa keputusannya menjadi gay itu tidak ingin diubah, maka orang tua perlu membicarakan kemungkinan-kemungkinan yang akan dihadapi oleh si anak. Orangtua jangan langsung menolak. Terima. Rangkul.
7. Jika ini semua belum terjadi, apa yang bisa dilakukan oleh orang tua?
Seringkali di luar kasus hormonal, penyebabnya adalah hubungan yang nggak sehat dari dalam keluarga. Maka perbaiki kondisi di dalam rumah. Anak dengan orang tua. Evaluasi kembali. Jangan menjadi orang tua yang kaku. Cari aktivitas yang lebih sesuai dengan jenis kelaminnya.
Baca juga: Saat Anak Memasuki Tahap Menstruasi dan Mimpi Basah
8. Pertanyaan terakhir mbak, jika teman anak kita yang seperti ini, apa yang harus kita lakukan dan jelaskan ke anak?
Sebenarnya pembicaraan mengenai LGBT sudah bisa dilakukan sejak anak duduk di bangku Sekolah Dasar. Ajarkan anak untuk tetap bersikap baik, berteman namun ada batasan-batasannya. Contohnya, seperti hubungan manusia dengan pohon. Kita menjaga pohon dengan baik bukan berarti kita harus berubah juga menjadi pohon. Kita menjaga hubungan baik dengan teman yang gay, bukan berarti kita harus berubah menjadi gay.
Baca juga: Bicara Tentang LGBT Pada Anak
Dan dalam kasus heboh di WAG itu, jangan langsung buka nama si teman ke anak kita, pancing aja pelan-pelan tentang apa yang anak kita ketahui tentang si anak itu. Baru nanti bisa dikembangkan lagi obrolannya.
Kalau saya membahas mengenai hal ini, semata karena saya ingin menyiapkan para orang tua menghadapi setiap kejadian yang mungkin tidak sesuai dengan harapan mereka.
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS