Ditulis oleh: Febria Silaen
Pengetahuan yang diberikan sejak dini akan mencegah anak menjadi pelaku maupun korban bullying lho.
Bagaimana bicara tentang bullying kepada anak? Jujur saja saya belum benar-benar terbuka pada anak tentang bullying. Padahal faktanya dalam keseharian baik di rumah maupun di sekolah, anak bisa saja melihat aksi bullying. Duh, kok rasanya saja jadi malu sendiri dan merasa bersalah. Sepertinya saya membuat anak merasa bahwa dirinya dan lingkungan sekitarnya akan berperilaku manis dan baik padanya. Karena ketidakterbukaan saya ngobrol soal bullying ini. Padahal, sebenarnya perundungan (bullying) yang disebut sebagai perilaku atau tindakan agresif yang melibatkan ketidakseimbangan kekuatan sehingga merugikan orang lain ini sangat dekat dengan kita.
Baca juga:
Jangan Katakan Ini Kepada Anak Korban Bullying
Tapi setidaknya belum terlambat untuk saya mengajak anak berbicara dan blak-blakan soal perundungan ini. Apalagi mengingat kasus perundungan makin meningkat dari tahun ke tahun. Akhirnya beberapa langkah-langkah di bawah ini saya coba lakukan untuk memulai percakapan soal bullying kepada anak:
Pertama, menjelaskan apa sih bullying itu. Jadi anak memang harus memahami apa itu bullying. Tindakan yang dikategorikan sebagai perundungan yaitu tindakan agresif seseorang dengan menggunakan kekuatan seperti kekuatan fisik, akses informasi yang memalukan, atau popularitas untuk mengendalikan atau membahayakan orang lain.
Kedua, anak perlu tahu apa saja sih jenis perundungan itu. Karena memang tidak selalu bullying itu berupa kekerasan fisik, seperti melukai, menendang, mendorong hingga menghancurkan barang orang lain.
Ada perundungan verbal, yaitu intimidasi yang melibatkan kata-kata baik secara tertulis atau terucap. Misal memanggil nama yang tidak pantas, mengejek, menghina, dan mengancam.
Perundungan sosial, seperti mempermalukan seseorang, dan mengucilkan seseorang.Perundungan di dunia maya adalah perilaku intimidasi yang dilakukan menggunakan teknologi digital.
Perundungan seksual, seperti pemanggilan nama seksual atau cat-calling, gerakan vulgar, menyentuh, dan materi pornografi. Untuk jenis bullying ini saya jujur agak sedikit berhati-hati dalam menjelaskan. Dan saya menambahkan untuk memberikan penjelasan soal bagian intim mana saja yang tidak boleh disentuh selain oleh saya, ibunya sendiri.
Ketiga, saya memberitahu kepada anak soal ciri-ciri pelaku bullying. Tentu saja dengan harapan ia bisa menyadari atau bahkan saya sendiri, jangan-jangan kami adalah pelaku perundungan itu sendiri tanpa sengaja atau disengaja. Apa saja sih ciri-ciri pelaku bullying? Yang mudah dikenali saya jelaskan adalah biasanya pelaku menekan teman dan mengancam dengan menggunakan kekuatan. Mendominasi dan sering bersikap agresif.
Keempat, memberikan penjelasan soal dampak dari perundungan. Baik sebagai korban atau pelaku. Misal, ketika menjadi korban bullying bisa membuat trauma dan anak minder. Sebaliknya sebagai pelaku bullying, anak akan dijauhi teman bahkan paling buruk bisa diberikan sanksi pidana.
Ini saya jelaskan mengingat begitu mudahnya anak sekarang mengakses media sosial. Anak harus memahami bahwa dalam bermedia sosial ada etika dan undang-undang yang mengatur. Sehingga ia akan lebih mawas diri ketika mengunduh sesuatu di akun media sosialnya.
Kelima, memberikan contoh kasus bullying yang berujung di meja hijau. Ini bukan menakut-nakuti anak. Namun, ini akan membuat anak tahu bahwa perundungan itu sangat tidak baik dan melanggar hukum. Sehingga anak akan berpikir dua kali untuk menjadi pelaku. Dari contoh tersebut saya juga meminta anak untuk mau terbuka dan berkomunikasi soal hal-hal yang dialami baik di sekolah atau di rumah.
Dan tentu saja, saya tidak bisa menampik kalau misal anak bisa menjadi korban bullying. Jadi, ketika anak (mungkin) adalah korban bullying itu sendiri maka cara yang bisa saya lakukan adalah tetap memberikan dukungan untuk dia memiliki rasa percaya diri.
Tentu dengan memberikan contoh nyata, misal korban bullying dari kalangan selebriti misal Maudy Ayunda. Dan kalau anak menjadi pelaku bullying maka kasus dari Taeyong NCT yang meminta maaf pada teman yang dibully saat SMP.
Setidaknya dengan cara di atas, berharap agar anak jangan pernah mau menjadi korban, tapi lawan perundungan. Dan jangan menjadi pelaku, ajarkan anak memiliki empati cegah perundungan.
Baca juga:
Karakter yang Harus Dimiliki Anak Perempuan Untuk Taklukkan Dunia