Saya yakin, banyak di antara kita yang melewati hari begitu saja. Tak sadar jam berlalu dan terasa sibuk sekali rasanya.
Tanggal 14-15 Agustus lalu, saya menyempatkan diri untuk hadir di acara Wealth Wisdom, the largest wholistic wealth event in Indonesia persembahan dari Bank Permata. Wealth Wisdom ini punya 6 kelas dengan tema yang berbeda-beda dengan total 39 kelas dalam 2 hari. Selain kelas, ada pula 7 workshop, movie screening, music performance dan 3 expo dengan lebih dari 70 pembicara yang kompeten di bidang wealth, mindfulness, dan industri kreatif.
Karena waktu yang terbatas, saya hadir di kelas praktisi mindfulness dan emotional healing Adjie Santosoputro. Di hari pertama mas Adjie ditemani oleh Dion Wiyoko dan berbincang tentang Essentialism vs Consumerism. Karena terkesan, besoknya saya menyempatkan hadir lagi untuk ikut sesi “Hidup di Sini dan Kini”. Kelasnya menyenangkan sekali, kalau tahun depan ada lagi saya pasti datang lagi!
Sekarang saya akan membahas bagaimana sih caranya agar kita bisa lebih sadar pada emosi diri dan menjadi mindful? Terutama ketika rasanya selalu disibukkan dengan berbagai pekerjaan, mengurus rumah serta suami, plus ada tanggung jawab mendidik anak. Tak sedikit yang kemudian burnout karena rasanya selalu dikejar banyak hal.
Saya senang karena mas Adjie memilih kata “latihan hening” dibanding meditasi. Meditasi rasanya intimidatif sekali ya. Latihan hening ini dilakukan sambil duduk, mata terpejam, tarik dan buang napas senatural mungkin. Rasakan napas, tubuh kita bergerak, fokus pada perasaan yang muncul. Lakukan setiap hari agar kita bisa kembali fokus untuk menjalani hari. Kalau kata mas Adjie, belajar nyaman dengan sepi dan diam karena kita adalah manusia kelelahan. Kelelahan atas keinginan dan harapan kita sendiri. :)
Banyak orang yang terus menerus memikirkan masa lalu dan terlalu khawatir pada masa depan. Kita lupa kalau kita hidup di hari ini dan sekarang. Tak ada yang bisa memastikan apa yang terjadi setelah ini jadi sabar saja. Sadar saja kalau kita ada di sini sekarang, dengan perasaan seperti ini, bersyukur bisa sampai di sini.
Atau mindful eating ya istilahnya. Makan ya jangan sambil melakukan hal lain. Sendirian, fokus pada makanan, mengunyah dengan benar sehingga bisa membuat tubuh lebih sehat. Bersyukur pada makanan yang kita makan, berterima kasih pada semua yang berkontribusi menghadirkan makanan sampai ke depan kita.
Kita terlalu banyak bicara, jarang sekali mendengarkan dengan sepenuh hati. Padahal kepintaran mendengar bisa melatih ego agar surut, kalau menurut istlah mas Adjie. Dunia ini tak melulu AKU tapi bisa juga kamu atau kita. Melatih diri jadi pendengar yang baik bisa memperbaiki relasi, baik dengan pasangan atau orang-orang di sekitar kita.
Menentukan yang benar-benar penting, mengikhlaskan yang tidak penting. Pakai skala prioritas supaya kita bisa fokus mengerjakannya. Sadar pada hal yang tidak perlu dilakukan juga mengurangi waktu yang terbuang karena scroll social media misalnya,.
Yang bisa dikurangi itu adalah beli, sibuk, mengatur, bicara, mengeluh, berencana & berharap, serta menghakimi. Mau mengurangi yang mana?
Manusia apalagi ibu-ibu nih biasanya bangga kalau bisa multitasking dan rasanya selalu ingin mengerjakan banyak hal sekaligus. Padahal tenang saja, pelan-pelan, sadari semua emosi yang muncul sehingga mental kita tidak jadi korban.
Hidup di kota yang selalu terburu-buru, perlahan sepertinya tidak ada dalam kamus saya. Berjalan ya dengan cepat, bekerja secepat mungkin diselesaikan, segalanya harus cepat sehingga waktu 24 jam rasanya tak pernah cukup. Padahal untuk apa buru-buru? :)
Sebelum memutuskan sesuatu, membeli, marah, panik, beri dulu jeda sesaat. Apakah saya perlu melakukan ini? Kalau perlu mengapa? Kalau tidak bagaimana? Ingat, di saat kita panik, respon kita biasanya tidak akan tepat. Juga harus diingat, mindfulness itu belajar terima emosi positif & negatif jadi kalau merasa dengan sadar 100% perlu marah, ya boleh saja marah.
Selain hidup perlahan dan selalu bersyukur, pakai pola pikir beginner’s mind. Lakukan semua seperti saat pertama kali belajar karena momen di dunia ini selalu baru, tak terulang lagi.
Bosan itu tidak apa-apa. Sadari kegiatan yang membosankan, latihan menerima momennya, perlahan, sadari pikiran kita juga tidak apa-apa lho tidak memikirkan apa-apa dulu.
Menarik sekali ya!