Untuk para pemilik perusahaan, atasan atau human resource division …. Tolong baca pesan-pesan dari para ibu bekerja yang menyusui, dan anggap ini sebagai masukan.
Tidak semua orang bisa menyampaikan harapan, keinginan, kritikan mereka ke atasan atau perusahaan. Bisa jadi merasa takut dianggap banyak menuntut, atau memang merasa point yang ingin disampaikan nanti dianggap tidak terlalu penting atau sekadar tidak enak hati.
Jadi, ketika saya melempar pertanyaan di beberapa WAG dan juga akun Instagram, seperti ini:
“Untuk ibu bekerja yang masih menyusui, kalau bisa memberi masukan atau saran untuk perusahaan berkaitan dengan aktivitas menyusui, kira-kira apa yang mau disampaikan?”
Ini jawaban mereka ….
1. Jangan kasih tatapan aneh atau tidak suka ketika kami meminta izin untuk memompa ASI di tengah-tengah jam kerja. Mohon maaf, aliran ASI kan nggak bisa diatur keluarnya.
2. Coba tolong sediakan ruang memompa ASI yang layak dong, jangan kami harus pusing meminjam ruang meeting yang kosong, atau berlindung di balik bilik kerja sambil menutupi dada dengan kain atau bahkan terpaksa memompa di toilet. Duh!
Baca juga:
Ketika Perusahaan Tidak Memiliki Ruang Menyusui
3. Pasti menyenangkan kalau perusahaan mau menanggung biaya kurir antar ASIP, entah itu full atau separuhnya, lumayan bisa mengurangi pengeluaran, hehehe.
4. Jangan menyediakan ruangan untuk menyusui ala kadarnya, dengan AC yang mati, kursi yang keras dan juga kotor. Karena untuk memerah ASI kami butuh kenyamanan lho!
5. Jangan memberikan tatapan menghakimi ketika melihat ASI merembes di baju kerja, karena kami juga nggak nyaman kok mengalami hal tersebut. Apalagi ditambah dengan tatapan menghujam dari orang lain.
6. Ketika di tengah-tengah meeting kami meminta izin sebentar untuk memerah ASI, jangan meminta kami untuk menunda melakukannya. Nggak pernah kan merasakan payudara sakit karena ASI tidak bisa dikeluarkan?
7. Boleh banget disediakan buah-buahan untuk camilan sehat bagi kami para ibu bekerja yang masih menyusui, hahaha. Rasa lapar berkurang dan tubuh juga bisa lebih sehat.
8. Boleh nggak sih, aturan cuti melahirkan diperpanjang agar waktu memberikan ASI ekslusif kepada bayi bisa kami jalani dengan hati tenang dan tentram, tanpa harus khawatir apakah ASIP cukup atau tidak.
9. Kalau kami sulit diajak lembur setelah masuk kantor pasca cuti melahirkan, itu bukan karena kami malas atau tidak profesional, tapi karena kami ingin buru-buru menyusui si kecil. Mungkin setelah masa menyusui eksklusif selesai, kami bisa lembur lagi.
10. Boleh nggak sih jangan tugaskan kami dulu ke luar kota atau negeri ketika kami masih menyusui? Toch selama ini kami juga tidak masalah ketika harus business trip saat belum punya bayi. Siapa tahu ada aturan kantor yang lebih bersahabat untuk busui :D.
Tapi, tenaaaang, di luar tuntutan atau masukan, nggak sedikit pula yang mengucapkan terima kasih atas hal-hal yang mungkin terlihat sederhana dan kecil namun sangat berarti bagi mereka
11. Terima kasih untuk atasan yang sudah paham bagaimana kepanikan ibu baru yang kembali bekerja dan mengizinkan saya untuk pulang on time demi bisa cepat berkumpul kembali bersama si kecil.
12. Terima kasih untuk HR Manager yang ketika bertemu saya, beliau mengatakan semoga ASI saya lancar dan cukup untuk asupan si kecil.
13. Terima kasih untuk rekan kerja yang bersedia menggantikan saya meeting sebentar karena saya masih harus memompa ASI.
14. Terima kasih kepada rekan kerja yang ikut tertawa dan mengatakan “nggak kenapa-kenapa, kok, dulu gua juga begitu.” Ketika melihat ASI merembes dan membuat noda di baju saya.
15. Terima kasih kepada bos besar yang khusus membeli kulkas baru karena kantornya ada tiga ibu yang baru saja melahirkan.
Well, kadang, hanya dengan perhatian sederhana, itu sudah bisa mengubah hati seorang ibu baru yang kembali bekerja dan harus berjibaku dengan urusan ASI.