Sorry, we couldn't find any article matching ''
Tiga Masalah Keuangan yang Sering Menjadi Sumber Masalah Pernikahan
Ada tiga akar permasalahan seputar keuangan yang menjadi sumber masalah dalam pernikahan, apa sajakah itu?
Dalam konteks hubungan apapun, uang sering kali menjadi pemicu konflik. Sebut saja, pertemanan, relasi bisnis, bahkan sesama saudara sedarah dan suami istri! Relasi suami istri yang sudah segitu dekatnya, masih rentan retak kalau tak pandai memahami konsep dasar keuangan dalam sebuah rumah tangga.
Sebelum nasi menjadi bubur, mari telaah lebih jauh apa saja masalah keuangan yang kerap menjadi bahan perselisihan bersama Fransisca Emi – Financial Trainer QM Financial.
Dasar-dasar financial planning apa, sih, yang sebaiknya dikuasai oleh calon pasutri? Supaya nantinya, pas sudah berumah tangga, masalah-masalah klasik soal keuangan ini bisa diminimalkan.
Sebelum melangkah ke dasar-dasar financial planning, penting sekali bagi calon pasangan untuk saling mengerti dan memahami konsep atau nilai uang serta kebiasaan keuangan masing-masing. Hal ini akan sangat memengaruhi pengambilan keputusan keuangan di kemudian hari. Perbedaan akan nilai uang bisa jadi memicu konflik. Misal, satu pasangan dididik dengan keyakinan bahwa mereka harus hidup hemat, sedangkan pasangan lain merasa boleh saja splurge untuk hal-hal yang memang penting. Ini perlu dibicarakan bersama. Jadi, penting sekali bagi calon pasangan untuk menyamakan visi dasar finansial sebelum mulai melangkah ke jenjang pernikahan.
Masalah keuangan apa yang paling sering dialami para pasutri?
Masalah keuangan yang dialami pasangan sangat beragam. Namun, umumnya akar masalahnya ada tiga. Mulai dari kurangnya keterbukaan komunikasi tentang keuangan. Lalu soal pembagian peran. Karena imbang nggak imbangnya tergantung kesepakatan pasangan. Misalnya, suami perannya membayar cicilan & uang sekolah anak. Istri urus belanja rumah tangga, gaji ART, alokasi untuk investasi serta bayar premi asuransi.
Bisa jadi di satu keluarga, suami menyerahkan semua tugas tersebut ke istri, dia tugasnya cari nafkah aja. Namun ada juga yang justru istrinya cenderung boros kalau pegang uang, jadi urusan keuangan keluarga ditangani suami. Hingga masalah status harta dan utang.
Paling banyak, yang berasal dari faktor internal atau eksternal? (contoh internal: sulit mengumpulkan Dana Pensiun, Dana Pendidikan & Dana darurat. Contoh eksternal: menjadi Sandwich Generation)
Dari tiga masalah di atas, kurangnya kurangnya komunikasi menjadi kunci. Masalah sulitnya mengumpulkan dana untuk berbagai tujuan finansial, hingga potensi Sandwich Generation bisa dicarikan solusi jika pasangan bisa saling terbuka masalah keuangan.
Mbak Emi sudah sempat sebut dari obrolan kita sebelumnya, masalah yg sering muncul itu, “susahnya komunikasi keuangan antar pasangan, nggak semua mau terbuka,” Susahnya itu di bagian apa saja? Dan nggak mau terbukanya itu, pd soal keuangan apa saja?
Bicara mengenai pasangan adalah bicara tentang manusia dengan segala kerumitannya. Seperti disebutkan di depan, penting untuk memahami konsep atau nilai uang serta kebiasaan keuangan masing-masing. Konsep dan kebiasaan keuangan ini mengakar sejak pasangan masih kecil, sesuai didikan keluarga dan adanya pengaruh dari lingkungan.
Bagi sebagian orang, membicarakan keuangan masih dianggap tabu. Misalnya, untuk membicarakan status harta dan utang. Rumah ini punya siapa, tanah waris atas nama siapa, punya utang di mana saja dan untuk apa saja. Solusinya? Ajak pasangan ngobrol secara santai. Mulai dari hal-hal kecil seperti, nanti liburan keluarga mau ke mana hingga masalah penting seperti anak mau sekolah di mana. Semuanya membawa konsekuensi finansial yang membutuhkan kesepakatan bersama.
Perbedaan jumlah penghasilan yang signifikan, salah satu yang kerap dibahas nggak mbak? (dalam hal ini, penghasilan istri lebih besar beberapa kali lipat dari suami).
Sebagai perusaahaan financial literacy provider, tugas kami di QM Financial adalah membekali pasangan dengan ilmu perencanaan keungan agar mereka memiliki cukup pengetahuan dan keterampilan untuk mengambil keputusan keuangan bagi keluarga mereka sendiri. Penghasilan istri yang lebih besar dari suami tidak akan menjadi masalah asalkan komunikasi pasangan berjalan baik dan mereka saling menghormati satu sama lain. Dalam perjalanan kehidupan keuangan keluarga, bisa saja terjadi penghasilan istri saat ini lebih besar, namun di masa depan berganti gaji suami yang lebih tinggi. Dengan kesamaan visi dan kemampuan pasangan untuk berkomunikasi dan berkompromi jika diperlukan, semua akan bisa teratasi.
Dan yang paling sering membawa masalah keuangan keluarga ini ke financial trainer, biasanya si istri atau suaminya mbak?
Biasanya, lebih banyak istri yang mengambil inisiatif. Meski tak jarang kedua pasangan kompak untuk menyelesaikan masalah bersama. Di kelas-kelas training finansial online diadakan QM Financial, 90% pesertanya adalah perempuan.
Alarm apa yang harus kita waspadai, sebagai peringatan. “Oh sudah butuh bantuan ke financial trainer nih, untik mencari solusi terbaik”, jika pasutri sudah sering ribut, dengan akar permasalahan yang sama.
Sarannya justru nggak menunggu sampai ada keributan ya. Kedua pasangan perlu membekali diri dengan literasi finansial yang cukup agar bisa mengambil keputusan-keputusan keuangan terbaik untuk keluarga mereka. Mulai dari memiliki kebiasan keuangan yang baik, memahami konsep perencanaan keuangan komprehensif, hingga mengenal produk-produk finansial seperti produk investasi dan proteksi untuk membantu mereka mencapai semua tujuan finansial keluarga.
Semoga setelah membaca artikel ini, ada keluarga mommies yang tercerahkan, ya. Nggak apa-apa lho, minta bantuan kepada pakarnya, jika dirasa sudah telalu banyak hal yang butuh diperbaiki, dan tidak tahu harus mulai dari mana. Daripada tujuan finansial, seperti dana masuk sekolah anak tidak tercapai, malah mempertaruhkan masa depannya.
Share Article
COMMENTS