Layanan digital dunia keuangan kian berkembang. Bertransaksi memungkinkan tanpa uang tunai, untuk berbagai kebutuhan sehari-hari. Hal ini bisa jadi solusi berhemat atau malah sebaliknya?
Saya pribadi terpapar tren digititalisasi dalam dunia keuangan ini, saat sering menggunakan jasa ojek online. Tapi memang dasar orangnya konvensional, saya hanya sesekali top up saldo. Selanjutnya, saya mengandalkan metode pembayaran lewat fitur kartu kredit, yang memang sudah saya alokasikan untuk biaya transportasi sehari-hari.
Untuk mengakomodir rasa keamanan masyarakat, karena makin maraknya inovasi teknologi uang masyarakat, Bank Indonesia membuat Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/6/PBI/2018 tentang Uang Elektronik, yang berlaku 4 Mei 2018.
Nah, buat mommies yang sedang melirik menggunakan e-wallet sebagai alat pembayaran, ada baiknya menyimak plus minus-nya dulu dari Fransisca Emi, CFP – Financial Trainer dari QM Financial. Mencegah yang awalnya niat pingin hemat, malah jadi boros karena nggak tahu trik menggunakan e-wallet.
E-wallet atau dompet elektronik merupakan layanan pembayaran secara digital. E-wallet merupakan bagian dari inovasi financial technology (fintech) di kategori payment, clearing dan settlement, yaitu penyedia layanan pembayaran. Pada dasarnya, fintech adalah penyedia layanan finansial berbasis teknologi. Berdasarkan klasifikasi OJK, fintech 2.0 dioperasikan oleh lembaga keuangan, sementara fintech 3.0 dioperasikan oleh technology start-ups (perusahaan rintisan teknologi).
Dengan layanan e-wallet, kita bisa melakukan berbagai transaksi tanpa utang tunai. Semua transaksi didebet langsung dari saldo yang ada dalam akun e-wallet.
E-wallet diperkenalkan di Indonesia oleh salah satu provider telekomunikasi di tahun 2007. Popularitas pembayaran secara digital mulai menanjak saat diluncurkan produk e-wallet oleh sebuah aplikasi transportasi online sekitar tahun 2015.
Yang saya perhatikan, pengguna E-wallet kini lebih banyak di kalangan para millennial. Menurut kamu, apa yang menyebabkan hal ini bisa terjadi?
Kepraktisan menjadi salah satu alasan utama e-wallet populer di kalangan anak muda. Selain itu, mereka adalah early adopter dalam setiap inovasi teknologi, termasuk fintech. Jadi, meski alasan kepraktisan seharusnya menjadi daya tarik bagi banyak kalangan, generasi yang lebih matang akan mempunyai barrier of entry yang lebih tinggi karena sudah merasa nyaman bertransaksi menggunakan uang tunai.
Untuk mempopulerkan transaksi digital, beberapa merchant memang memberikan diskon jika kita bertransaksi dengan e-wallet. Namun, penggunaan e-wallet tidak serta merta membuat orang lebih hemat. Hemat ini kan tergantung niat, ya. Kalau niatnya memang ingin hemat, mau menggunakan metode pembayaran apapun, nggak masalah. Tapi kalau memang kebiasaannya boros, penggunaan e-wallet tidak akan membantu secara signifikan. Justru sisi kepraktisan top up saldo dan transaksi dengan debet langsungnya bisa memberikan kesan seolah tidak mengeluarkan uang (tunai). Kalau nggak dikontrol, bisa jadi makin boros, loh.
Ada beberapa kelebihan: e-wallet. Pertama adalah sisi praktisnya. Tak perlu repot mengeluarkan uang tunai untuk transaksi sehari-hari. Tinggal top up, semua kebutuhan transaksi mulai dari membayar tagihan listrik, TV kabel, hingga jajan sehari-hari, beres. Kepraktisan ini juga berefek pada kecepatan transaksi. Penjual tak perlu menyiapkan uang kembalian sehingga transaksi bisa lebih cepat selesai.
Bagi kaum millennial yang seringkali makan di luar bersama teman-temannya, keberadaan e-wallet juga akan memudahkan untuk membagi langsung tagihan bersama. Nggak ada alasan lagi untuk utang karena tinggal transfer on the spot dari e-wallet. Selain itu, karena tak perlu membawa uang tunai dalam jumlah banyak, kita akan merasa lebih aman secara fisik, tanpa khawatir dicopet misalnya.
Dari sisi perencanaan keuangan, e-wallet akan sangat membantu untuk mencatat pengeluaran bulanan. Karena semua data transaksi tersedia di akun, kita bisa tahu berapa banyak uang yang sudah dialokasikan untuk berbagai pos mulai dari makanan, transportasi, hingga lifestyle. Kalau ada pos yang hampir over budget, saatnya mengerem.
Meski memiliki banyak kelebihan, e-wallet juga tak lepas dari kekurangan. Transaksi e-wallet berbasis server sehingga mengandalkan koneksi internet dengan sinyal yang stabil. Saat ada gangguan sinyal, transaksi bisa terhambat. Meski memudahkan berbagai transaksi, teknologi juga membawa potensi kejahatan internet (cybercrime). Karenanya, kita perlu membatasi jumlah saldo dan melindungi kerahasiaan akun e-wallet.
Perlu dicatat bahwa e-wallet hanyalah salah satu alternatif metode pembayaran. Agar bisa mengatur pengeluaran dengan baik, kita perlu membuat anggaran bulanan dan anggaran mingguan. Langkah yang bisa ditempuh:
-
Mbak Emi mengingatkan, kalau salah satu pos saldo untuk kebutuhan sehari-hari kita habis, misalnya untuk makan di luar. Ya berarti, jatah mommies sudah habis, saatnya menggunakan rencana cadangan, bawa bekal dari rumah. “Kalau anggarannya sudah jelas, nggak ada alasan lagi untuk kebablasan, dong?!” Mbak Emi menegaskan.