banner-detik
SELF

Ketika Kumpul Keluarga Menjadi Tidak Menyenangkan ….

author

fiaindriokusumo05 Jun 2019

Ketika Kumpul Keluarga Menjadi Tidak Menyenangkan ….

Kumpul keluarga itu harusnya menjadi momen buat ngobrol, berbagi cerita dan bersenang-senang. Sayangnya, kadang malah menjadi tidak menyenangkan karena beberapa hal berikut ini …

Hari pertama Lebaran, untuk yang beragama Islam sudah pasti diisi dengan sholat Ied dan dilanjutkan silaturahmi ke sanak saudara. Untuk yang non Islam? Nggak sedikit juga yang menjadikan hari Lebaran ini menjadi harinya untuk kumpul keluarga, mungkin biar sekalian kumpul. Sayangnya, nggak jarang niat mulia yang dibawa dari rumah berujung nggak mulia lagi karena rasa kesal atau ngedumel di dalam hati, hahahaha. Siapa yang begini?

Nah, supaya kumpul keluarga nggak berubah menjadi ajang yang paling dihindari, gimana kalau kita sama-sama coba mengurangi melakukan beberapa hal berikut ini ….

 Ketika Kumpul Keluarga Menjadi Tidak Menyenangkan …. - Mommies Daily

1. Sengaja melanggar aturan yang telah ditetapkan orangtua ke anaknya

“Aaaah mumpung lagi libur”

“Halaaah, lagi lebaran ini, jadi boleh bebas kok”

Pernah mengucapkan kalimat-kalimat di atas nggak? Ketika ada seorang anak yang kita tahu nggak boleh makan es krim sama orangtuanya, atau nggak boleh ikut konvoi di malam takbiran, namun kita sengaja mengajak anak atau malah manas-manasin di depan orangtuanya agar si anak mau melanggar aturan yang sudah dibuat oleh orangtuanya? Tahu nggak kalau itu rasanya menyebalkan!

Di saat orangtua membuat aturan, pasti ada alasan di baliknya. Entah karena anaknya alergi udara dingin, alergi es, mudah capek dan sejuta alasan lain yang mungkin kita nggak paham. Dan memang kita nggak harus paham sih, toch itu bukan anak kita *__*.

Kalau nanti si anak sakit, apa kita yang mau tanggung jawab? Apa kita yang mau repot menjaga dan membayar biayanya? Pasti nggak. Jadi nggak usah bersikap seperti itu.

2. Pamer, pamer dan pamer

Memakai perhiasan dari atas sampai bawah ….. segala anting, cincin, gelang, kalung dijembreng sampai bikin silau. Belum lagi tas dan sepatu plus pakaian bermerek.

Ganti mobil baru, pindah ke rumah yang lebih besar, anak diterima di sekolah favorit, baru pindah kerja dengan gaji sampai puluhan juta, rencana traveling ke Mars, dan semua pencapaian lainnya.

Mungkin maksudnya baik. Ingin berbagi cerita bahagia. Ingin berbagi cerita tentang perjuangan dan usaha untuk meraih sukses. Tapi sadari, nggak semua nyaman dengan apa yang kita raih. Nggak semua kondisinya sedang sebagus kita.

Buat saya pribadi, saya jarang bercerita kalau nggak ditanya duluan. Ketika seseorang bertanya, itu artinya memang dia ingin mendengar. Jadi saya lebih enak untuk bercerita. Itu pun biasanya saya perhatikan dulu, seperti apa kondisi yang bertanya ke saya. Agar saya belajar untuk menyaring kalimat yang keluar dari mulut saya. Jangan sampai malah membuat orang lain merasa kecil hati atau minder.

3. Body shaming

Ketemu belum tentu setahun dua kali, sekalinya ketemu yang keluar dari mulut adalah seputar kurus, gemuk, jerawatan, semakin tua, rambut yang menipis dan sejenisnya. Bagaimana kalau saat berangkat dari rumah, kita sepakat untuk menahan mulut agar tidak mengeluarkan komentar-komentar yang membuat kita bisa jadi musuh bersama :D.

4. Hobi mengkritik

Apa aja dikritik. Body shaming sih nggak, tapi terus kita mengkritik gaya berpakaian, cara mengasuh anak, pilihan tempat kerja, lamanya waktu kuliah, masalah belum dapat jodoh, urusan nggak mau punya anak, belum punya anak atau kenapa anak nggak nambah-nambah, kenapa belum berjilbab, kenapa belum umroh, kenapa belum naik haji, kenapa kok pindah rumah, kenapa mobilnya itu-itu aja, dst-nya. Duh. Udahlah. Setiap orang, setiap keluarga punya battle-nya sendiri-sendiri. Mending kita urusin aja perjuangan kita dan keluarga kita!

5. Gossip, gossip dan gossip

Ish, saya juga suka kok ‘ngomongin’ orang. Mulai dari artis sampai orang biasa yang saya kenal. Namanya juga lagi ngumpul, pasti adalah momen kita ngomongin orang. Sekarang tinggal seberapa besar porsi kita ngomongin orang sama nggak ngomonginnya. Kalau sebagian waktu dari momen berkumpul itu dipakai hanya untuk ngomongin orang lain (apalagi bicara buruk-buruknya) … capek lho lama-lama yang dengar.

6. Sibuk minjam barang-barang yang punya rumah

Saya cukup tegas mengajarkan anak-anak saya agar nggak gampang minjam mainan ketika berkunjung ke rumah sepupunya. Belum tentu si sepupu atau orangtua sepupunya senang lho mainan atau barang-barang lainnya dipinjam. Mendingan saya bawain mainan mereka sendiri atau saya bawa buku bacaan agar anak-anak punya kesibukan lain ketika mereka mulai bosan.

Tulisan saya ini nggak bermaksud untuk memberikan aura negatif mengenai kumpul keluarga. Karena bagaimanapun rasanya pasti lebih menyenangkan ketika kita masih memiliki keluarga dibanding kita sama sekali tidak mempunyai keluarga.

Maka dari itu, ketika kita memiliki keluarga, kenapa nggak kita sayang-sayang keluarga yang kita punya, salah satunya dengan cara lebih bijaksana dalam bersikap dan bertutur kata?

Selamat berkumpul bersama orang-orang tersayang ya :)

Share Article

author

fiaindriokusumo

Biasa dipanggil Fia, ibu dari dua anak ini sudah merasakan serunya berada di dunia media sejak tahun 2002. "Memiliki anak membuat saya menjadj pribadi yang jauh lebih baik, karena saya tahu bahwa sekarang ada dua mahluk mungil yang akan selalu menjiplak segala perilaku saya," demikian komentarnya mengenai serunya sebagai ibu.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan