banner-detik
KIDS

Mengajarkan Anak Menghadapi Orang yang Membencinya

author

fiaindriokusumo06 May 2019

Mengajarkan Anak Menghadapi Orang yang Membencinya

Saat anak-anak semakin bertambah besar, saya harus menyiapkan mereka ketika ada temannya yang ternyata membencinya.

Bertambahnya usia anak-anak, semakin luasnya pergaulan yang mereka miliki, satu hal yang harus saya antisipasi adalah, ketika tidak semua orang senang dengan mereka. Beberapa kali saya harus merelakan telinga dan hati untuk mendengarkan curhatan anak-anak saya, seperti:

“Si A bilang dia nggak suka sama aku, mah, karena katanya aku sok pintar.”

“Si B nggak mau temenan sama aku mah, katanya aku bandel.”

“Si C nulis surat ke aku katanya dia benci sama aku.”

Yaaah mau gimana lagi ya bu ibuk, saya kan juga nggak bisa memaksa semua orang menerima anak saya. Jadi yang bisa saya lakukan adalah menyiapkan anak-anak saya dengan kemungkinan-kemungkinan seperti ini. Bahwa tidak semua orang bisa menyukai mereka, dan di lain sisi, mereka juga tidak perlu menyenangkan semua orang. Akan selalu ada orang-orang yang membenci dengan atau tanpa alasan.

Kita nggak bisa kan menutup mata dengan fakta bahwa akan ada masanya anak-anak merasakan ia dibenci oleh orang lain. Bisa karena sebab apa saja. BIsa karena anak kita memiliki perbedaan dengan pihak yang membencinya, atau anak kita nggak ‘nurut’ atau melakukan apa yang diminta oleh pihak yang membenci, atau bisa jadi karena anak kita dilihat memiliki apa yang tidak dimiliki oleh ‘lawannya’, misal, anak kita dianggap lebih super, dianggap lebih banyak teman atau lebih diperhatikan oleh guru. Nah, bagaimana anak berdamai dengan kondisi ini?

Saya bertanya ke mbak Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psi, kira-kira bagaimana saya sebagai orangtua harus bersikap, bagaimana menyiapkan anak menghadapi situasi seperti ini?

 Mengajarkan Anak Menghadapi Orang yang Membencinya - Mommies Daily

Menurut mbak Vera, saat anak mulai bercerita bahwa ada orang yang membenci atau tidak menyukainya, berikut beberapa hal yang bisa kita lakukan sebagai orangtua:

Mendengarkan, memahami emosinya dan memastikan bahwa anak memiliki fakta atau bukti bahwa memang orang tersebut benar membencinya. Jadi jangan hanya berdasarkan “katanya” atau “perasaanku aja sih mah kalau dia benci sama aku.” Maka, bertanya ke anak, darimana dia tahu bahwa si A atau si B tidak menyukainya, penting untuk kita lakukan.

Selanjutnya, jika kita pernah memiliki pengalaman yang serupa ketika seusianya, bisa banget kita ceritakan. Share our experiences agar anak merasa bahwa normal ketika ada orang yang tidak menyukai kita. Agar anak tidak merasa dia sendirian.

Namun, yang perlu diingat adalah, ketika kita menceritakan pengalaman pribadi kita, kita harus tetap fokus pada perasaan si anak. Karena pengalamannya pasti kan berbeda dengan apa yang kita alami. Bisa jadi apa yang kita rasakan dengan apa yang anak rasakan juga berbeda.

Nggak bisa dibohongi juga kalau yang namanya orangtua pasti nggak terima kalau ada orang yang membenci anaknya, hehehe, bisa jadi ada keinginan untuk mengajarkan anak agar berani bersuara atau bahkan melawan. Tapi satu yang perlu diingat, menurut mbak Vera, success is the best revenge, jadi selagi masih mampu didiamkan ya diamkan saja. Ingatkan kembali si anak bahwa You can’t make everybody happy or you can’t make everybody to like you! Paling pas tunjukkan saja bahwa meskipun dia dibenci, namun dia tetap bisa berprestasi dan menjalani hidup dengan bahagia.

Jangan juga ujug-ujug kita berbicara dengan orangtua dari anak yang membenci anak kita. Nggak usah kalau kata mbak Vera, kecuali kalau anak yang meminta dan dia butuh bantuan hingga sejauh itu. Ketika anak sudah meminta bantuan kita, itulah waktunya baru kita bisa turun tangan. Kita juga bisa menanyakan ke anak, jenis bantuan apa yang dia butuhkan.

Ketika anak sudah benar-benar tidak nyaman dan memutuskan tidak mau lagi berteman dengan pihak yang membenci, ini sah-sah saja kok, jangan paksa anak untuk terus berteman. Biarkan anak mengambil sikap sesuai keinginannya selama itu tidak menyakiti dirinya sendiri atau pihak lain.

Share Article

author

fiaindriokusumo

Biasa dipanggil Fia, ibu dari dua anak ini sudah merasakan serunya berada di dunia media sejak tahun 2002. "Memiliki anak membuat saya menjadj pribadi yang jauh lebih baik, karena saya tahu bahwa sekarang ada dua mahluk mungil yang akan selalu menjiplak segala perilaku saya," demikian komentarnya mengenai serunya sebagai ibu.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan