Ini tips move on pasca bercerai dari Budiana atau akrab dipanggil mbak Dian. Simple tapi memang ngena banget sih.
Berpisah dengan suami ketika Aria Gaung (14 tahun) anak satu-satunya masih bayi tidak membuat Budiana Indrastuti (45 tahun) lalu terpuruk. Baginya, selama dunia masih terus bergerak, selama orang-orang dan lingkungan di sekitarnya tidak mengenal kata berhenti, kenapa dia harus berdiam meratapi sesuatu yang tidak penting?
Berikut hasil wawancara saya dengan mbak Dian, Head of The Jakarta Post Publishing, sosok single mom yang sangat menularkan positive vibe dan juga sangat dekat dengan anak semata wayangnya.
Simple …… the world is moving, so why do you stop?
Hmmm, untuk anak sih nggak ada bedanya ya, karena saya dan mantan suami bercerai ketika anak masih bayi. Dia belum paham dan tidak merasakan juga apa pentingnya ayah di dalam hidupnya. Sedangkan untuk saya sendiri, perceraian membuat saya semakin tinggi tingkat tanggung jawabnya di dalam mengurus anak. Merasa punya tanggung jawab yang besar. Mulai memikirkan perencanaan finansial. Menabung lebih giat dan lebih jelas tujuannya, memikirkan untuk mempunyai aset. Selebihnya sih sama saja. Bekerja kantoran tetap. Jalan-jalan juga tetap, hahaha.
Duh, dulu awal-awal cerai sih kalau bertemu bawaannya ingin saya ‘kruwes’ saja hidungnya, hehehe. Saya memilih untuk tidak usah bertemu sama sekali. Setelah sepuluh tahun berlalu baru saya bisa bertemu dengan tenang. Nggak ada lagi emosi. Nggak ada perasaan yang gimana-gimana, deh. Setelah itu biasa saja. Kadang-kadang mantan suami whatsapp untuk bertanya tentang anak, tapi ya jaraaaaang banget. Dan minimal satu tahun sekali akan ketemu dia di rumah orangtuanya saat Idul Fitri.
Waaaah, ini sudah lupa, soalnya sudah lama sekali. Kayaknya sih nggak ada yang terlalu signifikan deh. Dulu sih setelah bercerai, konsentrasi saya full banget ke anak yang saat itu masih bayi, jadi ya nggak sempat terlalu banyak memikirkan diri sendiri.
- Bersyukur banget karena secara finansial saya tidak bergantung pada (mantan) suami, jadi kekhawatiran yang berkaitan dengan finansial bisa saya hilangkan dalam daftar hidup saya saat itu.
- Ada keluarga yang selalu penuh dukungan dan mereka selalu ada untuk saya dan anak saya.
- Saya melihat banyak juga kok perempuan lain yang juga bercerai, yang sama-sama menyandang status ibu dan mereka baik-baik saja. Jadi kalau mereka bisa baik-baik saja, ya saya pasti juga bisa baik-baik saja, dong!
Eyang putri dari pihak bapak saya. Beliau ditinggal menikah lagi (dan suaminya menikah laginya dengan kemenakan belialu lho!!!), namun eyang putri dengan gagah berani keluar dari rumah membawa empat orang anak. Padahal eyang putri tidak mengenyam pendidikan yang tinggi (hanya bisa baca tulis seperlunya saja), tidak bekerja dan tidak punya apa-apa. Semua dikerjakan sendiri semampunya, sampai anak-anaknya sukses. Bapak saya menjadi dokter dan adik-adik bapak menjadi bankir.
Ya, setuju banget sih, ketika banyak orang mengalami hal yang sama seperti kita dan mereka terbukti baik-baik saja, ini bisa menjadi penyemangat untuk kita merasa mampu melewati semuanya :).