Perempuan, sudah terlalu lama jadi warga kelas dua. Di hari perempuan internasional ini ayo lebih berani melawan stigma. Apa yang berani kita lakukan?
Diskriminasi digabung dengan patriarki membuat perempuan semakin diminta kembali ke rumah, padahal untuk apa? Riset menunjukkan anak dengan ibu bekerja tidak lebih buruk dibanding anak dengan ibu rumah tangga, lebih bisa menghargai perempuan secara profesional, dan bisa punya role model yang baik tentang ibu bekerja profesional.
Bos perempuan sering mendapat stigma mudah baper dan tidak bisa sebijaksana bos laki-laki. Padahal dalam kenyataannya tidak juga, saya sering menemukan bos laki-laki yang menyebalkan dan sering pula bertemu para perempuan hebat yang sama sekali tidak baper dan bisa sangat logis memutuskan sesuatu.
Belum lagi urusan prostitusi. Menyedihkan sekali melihat Vanessa Angel diborgol dan laki-laki yang menyewanya entah siapa dan di mana. World is not that fair.
Dan yang paling bodoh di antara seluruhnya adalah tes keperawanan yang hanya harus dijalani perempuan. Padahal keperawanan merupakan sesuatu yang tidak bisa diukur secara fisik. Lagipula, mengapa laki-laki tidak dites keperjakaan?
Itu hanya sebagian dari banyak sekali diskriminasi kaum perempuan di dunia. Maka saya senang sekali dengan tema Hari Perempuan Internasional tahun ini yaitu #BalanceforBetter. Kita butuh dunia yang lebih ramah pada perempuan, yang tidak memenjarakan korban perkosaan, yang tidak membully ibu yang tidak 24 jam di rumah bersama anaknya, yang tidak mengajarkan bahwa pekerjaan rumah tangga hanya untuk anak perempuan.
Ingat, kesetaraan gender bukan hanya masalah perempuan. Kesetaraan gender adalah masalah kita semua jadi ayo ajak para suami untuk terlibat juga! Bagikan kampanye ini di media sosial, mulai bersuara tentang ketidakadilan atau tulis harapan kalian untuk dunia yang lebih adil lagi dengan hashtag #BalanceforBetter.
Kampanye ini akan berjalan setahun penuh hingga hari perempuan internasional berikutnya. Untuk awal, mommies bisa mengunggah foto di media sosial dengan tangan terbuka. Selanjutnya, ajarkan anak-anak perempuan kita untuk menjadi perempuan berdaya dan ajarkan anak laki-laki kita agar menjadi laki-laki yang menganggap perempuan adalah setara.
Let’s celebrate it together!