banner-detik
MD POWERFUL PEOPLE

Kuliah S2 Sambil Mengurus Anak, Mereka Buktikan Mampu!

author

?author?26 Feb 2019

Kuliah S2 Sambil Mengurus Anak, Mereka Buktikan Mampu!

Untuk yang masih ragu mau kuliah lagi, tapi sudah ada anak, simak obrolan Mommies Daily dengan dua perempuan yang membuktikan, kuliah S2 sambil urus anak dan keluarga itu bisa!

Dua perempuan yang kisahnya akan kami bagi, membuktikan – kuliah S2 di saat sudah berkeluarga bukan hal yang mustahil. Hebatnya lagi, dua narasumber saya ini, kuliah sambil kerja, lho. Meski harus  juggling antara urusan kampus dan keluarga, dengan bantuan pasangan mereka dan teknik-teknik tertentu, Hanifa Ambadar, CEO Female Daily Network, dan Suci Nuzleni Qadarsih, Marketing Communication Dompet Dhuafa berhasil mendapatkan gelar S2 mereka masing-masing.

Kuliah S2 Sambil Urus Anak- Mommies Daily

Hanifa Ambadar, CEO Female Daily Network. Ibu dari Jibran (15), Jehan (10)

Tahun berapa tepatnya Mbak Hani kuliah S2? berapa lama & dimana?

Agustus 2002 - May 2005. Di St. Louis, Missouri – USA. Jadi saya mulai S2 pas sebelum nikah, lalu nikah, hamil, punya anak. 

Di Universitas apa, dengan gelar?

Maryville University, MBA with MIS Concentration (Management Business Administration - Management Information System)

Kuliah S2 Sambil Urus Anak- Mommies Daily

Pertimbangan apa aja yang membuat Mbak Hani yakin pada saat itu, ambil S2, sementara ada satu anak, tidak ada ART, dan jauh pula dari keluarga besar di Indonesia?

Pertama-tama memang sudah cita-cita untuk sekolah sampai S2 karena buat saya education is everything. Saya percaya menjalani pendidikan formal itu bukan semata dapat ilmunya saja, karena biasanya lama-lama akan lupa dengan apa yang dipelajari :D. Tapi ada banyak sekali hal-hal positif yang membentuk kita selama kita menjalani prosesnya. Contohnya belajar tentang time management (apalagi kalo sudah jadi ibu), problem solving, organizational skill, writing skill, presentation skill, analytizal skill dan gimana untuk berpikir lebih kreatif. 

Yang memudahkan saya waktu itu adalah kelas yang saya ambil kelas eksekutif, jadi di malam hari dan hanya seminggu 2 - 3 kali. Kalau malam kan suami sudah pulang kerja, jadi bisa gantian jagain anak. Walaupun waktu itu anak saya nggak ngerti apa-apa, tapi semoga sekarang mereka bisa melihat bahwa buat kami, pendidikan itu penting dan kehidupan yang lebih baik itu layak untuk diperjuangkan. Harapannya mereka juga jadi lebih semangat dan nggak putus asa untuk mengejar mimpinya. 

Waktu itu sempat kerja juga ya?             

Yes :D Tapi kerjanya part time, seminggu 3x. Jadi waktu hamil itu sudah sambil kerja dan kuliah. Ketika sudah punya anak, hanya bertahan 3 bulan. Sebenarnya memang selain lebih repot, juga karena nggak cocok dengan managernya, jadi saya pikir tidak sepadan untuk dijalankan.

Kuliah S2 Sambil Urus Anak- Mommies Daily

Dukungan dalam bentuk apa, dari suami yang kamu rasakan paling berpengaruh bikin terus semangat menyelesaikan gelar S2?

Suami saya pada saat itu kerja kantoran. Jadi, hari di mana saya kuliah, dia akan mengusahakan pulang sedikit lebih cepat supaya bisa hand over anak sama saya. Ketika saya kuliah, sudah pasti dia yang jagain anak kan, dari mulai mandiin, kasih susu, makan, nemenin tidur dan ngajak main. Kalau saya ada tugas yang nggak ngerti juga suami bisa bantuin karena kuliah dan kerjaannya di bidang yang sama dengan yang saya ambil. Saya bersyukur sekali suami mendukung dari awal dan nggak pernah mempertanyakan dan mengeluh kalau saya lagi nggak bisa menjalankan peran sebagai istri atau ibu 100%.

Menurut kamu, apa saja manfaat yang didapat ketika seorang ibu memutuskan kuliah lagi?

Selain yang saya sebutkan di atas, menurut saya pendidikan juga menjadikan kita lebih percaya diri, karena merasa bertambah ilmunya, baik ilmu akademik ataupun yang non akademik. You’ll feel empowered. And when a mother feel empowered, the whole family will benefit.

Kuliah S2 Sambil Urus Anak- Mommies Daily

Manfaat lainnya terasa bertahun-tahun setelahnya, jadi punya mindset ‘If I could go through those days, I could go through everything’ karena semuanya jadi terasa lebih mudah dijalankan. Manfaat lainnya, jadi lebih semangat untuk berkarya dan bertekad supaya anak-anak saya juga bisa sekolah sampai master seperti orangtuanya (setelah saya lulus S2, suami juga ambil S2 sambil kerja, jadi kami memang saling support).

Mind set dan value apa aja yang kamu tanamkan, supaya bertahan di antara deraan tugas-tugas kuliah dan mengurus keluarga?

  • Harus dijalankan sepenuh hati, sih, karena kalau memang ikhlas menjalankannya dan nggak melihat itu sebagai beban, pasti akan lebih enteng menjalani hari demi hari, dan yang pasti akan lebih challenging.
  • Harus punya mindset jangka panjang, bahwa ini memang investasi untuk masa depan, baik untuk diri sendiri maupun keluarga.
  • Terus juga harus mengelola ekspektasi ya. Nggak bisa terlalu berharap punya waktu seharian penuh khusus untuk ngerjain tugas. A little goes a long way, jadi setiap sempat ya dikerjain atau dicicil tugasnya karena kalau kita menyelesaikan mepet deadline, pasti adaaaaaa aja nanti kejadian-kejadian yang muncul seperti tiba-tiba anak sakit lah, ART mau pulang lah dan drama-drama yang lainnya. Jadi jangan pernah nunggu sampai last minute.
  • Pesan dan motivasi apa yang Mbak Hani mau sampaikan, ke mommies-mommies di luar sana, yang sedang kuliah S2/S3 dan tetap hands on sama keluarga?   

    Keep going, it will all be worth it in the end :)

    --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Kuliah S2 Sambil Urus Anak- Mommies Daily

    Suci Nuzleni Qadarsih, Marketing Communication Dompet Dhuafa. Ibu dari Falsafah (10)

    Tahun berapa tepatnya Mbak Suci kuliah S2? & berapa lama?                                                                 

    Tahun 2010-2012. Selama 2 tahun.

    Di Universitas apa, dengan gelar?                                                                                                               

    Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, gelar Magister Psikologi Terapan (MSi)

    Kuliah S2 Sambil Urus Anak- Mommies Daily

    Pertimbangan apa aja yang membuat Mbak Suci yakin pada saat itu, ambil S2, dan saat itu anak sudah usia berapa?                                                                                                                                         

    Saya merasa tertampar ketika anak pertama saya usia 1,5 tahun, dan usia saya 27 tahun, sahabat saya bertanya pada saya kalimat yang sampai sekarang masih terngiang-ngiang di telinga saya. “Lo kan karier sudah oke, anak juga sudah ada, lalu elo mau apa lagi, Ci? Sudah, begini aja hidup elo? Nggak mau meng-upgrading diri sendiri?.”

    Saya lalu berpikir, iya juga ya. Saya sangat butuh upgrading “otak” saya. Selain kebutuhan dalam pekerjaan, saya merasa sangat tertantang saat itu untuk membuktikan bahwa meski saya sudah menjadi seorang ibu, saya pun masih sangat bisa belajar lagi. Seorang ibu juga harus belajar, bahkan sekolah setinggi mungkin, agar anak-anaknya juga “pintar”. Saat itu saya berprinsip never too old to go back to school. Lalu saya ngetes ingin membuktikan diri sendiri, “Lolos seleksi masuk ngga nih, gue?” Saya daftar ujian masuk, ikut ujian seleksi masuk, dan eh ternyata lolos. Ya sudah akhirnya saya jalani kuliahnya. 

    Selama ambil S2 kamu juga bekerja? Dimana dan sebagai apa?                                                                 

    Saya saat itu bekerja di stasiun televisi swasta nasional Sindo TV yang sekarang sudah berganti nama menjadi INewsTV, sebagai produser berita bulletin harian.

    Dukungan dalam bentuk apa, dari suami yang kamu rasakan paling berpengaruh bikin terus semangat menyelesaikan gelar S2?                                                                                                                               

    Pertama adalah dari segi finansial, suami saya bahkan yang menyemangati dan mendukung ketika saya berniat kuliah S2 lagi. Ia pun ikut membantu membayar kuliah saya. Kedua, selama kuliah, suami saya sangat mengerti kalau saya sering sekali stres. Karena kantor saya saat itu di Gondangdia Jakarta Pusat, sementara kampus di Depok. Beban pekerjaan saya sangat tinggi, stressful, dan selalu dikejar-kejar deadline. Belum lagi saya harus mengerjakan tugas-tugas kuliah, yang hampir setiap hari menulis essay dari buku-buku internasional yang sangat-sangat tebal, dan bukan hanya satu buku. Atau kala saya sedang menyelesaikan thesis, dan menyelesaikan penelitian, dan kembali lagi membaca dan mencari referensi literatur dari banyak buku. Selain itu kalau misalnya anak saya rewel, atau sakit, tentu saya bisa semakin stres.

    Jadi suami saya banyak menghibur saya saat itu. Kadang suka tiba-tiba memeluk atau sekadar mengelus rambut saya saat saya menangis karena tugas essay masih menumpuk, sementara waktu sudah mencapai dini hari. Sehingga saya pun saat itu juga kurang tidur. Kadang ia juga membantu mengasuh anak yang di masa awal kuliah S2, belum selesai ASI.

    Sungguh kadang saya bersyukur memiliki suami seperti dia, yang tidak merasa tersaingi dengan aktivitas, dan pendidikan istrinya yang lebih tinggi dari pada suami saya yang seorang lulusan S1. Namun, semangat yang paling utama bagi saya untuk menyelesaikan S2 adalah pembuktian diri untuk komitmen menyelesaikan yang telah saya mulai, demi suami dan anak juga.   

    Kuliah S2 Sambil Urus Anak- Mommies Daily

    Menurut kamu, apa saja manfaat yang didapat ketika seorang ibu memutuskan kuliah lagi?                   

    Yang saya rasakan adalah, saya lebih open-minded. Karena saya bertemu dengan banyak orang dari banyak latar belakang, belajar dari para akademisi yang sudah banyak menyelesaikan penelitian, atau merampungkan kajian ilmiah dan lain-lain. Dan saya akhirnya banyak membaca buku-buku yang mungkin tidak pernah terpikir untuk membacanya. Memang benar, buku itu jendela dunia, sehingga membuat mata saya lebih terbuka melihat bagaimana saya nanti menghadapi dunia ini bersama suami dan anak-anak saya.  Saya yakin ibu yang “pintar” dan open-minded pasti akan menghasilkan anak-anak yang “pintar” pula.

    Mind set dan value apa aja yang kamu tanamkan, supaya bertahan di antara deraan tugas-tugas kuliah dan mengurus keluarga?                                                                                                                 

    Saya tidak tahu apakah ini mantra atau bagaimana, tetapi saya terus yakinkan diri saya sendiri “Ayo, ci, kamu pasti bisa. Kami pasti bisa lewati ini semua, kamu bisa buktikan kalau kamu bisa.” Bahwa seorang ibu seperti saya yang memiliki balita, dan juga bekerja, ternyata bisa menyelesaikannya. Saya ingin juga memberi contoh pada anak-anak saya nanti jika sudah besar dan bertanya “bagaimana ibu akhirnya mau dan menyelesaikan kuliah saat kerja?” bahwa mereka harus belajar untuk berkomitmen, yaitu menyelesaikan apa yang telah kita mulai.

    Pesan dan motivasi apa yang Mbak Suci mau sampaikan, ke mommies di luar sana, yang sedang kuliah S2/S3 dan tetap hands on sama keluarga atau bahkan sambil bekerja?                                           

    Yakinlah pada diri sendiri, bahwa kita ibu bisa melewati ini semua. Yang mengetahui batas kemampuan dan kekuatan diri kita, adalah kita sendiri. Saya percaya, para ibu memiliki kekuatan yang menjadi kekuatan bagi keluarga dan anak-anaknya.

    -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

    Salut untuk perjuangan Mbak Hani dan Mbak Suci, berbagi peran sebagai mahasiswa, dan secara bersamaan juga punya tanggung jawab sebagai ibu dan istri. Semoga para mommies yang habis baca artikel ini, ada yang terinspirasi mau kuliah S2, ya :). Atau malah sedang menjalankan?

    Share Article

    author

    -

    Panggil saya Thatha. I’m a mother of my son - Jordy. And the precious one for my spouse. Menjadi ibu dan isteri adalah komitmen terindah dan proses pembelajaran seumur hidup. Menjadi working mom adalah pilihan dan usaha atas asa yang membumbung tinggi. Menjadi jurnalis dan penulis adalah panggilan hati, saat deretan kata menjadi media doa.


    COMMENTS


    SISTER SITES SPOTLIGHT

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan

    synergy-error

    Terjadi Kesalahan

    Halaman tidak dapat ditampilkan