Yakin apa yang kita lakukan murni untuk kebaikan anak atau semua hanya demi reputasi diri sendiri, lalu tanpa sadar kita menjadi narcissistic parenting? Kenali yuk tanda-tanda dan dampaknya ke anak.
Pernah nggak kita merasa bahwa kitalah satu-satunya orang yang paling tahu apa yang terbaik untuk anak?
Atau,
Apakah kita ingin anak terus bergantung pada kita dan merasa bahwa kemandirian yang mereka peroleh (bahkan di saat usia anak sudah dewasa) menjadi sebuah ancaman?
Menurut mbak Vera Itabiliana, Psikolog Anak dan Remaja, dalam narcissistic Parenting (NP), segala hal yang dilakukan orangtua terhadap anak-anak, hanya demi image atau reputasi diri sebagai orangtua. Jika anak baik, dia merasa dirinyalah yang berjasa. Sebaliknya, ketika anak buruk, dia merasa sangat gagal menjadi orangtua dan menyalahkan anak, bukan menyalahkan dia sebagai orangtua. Ketika anak berhasil atau sudah dewasa lalu mandiri, maka orangtua dengan kategori narcissistic parents akan merasa tersaingi dan cenderung ingin anak berada di bawah bayang-bayang mereka terus.
Sayangnya, banyak orangtua yang nggak ‘ngeh’ kalau mereka masuk ke dalam kategori narcissistic parents.
Lalu, bagaimana mengenali tanda-tanda apakah kita masuk ke dalam kategori narcissistic parents?
- Anak untuk memenuhi ego orangtua: Standar sukses yang kita berikan ke anak hanya untuk memenuhi ego atau keinginan pribadi kita. Keinginan dan emosi anak sama sekali tidak dipedulikan.
- Merendahkan kepercayaan diri anak: Orangtua yang narsis merasa terancam dengan bakat dan kesuksesan yang diraih anak, karena ini bisa mengusik ego orangtua. Maka, orangtua narsis akan berusaha agar anak tetap lebih rendah posisinya dari orangtuanya agar tidak kehilangan sikap superior.
- Selalu merasa lebih unggul: Orangtua narsis biasanya mempunya kebiasaan yang salah untuk membentuk citra diri mereka, dengan menyombongkan tentang siapa mereka dan apa yang mereka lakukan. Orang di sekitarnya pun cenderung dimanfaatkan untuk meraih keinginan pribadi mereka.
- Berusaha menciptakan image diri namun sayangnya tidak berkualitas dan kadang tidak real: Senang menunjukkan ke orang-orang betapa spesialnya mereka, senang mencari pujian dan perhatian dan menunjukkan kelebihan yang mereka punya. Intinya ingin menunjukkan apa yang mereka punya dan apa yang orang lain tidak punya.
- Manipulatif: Beberapa contoh manipulasi yang kerap dilakukan orangtua narsis ke anak-anak mereka:
a. Membuat anak merasa bersalah: "Mama udah melakukan semuanya buat kamu dan kamu sama sekali nggak bersyukur."
b. Menyalahkan: "Ini semua salah kamu kenapa mama dan ayah nggak bahagia."
c. Menghina: "Penampilan kamu tadi nggak maksimal ih, bikin malu aja."
d. Membandingkan: "Kenapa sih kamu nggak bisa sebagus sepupu kamu?"
e. Memberi tekanan: "Jadi yang terbaik maka mama akan bangga sama kamu."
f. Reward dan punishment: "Kalau kamu nggak berhasil masuk ke SMP unggulan, mama udah nggak mau lagi biayain bulanan kamu."
g. Memaksa: "Kalau kamu nggak bisa sesuai dengan harapan mama dan ayah, kamu gagal menjadi anak kami."
- Terlalu keras, kaku dan mudah tersinggung: Biasanya ini berkaitan dengan behavior dari anak-anaknya. Bahkan jika kesalahannya sungguh sepele. Hal ini dilakukan karena mereka ingin mengendalikan hidup si anak. Sangat marah ketika anak tidak menaati aturan yang diberikan.
- Tidak punya empati: Cenderung memikirkan apa yang mereka anggap benar dan tidak peduli sama sekali dengan perasaan dan keinginan anak.
- Ketergantungan: Orangtua berharap bahwa anak akan mengurus mereka di sisa hari tua mereka. Ketergantungan ini bisa dalam bentuk emosional, fisik atau finansial. Meskipun berkesan wajar, tapi narcissistic parents akan membuat anak melakukan pengorbanan yang kadang tidak masuk akal. Sebaliknya, narcissistic parents juga bisa membuat anaknya terus bergantung pada mereka seolah-olah anaknya memang tidak mampu hidup mandiri.
- Cemburuan dan posesif: Berhubung orangtua yang narsis selalu berharap bahwa anak akan terus hidup di dalam pengaruh mereka, maka ketika anak mulai menunjukkan kemandirian dan kedewasaan, orangtua narsis akan marah. Mereka akan membenci banyak hal di dalam hidup si anak, mulai dari pilihan pendidikan, pilihan karier, pilihan teman hingga pasangan. Hadirnya pasangan akan dianggap ancaman terbesar bagi narcissistic parents.
- Mengabaikan: Pada beberapa situasi, orangtua narsis lebih memilih untuk mengejar kesenangannya sendiri, melakukan hobi atau aktivitas yang dia sukai dibanding membesarkan anaknya. Dan membiarkan pasangannya atau orang lain yang mengasuh si anak.
Maka, dampak seperti apa yang akan dirasakan oleh anak yang dibesarkan oleh narcissistic parents?
Anak mempunyai konsep diri yang buruk karena merasa tidak dicintai dan lebih diperlakukan sebagai objek.
Anak merasa tidak pernah dianggap, didengar atau diperhatikan.
Anak merasa tidak pernah diakui keberadaannya.
Anak lebih merasa sebagai ‘aksesoris’ atau pajangan daripada sebuah pribadi utuh.
Anak merasa bahwa dia lebih dihargai untuk apa yang telah dia lakukan bukan sebagai siapa dia.
Anak tidak bisa mengenali emosi di dalam dirinya dan tumbuh menjadi pribadi yang memiliki rasa percaya diri rendah.
Anak akan belajar bahwa tampilan jauh lebih penting dibanding apa yang mereka rasakan.
Anak akan merasa takut menunjukkan kepribadian mereka yang sesungguhnya dan lebih mengutamakan pencitraan.
Anak akan merasa hampa secara emosi.
Anak susah percaya kepada orang lain.
Anak merasa dimanfaatkan dan dimanipulasi.
Anak akan terhambat tumbuh kembang secara emosi.
Anak merasa lebih sering dikritik dan dihakimi ketika menjadi dirinya sendiri.
Anak akan frustasi mencari perhatian, cinta, persetujuan dari orang lain kelak.
Anak selalu merasa tidak cukup baik.
Anak tidak punya role model untuk hubungan emosional yang sehat.
Anak tidak akan paham batasan-batasan yang wajar dalam sebuah hubungan.
Anak tidak mampu memberi penghargaan untuk dirinya sendiri.
Anak akan merasa dia tidak layak untuk dicintai dan dihargai.
Lalu, bagaimana kita bisa meminimalkan efek dari narcissistic Parenting terhadap anak?
Nah, ini agak sulit kecuali kalau anak paham bahwa orangtuanya memiliki gangguan narsistik. Untuk anak di bawah usia remaja, tidak banyak yang bisa dilakukan oleh si anak, kecuali orang-orang di sekitarnya membantu agar anak tetap memiliki tumbuh kembang yang sehat. Sedangkan untuk anak remaja usia ke atas, mungkin saja sudah paham dengan apa yang terjadi, sehingga dia bisa punya self defense yang lebih baik. Apa pun yang terjadi, umumnya relasi anak dengan orangtua biasanya menjadi tidak baik.
Kita bisa jadi mengasuh dengan narcissistic parenting, namun di sisi lain, bisa juga kita adalah korban dari orangtua yang narsis pada zaman dulu. Agar pola asuh narsistik ini tidak terulang ke anak-anak kita, menyadari bahwa pola asuh ini adalah salah bisa menjadi langkah awal yang baik untuk memperbaiki semuanya.