Hamil di atas 35 tahun masih mungkin terjadi, tapi ada risiko yang menyertai. Apa saja?
Bicara soal hamil di atas 30-an, jadi ingat soal pertanyaan kapan punya anak kedua yang sering datang ke saya. Yang paling bikin saya takut hamil lagi, adalah alasan usia *kan jadi ketahuan deh, hahaha. Tahun ini saya sudah 35, dari sisi stamina, pasti sudah jauh berkurang. Wong pas hamil di usia 29-30, terutama di trimester ke-3, saya mengalami lelah fisik yang luar biasa. Baru berjalan di pusat perbelanjaan, kurang dari setengah jam, sudah mencari tempat duduk untuk istirahat. Membayangkannya aja, saya nggak berani harus hamil di usia sekarang.
Meski kata dr. Riyan Hari Kurniawan, SpOG dari RS Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat, usia saya masih ideal untuk hamil, yaitu 20-35 tahun, tapi kok saya tetap gentar ya. Selain itu, dokter Riyan mengatakan perempuan semakin tua akan memiliki jumlah dan kualitas sel telur yang diproduksi oleh ovarium (indung telur) yang juga menurun.
Baca juga: Rekomendasi Dokter Kandungan Favorit dari Sesama Mommies di Jakarta, Bekasi, dan Depok
Dengan modal sel telur yang kurang baik maka kemungkinan terjadinya risiko dan komplikasi dalam kehamilan juga akan meningkat. Selain itu perubahan dalam sistem reproduksi dan meningkatnya kemungkinan masalah kesehatan umum yang datang seiring bertambahnya usia hal ini juga akan berkontribusi dalam kondisi kehamilan usia lebih dari 35 tahun.
Poin lain yang digaris bawahi dokter Riyan, adalah soal kesuburan saat perempuan makin berusia. Yaitu ketika frekuensi ovulasi (matang dan keluarnya sel telur dari indung telur) yang semakin jarang. Ketika perempuan bertambah usianya, mereka akan mengalami beberapa siklus di mana sel telur tidak dilepaskan. Kualitas dan kuantitas sel telur juga menurun ketika perempuan berusia sekitar 30-40 tahun.
Soal makanan, intinya harus mencukupi kebutuhan kalori sesuai kebutuhan dan mencukupi asupan mikronutrien juga. Menghindari kebiasaan berisiko seperti konsumsi alkohol, merokok, penggunaan obat-obatan.
Demi keselamatan janin dan ibu, sebaiknya menghindari makanan yang dapat meningkatkan risiko seperti daging yang dimasak kurang matang (steak), sayuran yang tidak dicuci dan dan masak kurang baik. Selama kehamilan juga akan membutuhkan lebih banyak asam folat, kalsium, zat besi, vitamin D dan nutrisi penting lainnya. Jika sudah makan makanan sehat, pertahankan. Bisa juga mengonsumsi vitamin prenatal harian - idealnya dimulai beberapa bulan sebelum terjadi konsepsi.
Baca juga: Prakonsepsi: Langkah Awal Persiapan untuk Menjadi Calon Orangtua