Berdasarkan survei studi Grovo (micro-learning platform) pada tahun 2016, 44% manajer merasa bahwa mereka tidak dipersiapkan oleh perusahaan untuk menjadi pemimpin. Apa yang bisa dilakukan memaksimalkan kemampuan leadership seorang manajer?
Image: by Brooke Lark on Unsplash
Setiap organisasi tentu memiliki manajer yang jumlahnya disesuaikan dengan struktur organisasi. Manajer tersebut memiliki otoritas untuk memimpin orang dan fungsi struktur organisasi tersebut. Sayangnya tidak ada jaminan seorang manajer memiliki kapabilitas untuk memimpin secara efektif. Hal ini bisa terjadi karena memilih seorang manajer tidak semata-mata berdasarkan aspek kemampuan teknisnya saja, tetapi juga berdasarkan kepemimpinan orang tersebut, dan juga sebaliknya.
Berdasarkan survei dari studi Grovo (micro-learning platform) pada tahun 2016, sejumlah 44% manajer (n = 500) merasa bahwa mereka tidak dipersiapkan oleh perusahaan untuk menjadi seorang manajer, misalnya tanpa adanya leadership training dari perusahaan. Hal ini menyebabkan sekitar 87% diantara mereka berharap mendapatkan leadership training sebelum menduduki posisi sebagai manajer di perusahaan masing-masing.
Mungkin ada situasi dimana seorang sales yang selalu mencapai target penjualannya kemudian mendapatkan promosi jabatan untuk menjadi seorang sales manager. Tetapi pada saat menjabat posisi tersebut, tidak sedikit bawahannya mengeluhkan sikap atasannya yang jarang memberikan feedback atau arahan bagi tim untuk mencapai target penjualan. Dengan kata lain, manajer tersebut cakap dalam kemampuan, tetapi hanya untuk dirinya sendiri. Sedangkan untuk mendukung kinerja tim, manajer tersebut masih perlu banyak belajar.
Hal di atas merupakan salah satu contoh transisi dari yang awalnya individual contributor kemudian menjadi seorang manajer. Tentunya posisi tersebut bukan saja pekerjaan baru, tetapi bahkan sebagai karier baru di dalam pekerjaan yang lama. Dalam posisinya sebagai manajer, seorang manajer tidak lagi hanya mengandalkan kemampuan dirinya pribadi untuk meraih target pekerjaan, tetapi justru ia juga harus membantu timnya dalam mencapai kesuksesan tersebut. Oleh karena itu, seorang manajer harus belajar untuk mengamati orang, memberikan coaching dan feedback kepada bawahannya.
Salah satu tantangan utama ketika menjadi seorang manajer adalah secara jujur untuk memberikan positive feedback kepada timnya. Banyak karyawan yang mendapat pengakuan karena kinerjanya, sehingga mendapatkan promosi, tetapi ketika memasuki leadership area mereka membutuhkan improvement. Permasalahannya adalah bukan mereka tidak tahu apa yang harus dikerjakan, tetapi mereka tidak tahu caranya untuk memaksimalkan potensi kepemimpinan yang dimilikinya.
Ketika seorang karyawan tidak sepenuhnya siap untuk mengemban tugas baru sebagai seorang manajer, maka tidak ada salahnya jika harus meminta waktu kepada perusahaan untuk mempertimbangkan promosi tersebut. Menduduki posisi sebagai manajer tidak semata – mata mendapatkan promosi jabatan dan paket remunerasi yang lebih menarik, tetapi juga akan mengubah posisi di organisasi sebagai bagian dari manajemen perusahaan. Tentunya tanggung jawab pada level tersebut menjadi lebih kompleks, sehingga memerlukan pertimbangan yang bijak.
Sebagai seorang manajer baru berhak untuk mengetahui management tools, resources termasuk leadership training yang diberikan oleh perusahaan. Adapun management tools dan resources bisa berupa dokumen kerja yang selama ini digunakan, kebijakan perusahaan atau kebijakan sumber daya manusia (SDM) yang diberikan perusahaan untuk mendukung posisi sebagai manajer. Bahkan bila diperlukan, seorang manajer juga bisa membaca kembali profil/resume para timnya, sehingga menjadi lebih tahu tentang latar belakang mereka. Hal ini mempermudah seorang manajer untuk menghadapi tim.
Tentunya selalu ada yang pertama dalam segala hal, termasuk menjadi seorang manajer. Oleh karenanya, sebagai manajer yang mungkin memerlukan persiapan lebih, maka tidak ada salahnya untuk berbicara secara empat mata dengan manajer yang sudah lebih berpengalaman. Tentunya, pembicaraan tersebut seputar isu manajerial yang mungkin dihadapi dan bagaimana cara mengatasinya.
Everything happened for a reason, mungkin idiom ini yang tepat digunakan untuk mendeskripsikan bahwa promosi menjadi seorang manajer bukan tanpa alasan. Jika manajemen sudah memberikan otoritas jabatan manajer kepada seseorang, maka manajer tersebut juga harus percaya kepada kemampuan dirinya sendiri. Seseorang menjadi personal coach bagi dirinya sendiri bukanlah suatu hal yang mustahil, meskipun sudah sebagai manajer. Pada level apapun, seorang manajer tetap memerlukan support, termasuk yang datang dari diri sendiri.
Dengan demikian, jika seorang manajer tidak siap untuk menempati posisi sebagai manajer, maka take your time to get ready. Saat ini banyak perusahaan yang sudah memiliki struktur organisasi yang hampir menyerupai posisi manajer, seperti project manager, team leader. Posisi tersebut bisa menjadi benchmark untuk seorang manajer mengetahui kemampuannya dalam leadership skills. Sebaliknya, jika seorang manajer memang merasa siap dengan posisi tersebut, maka take it seriously and enjoy the flight.
*Artikel ini ditulis oleh Adiyo R (Experd Consultant)