Demi menghibur dan menguatkan diri sendiri, ahahahaha, mari kita mencari tahu apa saja sisi positif ketika anak tantrum baik untuk kita, ibunya, atau untuk si anak sendiri.
Mengingat bahwa tantrum itu memang merupakan periode dari tumbuh kembang anak terutama mereka yang berusia 2-3 tahun, jadi sebagai ibu, mari kita menerima ‘bagian’ itu dengan legowo :D. Saya nggak mau ngomongin mengenai penyebab tantrum, apa yang harus kita lakukan ketika anak tantrum karena itu semua sudah pernah kok ditulis di Mommies Daily. Kali ini saya mau fokus membahas mengenai hal positif yang ada di balik segala ketantruman anak :D.
Siapa tahu setelah membaca ini, para ibu yang lagi menghadapi balita tantrum jadi bisa meningkat kesabarannya, nggak langsung pingin ninggalin mereka begitu aja (eh ini sih saya ya?? :D).
Untuk ibu …..
1. Melatih kemampuan kita ‘memata-matai’
Tahu kan momen saat anak tantrum di tempat umum, tapi kita juga harus bersikukuh dengan aturan kita bahwa tidak ada beli mainan dengan harga di atas 500 ribu misalnya, jadi kita harus mendiamkan dia namun harus juga mengawasi agar dia tidak menyakiti diri sendiri atau hilang dari pandangan kita? Nah, itu yang namanya melatih kemampuan kita untuk memata-matai sebuah subyek, ahahaha.
2. Melatih kita untuk bertahan dengan prinsip yang benar
Ketika anak nangis mau mainan yang harganya tidak sesuai dengan aturan bujet.
Ketika anak tidak mau menggunakan seatbelt di mobil lalu tantrum.
Ketika anak membuat legonya berantakan karena dia gagal memasang dengan baik.
Di sinilah ‘tega’ nya kita dibutuhkan. Di sinilah kita harus bisa bertahan dengan prinsip kita. Apalagi jika prinsip yang ingin digoyang oleh si anak berpengaruh terhadap kesehatan atau keselamatannya.
3. Melatih kemampuan kita untuk tidak peduli dengan pandangan orang lain
Pernah mengalami anak tantrum di tempat umum atau di transportasi umum? Nangis kencang di sepanjang perjalanan dalam pesawat. Guling-guling di koridor mall. Teriak-teriak di tengah antrean dokter. Walaupun banyak orang tua yang menghadapi anak tantrum, namun tak jarang kita juga merasa nggak nyaman dan malu. Apalagi kalau ada tatapan penuh penghakiman dari orang-orang di sekitar (postive thinking aja, mungkin orang itu belum punya anak, jadi gagal paham tentang tantrum). Ini melatih banget sih, supaya kita kebal telinga dan kebal hati. Terserah orang mau ngomong apa yang penting kita tahu yang terbaik untuk anak kita. Titik.
4. Melatih kesabaran kita
Jelaslah melatih kesabaran ketika anak teriak dan nangis tanpa sebab yang jelas tapi kita nggak boleh marah demi nama baik di kalangan sesama ibu atau di ranah social media, agar kita nggak dihakimi gerombolan ibu-ibu di luar sana yang anti marah club :D. Kita benar-benar harus berhitung satu hingga seribu, atau pura-pura budeg, atau pura-pura sibuk akan hal lain ketika anak tantrum karena sebab yang nggak jelas.
Untuk si anak sendiri, tantrum bisa membuat …….
1. Membuat mood anak menjadi baik setelahnya
Sama seperti orang dewasa, ketika merasa kesal lalu bisa menumpahkan kekesalan, at the end kita jadi merasa lega. Begitu juga anak kecil. Saat kelar tantrumnya, nangisnya dan teriaknya, they are in a much better mood. Iya nggak sih? Kalau kata Deborah MacNamara, Ph.D, menangis itu adalah proses untuk melepaskan rasa tidak nyaman di diri agar kita menjadi nyaman. Ditambah air mata itu kan mengandung hormon kortisol, salah satu hormon stress, jadi anggaplah saat anak gelundungan di lantai sambil nangis, berarti they are releasing stress from their body.
2. Membuat cara berpikir mereka menjadj lebih tenang
Kita pasti pernah menghadapi balita yang tantrum hanya karena dia nggak bisa (misalnya) menyelesaikan memasang lego dengan baik. Begitu macet sedikit langsung ngamuk. Diemin aja dulu, biar dia nangis asal nggak nyakitin diri sendiri. Setelah nangis, dia merasa lega, biasanya dia lebih tenang dan ini membuat dia menjadi bisa berpikir dengan lebih detail.
3. Tantrum membuat tidurnya lebih nyenyak
Nah, sama nih seperti kita yang kalau selesai nangis bombay langsung lemas dan capek lalu bawaannya mau tidur, begitu juga dengan anak-anak. Saat kita ‘melarang’ anak untuk tantrum, bisa jadi kita ‘mengekang’ mereka untuk mengeluarkan emosi, dan ini jadi tertahan di hati serta pikiran mereka. Kans membuat mereka susah tidur jadi besar.
4. Anak belajar penolakan
Salah satu yang sering membuat anak tantrum itu adalah ketika dia ingin sesuatu lantas kita tolak karena kita anggap nggak perlu, iya nggak?! Penolakan dari kita inilah yang akan mengajarkan mereka bahwa tidak segala sesuatu yang mereka ingin bisa mereka peroleh.
Jadi, di balik ketantruman ada sisi positif yang (harus) bisa kita pelajari.