banner-detik
SINGLE MOM SURVIVAL GUIDE

Single Mom Survival Guide: Mia Amalia, “Perceraian tidak membuat saya kurang dari orang lain”

author

?author?19 Sep 2018

Single Mom Survival Guide: Mia Amalia, “Perceraian tidak membuat saya kurang dari orang lain”

Sudah 10 tahun lamanya, Mia Amalia menjalankan peran sebagai single mom. Selama itu pula ia mensugesti diri, kunci bisa move on ada memaafkan. Memaafkan siapa? Dan bagaimana caranya?

Single Mom Survival Guide: Mia Amalia - Mommies Daily

Dari sekian banyak tema artikel, Single Mom Survival Guide menjadi yang terfavorit versi saya. Banyak pelajaran hidup yang saya dapat situ. Sejumlah perempuan hebat membuktikan perceraian bukanlah akhir dari segalanya.

Adalah Mia Amalia (44), ibu dari Leila (19), Nina (18), Nyala (15), Deron (10) single mom ke sekian kalinya yang saya wawancara, membuktikan kekuatan memaafkan membuat dirinya bisa move on setelah perpisahan dengan pasangannya.

Tak hanya move on, dampaknya ia tak merasa kecil hati, “Tidak ada yang salah dengan perceraian dan perceraian tidak membuat saya kurang dari orang lain,” papar Mia. Terbukti dari sosok Mia yang terhitung multilanted. Selain menjadi penulis lepas untuk skenario, company profile, video grafis ia juga mengajar yoga sekaligus masih bekerja di sebuah perusahaan penelitian sel dan nutrisi dari Amerika.

Yuk simak obrolan Mommies Daily dengan Mia berikut ini.

Moving On Tips ala Mia?

Kunci dari moving on adalah memaafkan. Tidak hanya memaafkan orang lain yang (kita anggap) menyakiti kita, tapi juga memaafkan diri kita sudah mengizinkan ini terjadi. Yang paling sering terjadi bila perceraian menyalahkan pihak lain atau menyalahkan diri sendiri, karena itu memaafkan adalah kunci untuk moving on dari situasi ini.

Single Mom Survival Guide: Mia Amalia - Mommies Daily

Bagaimana mbak menjalankan life after divorce (untuk diri sendiri dan anak)

Untuk diri sendiri dimulai dengan memaafkan diri sendiri. Saya menerima saya salah memilih suami, misalnya, atau salah membiarkan masalah menumpuk sampai akhirnya meledak. Saya tahu ada kesalahan di kedua belah pihak, di pihak suami maupun saya.

Saya keep in mind, bahwa masalah ini menjadi pembelajaran dan tidak akan saya ulangi lagi. Setelah itu saya beranjak dari rasa sedih ke tanggung jawab. Keputusan sudah diambil, lalu apa? Apa yang berubah, bagaimana saya harus menyikapi perubahan ini. Yang paling penting adalah berhenti merasa diri kecil, dan gagal. Tidak ada yang salah dengan perceraian dan perceraian tidak membuat saya kurang dari orang lain.

Buat anak, saya berusaha tidak membuat cerita buruk tentang mantan suami. Mantan suami saya adalah ayah dari anak-anak saya, saya ingin mereka bangga dan hormat pada mantan suami. Masalah yang terjadi antara saya dan mantan suami adalah masalah kami, anak-anak tidak seharusnya diseret atau diminta berpihak. Lalu saya selalu katakan pada mereka kalau perceraian tidak akan mengurangi cinta yang akan mereka dapatkan dari saya dan ayahnya. Kami berdua tetap orang tuanya, mereka tidak akan kehilangan ayah atau ibunya.

Bagaimana menjaga hubungan baik dengan mantan suami?

Tetap berkomunikasi terutama yang berhubungan dengan anak-anak. Saat kami bercerai, saya sediakan kamar buat mantan suami kalau dia berkunjung dan mau menginap. Saya tetap tekankan bahwa ini rumah anak-anaknya, kami tetap keluarga dan dia bisa datang kapan saja dia mau.

3 kekhawatiran terbesar pasca bercerai dan how to handle it?

Apakah saya bisa jatuh cinta lagi dan percaya pada pernikahan. Ini yang paling sulit. Ketika hidup berdua banyak masalah dan gagal, akhirnya ada kecenderungan berpikir lebih baik sendiri saja. Butuh waktu untuk bisa percaya lagi dan mempercayakan diri berada dalam sebuah hubungan. Cara mengatasinya melihat pasangan yang baik-baik saja, berpikir bahwa kalau mereka bisa, saya juga pasti bisa.

Apakah saya sanggup merawat anak-anak sendiri. Saya beruntung ibu saya adalah orang yang sangat suportif, saya mampu bekerja dengan tenang karena ada ibu yang membantu saya menjaga anak-anak.

Apakah saya mampu membiayai anak-anak sendiri. Saya selalu berdoa, kalau saya diberi kepercayaan mempunyai anak, semoga saya diberi kemampuan dan kekuatan untuk bekerja dan membiayai mereka.

3 Hal yang membuat hidup pasca bercerai akan baik-baik saja

Keluarga, kalau saya down saya lihat anak-anak saya dan bersyukur punya anak-anak yang baik, itu menjadi kekuatan daya untuk bangkit lagi. Teman, baik sahabat maupun komunitas sangat membantu saya untuk terus berpikir positif, bahagia dan bersyukur. Diri sendiri, saya mencoba terus berpikir positif, bersyukur, dan berterima kasih bahwa saya kuat .

Punya panutan single mom, yang membuat mbak Mia berpikir, life after divorce akan baik-baik saja?

Sebenarnya karena ketakutan terbesar saya adalah finansial, panutan saya adalah Ibu saya sendiri. Dia tidak single mom tapi usahanya untuk membesarkan anak-anak luar biasa. Biasanya kalau saya lagi down, saya katakan pada diri saya, ibu saja yang tidak lulus SMA bisa menyekolahkan anak-anaknya, bahkan sampai saya kuliah, mosok saya yang S1 tidak bisa.

Tetap semangat Mbak Mia dan sukses ya untuk karier kamu :)

Share Article

author

-

Panggil saya Thatha. I’m a mother of my son - Jordy. And the precious one for my spouse. Menjadi ibu dan isteri adalah komitmen terindah dan proses pembelajaran seumur hidup. Menjadi working mom adalah pilihan dan usaha atas asa yang membumbung tinggi. Menjadi jurnalis dan penulis adalah panggilan hati, saat deretan kata menjadi media doa.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan