Sorry, we couldn't find any article matching ''
3 Masalah Vagina yang Dialami Oleh Ibu Baru
Ditulis oleh: Lariza Puteri
Untuk para ibu baru, selain masalah menyusui dan emosi, ternyata ada lagi masalah yang butuh perhatian, masalah vagina.
Pernah nggak merasakan tidak nyaman di bagian perut setelah melahirkan? Saya bukan ngomongin tentang kembung atau diare, ya, tapi rasa nggak nyaman lainnya. Saya pernah merasakannya setelah melahirkan Gia 2 tahun lalu. Setelah diperiksa, ternyata menurut dokter kandungan saya, ada kemungkinan akibat operasi sesar yang saya jalani. “Dan ini normal,” mengutip kalimat si dokter, hihihi.
Dari kunjungan ke dokter kandungan itulah, saya jadi ngeh kalau ternyata lumayan banyak gangguan yang dialami oleh ibu baru. Kalau selama ini saya familiarnya dengan urusan menyusui atau baby blues, ada lagi masalah lain yang kerap dialami ibu baru, yaitu masalah vagina.
Baca juga:
51 Masalah Seputar ASI dan Menyusui
Gangguan tersebut antara lain diastasis recti, inkontinensia, dan prolaps. Berikut hasil penjelasan dr Jimmy Panji W, SpOG dari RS Mitra Keluarga Gading Serpong.
Diastasis recti
Diastasis Recti ini adalah pemisahan otot perut kanan dan kiri. Meskipun jarang banget terjadi, namun gangguan ini dapat terjadi sejak masa kehamilan, sebab saat hamil biasanya terjadi pelebaran otot perut. Nah, otot antara perut kanan dan kiri ini sebetulnya dihubungkan dengan jaringan ikat, dan jaringan ini bisa melebar. Tak hanya pada ibu hamil yang melahirkan secara normal saja, gangguan ini juga dapat terjadi pada ibu yang menjalani operasi sesar.
Menurut dr Jimmy, diastasis recti lebih sering terjadi pada ibu yang melahirkan secara sesar, karena pada operasi sesar terjadi penyayatan perut.
Gejalanya kayak gimana, sih? Akan terasa tidak nyaman apalagi saat batuk. Ketika kita batuk, maka perut akan terasa menggembung dan tertekan, seperti ada bagian dinding perut yang melemah. Biasanya, kita hanya fokus pada kondisi perut yang susah mengempis pasca melahirkan meskipun sudah olahraga secara rutin. Kalau ini terjadi, dr Jimmy menyarankan bagi ibu hamil untuk menggunakan korset, namun jika sudah melahirkan maka melakukan aktivitas fisik secara umum diharapkan dapat memulihkan gangguannya
Inkontinensia
Gangguan ini terjadi karena adanya gangguan persarafan di kantung kencing setelah melahirkan. Peristiwa ini umumnya sudah terjadi sejak kehamilan. Perubahan kepala bayi yang makin membesar akan menekan otot dasar panggul, sehingga terjadi perubahan di kantung kemih sedemikian rupa.
“Gejala paling umum dari inkontinensia adalah air kencing yang bisa tiba-tiba keluar, bahkan saat sedang tertawa,” ungkap dokter Jimmy.
Bila gangguan inkontinensia ditemukan sejak hamil, maka jaga agar tidak sampai infeksi. Misalnya dengan rajin mengganti celana dalam atau menggunakan popok dewasa bila perlu. Bila gangguan ini pernah terjadi, maka otot dasar panggul sudah lemah. Sehingga, agar gangguan ini tak terulang lagi, batasi jumlah anak sangat disarankan :D.
Untuk mengatasi Inkontinensia, dokter Jimmy menyarankan untuk melakukan fisioterapi. Senam kegel juga dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya Inkontonesia. “Selain itu, hindari faktor risiko, seperti kegemukan, anak banyak (di atas 3) dan berat badan bayi lahir di atas 3,5 kg,” jelas dokter Jimmy.
Prolaps
Ibu baru yang mengalami inkontinensia juga meningkatkan risiko terjadinya prolaps. Prolaps merupakan rahim yang turun. Normalnya, posisi rahim ada di dalam perut dan disanggah oleh ligamen atau urat-urat perut. Namun saat hamil, sokongan ini dapat melemah sehingga mengakibatkan rahim turun. Prolaps dapat terjadi saat hamil dan setelah melahirkan.
Bila prolaps terjadi saat hamil, rahim bahkan bisa turun hingga mulut rahim keliatan dan bahkan keluar dari vagina. Untuk mengatasinya, dokter biasanya akan memasang alat yang berbentuk seperti cincin yang terbuat dari plastik dan aman bagi tubuh. Hal ini dilakukan untuk menahan serviks agar tidak sampai keluar. Sebab, bila serviks sampai keluar, maka dapat terjadi infeksi yang dapat membahayakan janin.
Prolaps yang terjadi setelah melahirkan juga ditangani dengan pemasangan cincin. Selama beberapa waktu, dokter akan terus mengevaluasi keadaan ini. BIla terlihat sudah membaik, maka dokter akan melepas cincin dan mengetes, apakah rahim sudah kembali pada posisi semula.
Baca juga:
Share Article
COMMENTS