banner-detik
OTHERS

Taking a Stand for My Self (First)

author

fiaindriokusumo01 Sep 2018

Taking a Stand for My Self (First)

Sebelum memutuskan untuk berani mengambil sikap, bersuara untuk membela orang lain, lebih baik mulai dulu aja dari diri kita sendiri.

Salah satu alasan kenapa bulan September ini tema editorial kami adalah “Taking a Stand…,”karena berita mengenai ibu Meliana yang akhirnya divonis bersalah dan mendapat hukuman 18 bulan penjara. Tak lama, saya menonton video youtube Panji Pragiwaksono saat dia sedang standup comedy yang membahas mengenai TOA masjid. Di salah satu materi standup comedy-nya Panji, ada poin yang cukup mengena di kepala saya: Bahwa selama ini kita cenderung untuk diam, enggan bersuara entah karena alasan apa. Takut mengambil sikap, apalagi jika itu berbeda dengan banyak orang pada umumnya.

Namun, sebelum kita belajar berani mengambil sikap untuk membela orang lain, mungkin kita perlu belajar terlebih dahulu untuk berani mengambil sikap bagi diri kita sendiri. Ketika kita bisa stand for ourself, pasti akan lebih mudah saat itu kita lakukan untuk orang lain.

Taking a stand for our self sama artinya dengan belajar menghargai diri sendiri dan otomatis mengajak orang lain untuk menghargai kita. Menghargai kita dengan apa adanya kita.

Taking a Stand for My Self (First) - Mommies Daily

Sebagai perempuan, saya belajar untuk taking a stand for my self dengan:

- Tidak merendahkan ‘nilai-nilai’ diri saya. Misal, sesederhana menghilangkan kalimat seperti “duh iya sih perempuan tuh emang gitu ya…” Belajar aja untuk tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan.

- Tidak terus menerus menyampingkan kebutuhan diri sendiri demi orang lain.

- Jangan double standard. Nggak mau diremehkan saat mengemudi, tapi ngotot ingin menikmati fasilitas ladies parking. Nggak mau dilecehkan karena penampilan, tapi komen di social medianya Jojo si pemain bulu tangkis dengan kalimat-kalimat menjijikkan cenderung melecehkan.

- Stop period shaming. Yes, saya tahu PMS itu membuat tubuh sama sekali nggak nyaman, membuat emosi juga jadi nggak jelas juntrungannya. Tapi apa itu bisa jadi alasan untuk kita being bitchy? Ya nggak , lah. Kontrol emosi, bisa kan?

Intinya, yuk kita mulai dari diri sendiri.

Bulan ini juga akan lumayan banyak artikel-artikel mengenai para perempuan yang berani mengambil sikap berkaitan dengan rokok, poligami, vaksin, HIV, KDRT, pelecehan seksual pada perempuan dan anak-anak. Dari mereka, pasti banyak hal yang bisa kita tiru. Dari mereka pasti banyak hal yang dapat kita pelajari. Nggak hanya itu, namun juga bagaimana mengurus anak dari kacamata para single dad.

Selamat menjalani bulan September :).

Share Article

author

fiaindriokusumo

Biasa dipanggil Fia, ibu dari dua anak ini sudah merasakan serunya berada di dunia media sejak tahun 2002. "Memiliki anak membuat saya menjadj pribadi yang jauh lebih baik, karena saya tahu bahwa sekarang ada dua mahluk mungil yang akan selalu menjiplak segala perilaku saya," demikian komentarnya mengenai serunya sebagai ibu.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan