banner-detik
KIDS

4 Hal yang Kadang Lupa Kita Lakukan Sebagai Orangtua

author

fiaindriokusumo26 Aug 2018

4 Hal yang Kadang Lupa Kita Lakukan Sebagai Orangtua

Nomor satu dan nomor dua kayaknya yang paling sering ‘dilupakan’ oleh para orangtua. Bagaimana dengan dua hal lainnya?

Iya maklum, namanya juga orangtua, banyak yang dipikirin, mulai dari hal besar sampai urusan printilan. Apalagi mengingat bahwa sebagai orangtua, kita punya tanggung jawab besar untuk mengasuh, mendidik dan membesarkan anak-anak yang kelak akan menjadi manusia dewasa seperti kita. Yang pada akhirnya juga akan memiliki tanggung jawab besar sama seperti kita. Pertanyaannya adalah, anak-anak seperti apa yang akan kita besarkan?

Apakah mereka akan menjadi manusia-manusia yang lebih baik dari kita kelak? (Semoga sih ya). Konon kabarnya, sebagai orangtua, saat kita meninggalkan dunia, our children may be the most important legacy that we leave behind. So, bagi saya pribadi, saya nggak hanya ingin anak saya sukses dalam urusan karier, tapi juga sukses dalam urusan menjadi manusia yang baik untuk dirinya sendiri, untuk sesama manusia lainnya, dan untuk lingkungan tempat dia tinggal.

Bicara tentang parenting, pasti ada pro kontra, apa yang cocok dan apa yang saya suka, belum tentu juga cocok buat Anda yang sedang membaca tulisan saya ini. But at least, 4 hal yang mau saya jelaskan di sini kayaknya sih bisa masuk untuk semua jenis pengasuhan yang kita anut, hehehe, pede tingkat dewa. Here they are ….

4 Hal yang Kadang Lupa Kita Lakukan Sebagai Orangtua - Mommies Daily

1. Kita sering lupa untuk benar-benar mendengar

Sebagai orangtua, dari anak masih di dalam perut hingga brojol lahir ke dunia kita terbiasa untuk bicara, bicara dan bicara. Semakin anak beranjak besar, bentuk bicara kita berubah wujud menjadi memberitahu anak, mengajar anak, ngomelin anak, mengoreksi anak, menasihati anak, which are a part of our role. Tapi, sebenarnya banyak hal kok yang bisa kita pelajari dari anak kalau kita mau mendengarkan anak. Sesuai saran psikolog, penting banget meluangkan waktu at least 10 menit dalam sehari atau satu jam dalam seminggu untuk menghabiskan waktu bersama anak tanpa kita harus sibuk mengkritik, berargumentasi atau memberikan banyak petuah. Simply listen, mengobservasi dan memberikan feedback positif jika anak meminta. Waktu sesingkat ini namun dengan kualitas komunikasi yang baik ternyata bisa meningkatkan perkembangan otak anak, lho!

2. Kita sering lupa mengajarkan anak untuk bisa menerima perbedaan

Mungkin saya menempatkan ini di nomor dua karena melihat fenomena yang terjadi akhir-akhir ini terutama di negara kita tercinta, ya. Di saat kita mudah banget terpecah belah hanya karena beda pilihan politik atau gara-gara perbedaan agama. Sedih aja melihatnya, kalau membandingkan dengan masa saya kecil dulu. Bagaimana dia bisa ‘fit in’ hidup di masyarakat dunia kalau di negaranya sendiri aja dia nggak mampu berdampingan dengan mereka yang berbeda?

Dan akhirnya saya menganggap mengajarkan anak untuk mampu menerima perbedaan adalah hal yang penting untuk diajarkan sedini mungkin. Nggak, nggak bisa ditunda-tunda dan menganggap, ah mereka masih kecil ini, belum ngerti juga. Nope. Anak-anak itu kan copycat paling canggih ya. Apa yang dia lihat dan dengar, pun di usia masih piyik, pasti terekam di memori mereka.

3. Kita sering lupa mengajarkan empati

Nah, ini satu lagi yang saya khawatirkan lama-lama akah lenyap dari sifat anak-anak kita. Sudahlah kita lupa mengajarkan tentang perbedaan, kita juga terlalu fokus menyiapkan mereka untuk sukses secara pendidikan dan pekerjaan, tapi lupa untuk mengenalkan mereka mengenai empati. Empathy and kindness should be a top priority, and we should be comfortable holding our children to high moral expectations. Ajarkan anak untuk mampu menghargai siapa pun, bahkan ART atau tukang sampah yang kerap membersihkan sampah di rumah kita. Kita juga bisa mengajak anak diskusi, misalnya saat gempa Lombok terjadi, bagaimana anak-anak hidup di pengungsian. Ajarkan anak untuk bersyukur dengan apa yang mereka miliki saat ini.

4. Lupa untuk menahan diri untuk tidak terus menerus memuji anak

Jangan sampai hanya untuk sebuah ‘prestasi’ sederhanaaaaa banget, kita memuji si anak berlebihan. Our children should not expect a reward every time they are kind. Agar anak tahu, bahwa berbuat baik itu memang sebuah keharusan, dan itu nggak butuh pujian untuk melakukannya. Bahwa berbuat baik harus datang dari dalam hati, bukan terjadi karena dia ingin pujian dari orangtuanya. Begitu juga saat dia berhasil meraih prestasi, boleh memuji dan mengucapkan terima kasih atas usaha yang dilakukan, tapi jangan berlebihan.

Share Article

author

fiaindriokusumo

Biasa dipanggil Fia, ibu dari dua anak ini sudah merasakan serunya berada di dunia media sejak tahun 2002. "Memiliki anak membuat saya menjadj pribadi yang jauh lebih baik, karena saya tahu bahwa sekarang ada dua mahluk mungil yang akan selalu menjiplak segala perilaku saya," demikian komentarnya mengenai serunya sebagai ibu.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan