Jelang usia 2 tahun, ibu-ibu biasanya khawatir pada dua hal: toilet training dan menyapih anak. Bagaimana jika anak sulit disapih?
Kedua hal ini memang sudah “diamanatkan” oleh psikolog di daycare anak saya sejak usia anak saya baru 1,5 tahun. Saya tidak terlalu ambil pusing pada toilet training karena yakin ia akan bisa sendiri.
Tapi bagaimana cara menyapih? Anak saya senang sekali menyusu dan frekuensi menyusunya tidak berkurang meskipun ia semakin besar. Malam hari pun ia masih bangun 2-3 kali untuk mencari puting.
Maklum, karena saya bekerja, kami hanya bertemu di malam hari jadi ia memastikan nempel pada saya terus semalaman. Ia bahkan tidak bisa tidur tanpa disusui. Jadi kalau kebetulan sedang di mall dan ia mengantuk, ia akan sangat cranky sampai kami bisa menemukan ruang menyusui dan barulah ia bisa tidur seketika.
(Baca juga: Bayi Cegukan Boleh Diberi ASI Nggak Sih?)
Karena khawatir anak makin sulit disapih, saya pun mulai menggunakan berbagai metode weaning with love yang banyak tersebar di dunia maya. Rata-rata menyarankan mengurangi frekuensi menyusui, memberi afirmasi pada anak bahwa ia kini sudah besar dan tidak perlu minum ASI lagi, memberinya makan hingga kenyang, atau menggantinya dengan susu lain seperti UHT.
Saya lakukan itu berbulan-bulan dan tetap tidak ada tanda-tanda ia akan siap untuk berhenti menyusu. Sampai akhirnya saya sadar satu hal, saya yang belum siap menyapih dia jadi dia pun sepertinya ikut “berat” untuk berhenti.
1. Beri tenggat waktu. Suami saya berhenti menyusu di usia 4 tahun, saya pun memberi target sama. Sebelum masuk TK ia harus berhenti. Karena sebetulnya tidak ada batasan kapan harus menyapih anak, kan? Bahkan banyak anak yang terpaksa berhenti menyusu lebih awal karena punya adik.
2. Kenali kondisi badan. Menyusui anak 2 tahun dan menyusui bayi baru lahir tentu berbeda sekali. Semakin besar anak, semakin melelahkan juga menyusui karena ia semakin aktif bergerak. Ketika menyusui sudah dirasa merepotkan dan melelahkan, itu tanda kita sudah siap berhenti menyusui.
3. Beri afirmasi positif pada diri kita bahwa anak akan tetap butuh pada ibunya. Ini yang terberat karena saya takut quality time kami jadi berkurang kalau ia berhenti menyusu. Jadi memang harus disiapkan bonding time lain seperti baca buku sebelum tidur atau sering berpelukan meskipun sudah tidak menyusu lagi.
(Baca juga: 12 Fakta Unik Soal Payudara)
Akhirnya saya berhenti menyusui di usia pas 3 tahun. Setahun lebih memberi keyakinan bahwa kami berdua pasti mampu, Xylo berhenti tanpa drama sama sekali. Tanpa rewel, tanpa tangisan apapun. Ia tiba-tiba bilang ingin rayakan ulang tahun ketiga di sekolah dan saya mensyaratkan berhenti nenen.
Ia setuju dan tidak minta lagi sama sekali. Semudah itu tapi butuh waktu yang sangat panjang. Jadi untuk mommies yang masih bingung bagaimana caranya menyapih anak, tanyakan dulu diri sendiri: apa sebetulnya kita yang belum siap?