Sorry, we couldn't find any article matching ''
Anak Pertama vs Anak Kedua (dan Seterusnya)
Untuk mereka yang punya anak lebih dari satu seperti saya, pasti paham banget dengan beberapa kondisi berikut ini.
Pertama kalinya hamil, pertama kalinya melahirkan, pertama kalinya punya anak…… biasanya lebih excited dibanding begitu anak kedua, ketiga, keempat dan seterusnya lahir, hahahaha. Bukannya nggak senang menyambut kelahiran si adik, senang sih tetap senang (kecuali buat mereka yang kebobolan, biasanya di awal lumayan stress dulu, begitu melihat tatapan mata si bayi, langsung segala kesal segera hilang tak berbekas), tapi mungkin lebih santai aja kali ya, karena udah ada pengalaman sebelumnya (cieeee).
Maka, sebagai ibu dari dua orang anak, saya mau sedikit kilas balik mengenai perbedaan-perbedaan yang saya alami saat hamil anak pertama dengan anak kedua.
1. Urusan dokumentasi
Tendangan pertama, detak jantung pertama, senyum pertama, poop pertama, jatuh dari tempat tidur pertama, merangkak untuk pertama, dst. Bukan, bukan karena rasa cinta saya pada si adik lebih sedikit, nggak lah….. ini semua hanya karena saya tahu masih banyak waktu dan masih banyak hal yang bisa saya dokumentasikan di masa-masa yang akan datang.
2. Urusan kebersihan dan keselamatan
Nggak freak!!! Beda banget deh sama zamannya si kakak. Segala harus steril, segala harus bersih, berapa kali dalam sebulan ganti botol, air harus air mineral, tempat tidur dijaga banget agar anak nggak gelinding dst. Begitu anak kedua, lebih santai karena mulai paham bahwa anak juga punya antibody sendiri :D.
3. Semua urusan mau diurus sendiri
Itu dulu saat anak pertama. Karena nggak percayaan sama orang lain. Semua mau dikerjakan sendiri padahal ngantuk luar biasa dan capek mampus sampai kayak mau pingsan. Setelah anak kedua? Mulai pintar melakukan pendelegasian tugas ke support system (iya laaaah, apa gunanya ada support system kalau semua pekerjaan saya borong sendirian).
4. Belanja, belanja dan belanja
Naaaah, saya yakin banyak yang senasib dan sepenanggungan sama saya. Anak pertama, saya sampai bolak balik ke Tanah Abang, ITC sampai baby store macam Mothercare. Semua dibeli dan semuanya dalam jumlah banyak. Macam anak saya mau traveling around the world. Begitu anak kedua, mama mulai pintar melakukan penghematan. Tahu mana yang benar-benar butuh, mana yang sekadar kalap mata (walaupun tetap aja ada yang dibeli atas nama karena lucu atau karena warnanya belum ada).
5. Pemilihan nama
Saat Bagus, anak pertama saya lahir, namanya baru kami dapatkan memasuki hari ketiga setelah si anak lahir (duh…. Orangtua macam apa kami…). Saking bingungnya. Bayangin nih, sudahlah beli buku nama-nama bayi sekitar 3 sampai 4 buku :D, plus tanya kanan kiri, malah ujung-ujungnya panik berasa semua potongan nama mau dimasukin. Begitu anak kedua, lebih santai dan nggak kalap. Cukup minta tolong mama untuk nyariin nama, beres deh.
Baca juga:
Jadiii, di antara lima point di atas, nomor yang mana aja yang mommies merasa senasib sama saya?
Baca juga:
Share Article
COMMENTS