Produksi ASI di dalam payudara itu ajaib. Sama ajaibnya seperti manfaat menyusui untuk ibu dan si kecil. Tapi pernah nggak membayangkan, apa yang sebenarnya terjadi pada payudara dan ASI, saat sang ibu tak menyusui anaknya?
Walau terjadi tiga tahun lalu, saya masih ingat detail ritual menyusui Jordy, anak lanang saya. Momen menakjubkan menyusui adalah, saat kami hanya berdua di dalam kamar, malam hari. Saat semua orang terlelap tidur, hanya saya dan Jordy dalam dekapan, lalu dia menatap saya tajam, sambil asik menghisap jatah ASI-nya. Duuuh, kejadian ini sih, lebih indah dibanding masa-masa pacaran dulu, hahaha, maaf ya Pak Suami :p
Baca juga:
5 Alasan Utama Kenapa Menyusui Langsung Adalah yang Terbaik
16 Hal yang Disukai Para Ibu dari Kegiatan Menyusui
Tiga bulan berlalu, saya pun kembali pada komitmen awal yang disepakati – saya kembali kerja. Mulai deh tuh, perjuangan menyetok ASIP. Jadwal saya pumping waktu itu, jelang makan siang, sekitar dua jam setelah makan siang, dan 1 jam jelang pulang kantor. Di antara waktu menunggu waktunya pumping, suka nggak sadar ASI sudah merembas, tesktur payudara pun mengencang.Ini sudah jadi tanda awal, saya harus segera pumping.
Baca juga: Tanda-tanda Pelekatan Payudara Saat Menyusui yang Benar
Mommies tahu nggak dalam situasi saya di atas, apa yang terjadi seandainya saya nggak mau pumping, atau menyusui langsung Jordy? Menurut dr. Meta Hanindita SpA dari RSUD Dr Soetomo Surabaya “Jika seorang ibu (dengan alasan apapun) tidak mengeluarkan ASInya baik dengan disusui atau dipompa, maka tubuh akan mengeluarkan Prolactin Inhibiting Factor (PIF) yang dapat mengirim sinyal ke otak ibu bahwa ASI tidak dibutuhkan, dan berangsur-angsur mengurangi produksi ASI sampai berhenti sama sekali.” Hiks sedih kan? Dan FYI, hormon yang berhubungan dengan produksi ASI adalah prolaktin, ini sih sudah di luar kepala, ya?
Tak berhenti sampai di situ. Dr. Meta Hanindita bilang, jika seorang ibu tidak menyusui, dibutuhkan waktu kurang lebih 7-10 hari kembali ke level hormon non-lactating. Nah, selama waktu itu, bisa jadi ibu merasa tidak nyaman dengan payudaranya karena berisi ASI. Bisa terjadi breast engorgement, payudara tersumbat, sampai mastitis. Untuk ASI-nya sendiri, perlahan akan berhenti diproduksi sampai benar-benar tidak keluar lagi.
Padahal dari segi kesehatan, menyusui itu punya banyak sekali manfaat. Setidaknya dari sisi ibu:
Kalau untuk bayi sendiri, sudah banyak para expert yang mengatakan. ASI eksklusif selama 6 bulan, sebagai investasi sistem imunitas si kecil. Menyusui juga membantu ibu punya kelekatan emosional yang lebih intens, setidak dua hal ini yang saya rasakan manfaatnya, memperjuangan 6 bulan memertahankan ASI eksklusif untuk anak saya Jordy.