Ternyata jenis olahraga yang kita lakukan juga tergantung dari kondisi tubuh. Si gemuk dan si kurus punya tipe olahraga tertentu. Supaya menghindari cedera, dan tujuan yang diinginkan tercapai dengan efektif.
Jadi mommies, sudah dua bulan ini saya dan teman-teman kantor sedang kembali aktif olahraga (doakan konsisten, yaa, ahahaha). Jenis olahraga yang kami lakoni pound fit dan yoga. Di awal memulai (kembali) olahraga saya sengaja pilih yoga. Karena yoga termasuk olahraga low impact, menghindari cedera, mengingat udah lama sekali nggak rutin olahraga.
Setelah yoga, di minggu berikutnya saya sok-sokan ikutan pound fit. Pengaruh baik pertemanan sehat di kantor :p. Nah, syukurnya karena sebelumnya si otot-otot kaku sudah dapat pemanasan dari yoga, badan saya jadi nggak segitu sakitnya setelah melakukan pound fit.
Baca juga: Olahraga Malam, Aman Nggak, ya?
Dan ternyata, pilihan saya juga diamini oleh Mury, S.Pd M.Si, Ketua Umum ANOKI (Asosiasi Nutrisionis Olahraga dan Kebugaran Indonesia) , karena *eheeem, berat badan saya belum kembali ke BB ideal pasca melahirkan. Atau dengan kondisi-kondisi BB tertentu Mas Mury menyarankan jenis olahraga tertentu untuk yang tergolong obesitas dan yang terlalu kurus.
Sebelumnya, kita cari tahu dulu, yuk apa sih yang dimaksud dengan obesitas? Jadi mommies, kata Mas Mury Obesitas adalah kondisi status gizi seseorang yang lebih, terbagi atas beberapa bagian, mulai dai overweight, obes 1, obes 2 dan obes 3 yang menandakan semakin gemuk seseorang.
Supaya tahu persis seseorang tergolong obesitas apa nggak, kita dapat mengetahuinya dengan rumus sebagai berikut:
Indeks massa tubuh (IMT) = berat badan (kg) / Tinggi badan (m) kuadrat
Apabila hasilnya lebih dari 25 disebut obesitas.
Cara lainya adalahh dengan mengukur lingkar perut, apbila laki-laki lebih dari 80cm dan wanitalebih dari 90 cm maka mereka sudah termasuk obesitas.
Mas Mury menyarankan, untuk yang tergolong BB obesitas. Dimulai dengan jalan kaki, atau yang tergolong sangat obesitas, bisa berenang. Karena tidak membebani lutut terlalu berat. Pilihan lainnya adalah dengan sepeda statis.
Namun perlu diingat, jangan terlalu ambisius di awal memulai langsung mau olahraga yang high impact, ya, mommies. “Jangan langsung berlari atau jogging, karena dengan berlari atau jogging dapat membebani lutut terlalu berat yang dapat membuat risiko cedera besar. Selain itu hindari olahraga yang sifatnya membebani lutut terlalu berat (sepakbola, badminton, dan lain-lain),” terang Mas Mury lebih lanjut.
Beda dengan yang punya BB obesitas, Mas Mury mengatakan untuk mereka yang berbadan kurus olahraga beban adalah olahraga yang sangat disarankan untuk meningkatkan massa ototnya sehingga terjadi peningkatan massa tubuhnya. Olahraga angkat beban termasuk olahraga high impact tidak apa-apa jika mau dilakukan, asalkan dengan waktu yang singkat.
Yang tidak disarankan untuk orang kurus adalah olahraga yang sifatnya endurance. Contohnya berjalan, jogging, running, bicycling, swimming atau olahraga apapun yang sifat waktunya lama dan terus menerus dilakukan. Kalau terlalu sering dilakukan, dapat membuat massa tubuhnya semakin berkurang atau semakin kurus.
Mengenai frekuensi, Mas Mury mengatakan, baik orang gemuk atau kurus sebaiknya melakukan olahraga 3-5X seminggu. Karena ini adalah panduaan frekuensi olahraga, baik dari kemenkes maupun dari WHO. Tambahan lainnya, pada tesis Mas Mury, menunjukkan bahwa untuk orang yang sudah baik keadaan status gizinya (ideal) harus berolahraga 3x seminggu untuk menjaga, kalau yang kurus atau gemuk harus 3-5x seminggu.
Baca juga: Fit Mom: Dinda Utami “You don’t find time, you make time”
Tetap semangat olahraga, mommies. Karena kesehatan bisa jadi investasi yang nggak ternilai harganya :)