Ditulis oleh: Lariza Puteri
Konon, pelekatan merupakan kunci keberhasilan menyusui. Saya, sih, setuju banget!
Meskipun sudah anak ke dua, saya tidak bisa menyatakan diri expert dalam hal menyusui. Saat IMD terbilang sukses, dan Gia ‘menikmati’ makanan pertamanya, tetap saja dalam perjalanan menyusui saya menemui beberapa kendala. Walaupun IMD sukses, imo, nggak hanya itu yang bisa dijadikan tolak ukur kesuksesan seorang ibu menyusui. Banyak faktor lain.
Berbeda dengan Dhia, saat saya menyusui adiknya, si Gia, kendala menyusuinya berbeda. Satu hal yang paling ketara adalah ketidakpuasan Gia setiap kali menyusu. Di ujung sesi menyusui, bukannya wajah puas dan kenyang, Gia malah menangis dan rewel. Rasa-rasanya, sih, saya sudah menerapkan semua teknik yang pernah saya lakukan pada anak pertama dulu. Tapi, ya, itu tadi, keterampilan menyusui harus dari kedua belah pihak.
Setelah curhat panjang lebar pada dokter, ternyata masalah yang saya alami adalah pelekatan. Pelekatan ini tak sekadar persoalan masuknya semua areola ke dalam mulut bayi, lho. Ada beberapa hal lain yang harus diperhatikan untuk memastikan pelekatan sudah dilakukan dengan baik, yaitu:
1. Saat seluruh area areola ibu masuk ke dalam mulut bayi, artinya tak ada bagian hitam yang masih terlihat. Kalaupun terlihat sedikit, akan lebih banyak terlihat pada area areola bagian atas, dibandingkan bagian bawah.
2. Bibir bayi terlihat dower, artinya bibir atas dan bawah bayi terbuka lebar dan dagu menempel pada payudara.
3. Tubuh bayi menempel pada tubuh ibu. Kalau yang ini, dari awal saat akan memosisikan bayi menyusu, saya selalu menempelkan perutnya ke perut saya. Dengan begitu, posisi tubuh bayi lurus, dan bisa menyusu dengan baik. Posisi kepala bayi yang miring menghadap payudara akan membuat bayi tak nyaman saat menyusu.
4. Tidak ada suara. Bila bayi menghasilkan suara saat menyusu, seperti suara mengecap, bisa dibilang teknik menyusui yang dilakukan belum benar. Kunci pelekatan yang benar adalah tak ada suara-suara yang muncul saat bayi menyusu. Satu-satunya suara yang dihasilkan bayi seharusnya hanyalah suara tegukan ASI yang ia minum. Bila masih terdengar suara kecapan, artinya bayi belum melekat dengan baik dan benar.
5. Perhatikan bentuk puting setelah menyusui bayi. Pelekatan yang baik tidak akan mengubah bentuk puting susu, misalnya menjadi lebih runcing.
6. Bayi terlihat puas, ditandai dengan bayi yang terlihat tenang, jemari terbuka dan biasanya akan langsung tertidur.
Memperbaiki pelekatan menurut saya susah-susah gampang. Nah, untuk menghindari kegagalan pelekatan, saya juga harus menyiapkan hal ini dari awal. Dimulai dari cara memegang bayi dan memosisikannya.
Pertama-tama, pegang bayi dengan satu tangan. Dengan tangan lainnya, saya memegang payudara dengan ibu jari di atas dan jari tangan di bawah. Saat mulut bayi sudah terbuka lebar, segera sodorkan payudara ke mulut bayi. Hindari membungkukkan badan untuk menghampiri bayi. Tapi, gerakkan lengan dan bayi menghampiri payudara. Ini akan membuat puting payudara masuk cukup jauh ke dalam mulut bayi dan bibir bayi menutup semua areola.
Jangan bayangkan dalam sekali berlatih bisa berhasil. Saya, sih, butuh waktu berkali-kali hingga hal ini berhasil.