Kalau dianalogikan, doula ibarat wedding organizer atau event organizer tapi doula ke arah birth organizer. Seseorang yang bisa memberikan dukungan penuh dan membantu proses perjalanan seorang perempuan menjadi ibu.
Pernah mendengar istilah doula nggak? Terus terang saja, kalau saya memang belum lama mengetahui soal doula ini. Padahal, gaung doula ini sudah mulai terdengar di Indonesia sejak tahun 2012 silam, seiring dengan gentlebirth yang mulai ramai dibicarakan. Sementara kalau mau membandingkan di luar negeri, profesi doula ternyata adalah sebuah profesi yang tidak asing lagi.
Bagaimana di Indonesia? Saat ini d Indonesia khususnya kota besar seperti Jakarta dan sekitarnya juga sudah cukup banyak lho, yang menggunakan jasa doula. Informasi ini saya ketahui dari Mbak Tia Pratignyo, founder Nujuh Bulan Studio. Sejak berdiri, November 2015 silam, Nujuh Bulan memang sudah menyediakan pelayanan doula.
Berhubung pengetahuan saya mengenai doula masih sangat minim, saya pun akhirnya cukup banyak mengajukan pertanyaan pada Mbak Tia Pratignyo yang berkaitan dengan doula.
Menurut Mbak Tia, secara terminologi, doula ini berasal dari Bahasa yunani, artinya melayani wanita (servant-woman). Peran doula juga sebenarnya sudah ada sejak dari jaman dahulu, bahkan jauh sebelum ada rumah sakit, dokter, bidan atau teganag medis, di mana ketika ada ibu yang mau melahirkan di rumahnya, para perempuan terdekatnya, bisa ibunya sendiri, saudara atau tetangga terdekat bisa membantu ibu dalam proses melahirkan dan melayani keperluan ibu setelah melahirkan. “Di jaman sekarang, seseorang yang mendedikasikan tenaga dan waktu nya sebagai pendamping persalinan profesional non-medis, disebut Doula,” jelas Mbak Tia
Mbak Tia menambahkan, alasan mengapa Nujuh Bulan menyediakan jasa doula memang tidak terlepas dari visi utamanya, yaitu mendukung dan melayani perjalanan wanita secara menyeluruh, mulai dari perjalanan fertility, pregnancy, birth, postpartum serta motherhood.
“Saat memulai Nujuh Bulan, profesi doula masih jarang terdengar dan masih sangat sedikit orang yang menggelutinya, dan kami hanya ada satu doula, yaitu doula Irma. Sekarang di Nujuh Bulan, kami ada 3 doula, yaitu doula Irma, doula Sinta, dan doula Ashtra. Saya berharap kedepannya makin banyak ibu memberdayakan dirinya dan mengetahui sekarang sudah ada support system yang tersedia. Dengan women-to-women support ini, saya yakin ibu bisa menjadi lebih siap dan percaya pada kemampuan tubuhnya.”
Doula sendiri terbagi menjadi dua macam, yaitu Birth Doula lebih fokus untuk kehamilan dan persalinan. Di Nujuh Bulan, mulai 28-30 minggu, doula sudah mulai proses untuk pengenalan, edukasi, diskusi birth plan, bertemu dengan provider, dan lain-lainnya. Selanjutnya adalah Postpartum Doula yang lebih fokus pada memberikan dukungan setelah ibu melahirkan, memastikan semua aspek yang ibu lakukan sudah kondusif.
Contohnya, mengecek proses menyusui, perawatan bayi, dan dukungan emosional yang memudahkan ibu dalam masa transisi dan masa postpartum atau bahkan mengkoordinasi bantuan berupa pekerjaan rumah tangga. Jika dirasa ada yang kurang kondusif, postpartum doula berperan memberikan dukungan serta link para ahli di bidangnya agar ibu tidak bingung harus berkonsultasi kemana dan langkah apa yang perlu dilakukan.
Pada dasarnya, doula ini punya dua peran yang penting untuk ibu hamil.
Seperti yang dijelaskan Mbak Tia, bahwa beberapa studi menyebutkan kalau kehadiran doula dapat membantu persalinan menjadi lebih lancar, minim komplikasi dan ibu mengalami pengalaman melahirkan yang positif. Menurut jurnal, dukungan doula dapat mempersingkat persalinan selama 1.5 jam, mengurangi kemungkinan operasi sesar sebesar 51%, Mengurangi penggunaan obat sakit sebesar 36%, Mengurangi kebutuhan pitocin sebesar 71%, Mengurangi kebutuhan forsep sebesar 57%, membantu ibu & ayah merasa percaya diri dan mendukung ikatan ibu-bayi serta proses menyusui.
Manfaat yang lainnya, dengan ibu dan ayah yang lebih teredukasi, mental yang lebih dibantu disiapkan, ada team untuk berdiskusi dan tag team saat perlu istirhat, komunikasi dengan janin ditingkatkan, emosional dibantu dilepaskan, saat menyerah dibantu dikuatkan, saat tidak percaya diri dibantu utk kembali yakin, saat kecewa persalinan tidak berjalan sesuai rencana dibantu untuk melepaskan dan ikhlas, keluarga besar dibantu diberi pemahaman, memilih provider dan metode persalinan dibantu dijabarkan untuk diyakinkan kembali prioritas pilihannya, dan seterusnya yang ibu butuhkan dalam persalinan, bukan tidak mungkin hal-hal yang dijabarkan di atas dapat terjadi.
Meskipun latar belakang pendidikan doula bisa dari mana saja dan apa saja, karena siapa pun bisa menjadi doula. Namun Mbak Tia juga mengegaskan dealnya menjadi doula secara profesional, memang wajib mengikuti training dan memiliki sertifikasi terlebih dahulu. Jadi, menurut saya, nih, kalau memang mommies membutuhkan sahabat baru yang bisa dipercaya untuk mendampingi selama proses persalinan, jangan salah memilih doula, ya. Selain itu, Mbak Tia menambahkan bahwa menjadi doula itu paling penting harus lebih banyak mendengar daripada berbicara, lebih banyak memberi daripada menerima, dan kesemuanya dilakukan dengan hati.