Ditulis oleh: Lariza Puteri
Bukankah masa kehamilan itu mengasyikkan, ya? Kenapa harus sewa rahim?
Dua pertanyaan itu langsung muncul begitu mendengar tentang trend sewa rahim ini. Iya, sih, tak semua proses kehamilan itu menyenangkan. Ada beberapa ibu hamil yang harus berjuang penuh demi membesarkan janin di dalam perutnya. Dan ternyata, dari beberapa selebritis yang memutuskan untuk menyewa rahim, umumnya mereka memang memiliki risiko tinggi bila dipaksakan hamil. Sementara, keinginan punya anak lagi seakan sudah tidak terkendali.
Ada 3 hal yang kemudian mengusik pikiran saya tentang trend ini. Yang pertama tentang prosedur dan kesehatan ibu pengganti (ibu yang menyewakan rahimnya). Risiko terbesar sudah tentu terjadi pada pihak ibu pengganti. Risiko kesehatan ini bisa terjadi selama proses kehamilan, hingga ia melahirkan nanti. Bahkan, bisa saja kehamilan yang ia jalani saat menyewakan rahim ini membahayakan nyawanya. Menurut dr. Jimmy Panji W, SpOG, tak hanya risiko kesehatan saja yang mungkin terjadi pada ibu pengganti. Dari segi psikologis juga sangat mungkin terjadi. Misalnya rasa sedih saat akan menyerahkan anak yang sudah dikandungnya.
Baca juga:
Mengenal Distosia si Penyulit Persalinan
Bagi ibu yang akan menyewa rahim juga perlu sangat selektif dalam memilih ibu pengganti. Sama seperti saat kita mencari sekolah untuk anak-anak kita. Kita mencari yang terbaik untuk anak menghabiskan setengah harinya di sekolah. Begitu juga dengan hal ini, ibu yang akan menyewa rahim juga perlu mencari ‘tempat’ terbaik sebagai tempat tumbuh kembang pertama kalinya bagi anaknya. Sehingga, idealnya, ibu pengganti adalah ibu yang sudah berusia dewasa dan sudah pernah melahirkan, sehingga ia sudah mengetahui risiko yang bisa terjadi selama proses kehamilan dan persalinan. Selain itu, ibu pengganti juga harus sehat secara fisik dan terbebas dari penyakit menular seperti hepatitis B, C dan HIV. Satu hal lagi, ibu pengganti juga perlu sehat secara mental karena ia harus siap menyerahkan bayinya segera setelah melahirkan.
Hal kedua yang mengusih pikiran saya adalah soal pemberian ASI. Di satu sisi, makanan terbaik yang bisa diberikan pada bayi baru lahir adalah ASI. Sementara, bila ibu pengganti tetap memberikan ASI, dikhawatirkan perlekatan antara ibu pengganti dan bayi menjadi semakin kuat dan akan menimbulkan masalah terkait legalitas orangtua bayi tersebut. Walaupun ada solusi dengan mencari donor ASI, namun pemberian tidak akan semaksimal saat ASI diberikan secara langsung.
Baca juga: 6 Hormon yang Hadir Saat Kehamilan
Yang terakhir, trend ini sebetulnya sah atau tidak, sih? Konon, di Amerika Serikat prosedur ini sah dilakukan. Jadi tak heran ya, banyak artis asal negara tersebut yang kemudian membuat heboh dengan pemberitaan sewa rahim. Sementara, di Indonesia, trend ini belum ada aturannya. Sebab, menurut Pasal 127 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009, menyatakan bahwa upaya kehamilan di luar cara alamiah hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah dengan ketentuan hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami yang bersangkutan ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum berasal atau dikenal dengan bayi tabung.
Sementara, prosedur sewa rahim atau istilah kedokterannya ‘surrogate mother’ atau ‘ibu pengganti’, merupakan suatu keadaan di mana sel sperma dan sel telur dari pasangan suami istri yang ingin memiliki anak menjalani proses fertilisasi invitro atau bayi tabung. Kemudian, setelah embrio terbentuk, embrio tersebut dimasukkan ke dalam rahim perempuan lain yang sehat. Setelah kehamilan dan persalinan dijalani, bayi yang dilahirkan kemudian diasuh oleh pasangan suami istri tersebut. Jadi, kalau dilihat dari prosedur dan aturan yang ada di Indonesia tentang kehamilan, sewa rahim sudah tentu ini bertentangan.
Sebetulnya, menurut dr. Jimmy, terdapat pilihan lain, selain sewa rahim, bagi ibu yang memiliki risiko tinggi untuk hamil maupaun sudah tidak memiliki rahim. Misalnya seperti melakukan transplantasi rahim, atau pendonoran rahim. Semoga kedepannya dengan perkembangan ilmu kedokteran, teknologi ini semakin maju dan dapat membantu para perempuan yang membutuhkan di Indonesia.