Berasa ingin marah-marah sama anak karena melakukan hal yang nggak kita suka? Coba deh gunakan mantra “Choose Your Battle Wisely” yang membuat kita bisa lebih adem.
Suatu hari hampir larut malam, Jordy (3) minta main cat air yang baru dibeli. Sementara kondisi saya saat itu sedang lumayan lelah, karena baru pulang dari belanja bulanan. Ditambah suami belum pulang kerja, ok sip, lengkap! Digelarlah semua perlengkapan bermain cat air. Di awal saya sempat mencontohkan, bagaimana cara mengaplikasikan si tinta ke kuas, dan akhirnya bisa coret-coret di kertas gambar.
Sepuluh menit pertama berjalan lancar, sampai Jordy sudah melakukan beberapa hal di luar aturan yang tadi sudah saya kasih. Cat air sudah berpindah ke ubin, kertas gambar malah robek-robek nggak karuan, cat airnya minta dikeluarin semua dari tube. Kesal, lelah, pingin mengakhiri waktu bermain. Saya sempat ngebatin, “Bukan solusi, juga, sih Tha!. Namanya anak, masih suka coba-coba sesuatu yang dia baru temui.” Meskipuuun, saya sempat marah, juga, *__*. Akhirnya saya ikuti dulu maunya dia. Sampai datang masanya, Jordy sudah bosan dengan mainan barunya, dan beralih ke mainan yang lain.
Dan masih ada episode-episode lain yang bikin sumbu sabar saya memendek, ketika menemani Jordy main. Sampai pernah saya ada dititik, “Sebetulnya bisa nggak sih situasi ini saya atasi tanpa perlu marah-marah dan membuat suasana makin nggak enak? ” Kasihan juga si anak, karena kan memang sebenarnya usia segitu lagi besar keinginan untuk bermain dan eksplorasi.
Baca juga: 5 Jenis Permainan yang Mengasah Imajinasi Si Kecil
Beruntung saya melihat timeline instagram @rumah.dandelion, yang lagi membahas tentang mantra “Choose Your Battle Wisely”. Mantra yang bisa bantu kerungsingan para mommies menghadapi situasi chaos sama anak.
Misalnya gini, si kecil lagi main dan membuat satu area rumah berantakan banget. Sementara kita juga lagi riweh sama kerjaan rumah. Dari situasi itu, kita bisa memilih, mana yang ingin kita “permasalahkan”? Memilih untuk mempermasalahkan kamar yang berantakan atau memilih untuk menutup mata sama kondisi berantakan sambil bersyukur bahwa anak masih ada kesempatan hak bermain, sehat dan kita masih bisa mendengar suara ketawanya dari kejauhan.
Baca juga: 7 Tips Sukses Bermain ‘Akrobat’ dari para Ibu Bekerja
Lewat sambungan telepon, Nadya Pramesrani, M. Psi. ,Psikolog Keluarga, sekaligus Co-Founder Rumah Dandelion mengatakan, kalau kondisi ketika semua terasa riweh itu bisa dianggap chaos namun nggak sekadar tentang ruang yang berantakan secara fisik. Tapi ketika anak-anak lagi mau melakukan maunya sendiri yang bertentangan dengan apa yang kita harapkan sebagai orangtua, itu juga bisa disebut chaos. Mendengarkan penjelasan Mbak Nadya, saya kesentil banget, sih. Dalam kasus saya, ketika masanya anak eksplorasi, akan selalu ada adegan rumah berantakan dan bikin kita harus menarik napas panjang, betul?
Dengan “Choose Your Battle Wisely” seperti ada jaring pengaman untuk orangtua dan anak. Maksudnya, orangtua tetap terjaga “kewarasannya” karena tahu mana yang perlu diutamakan, dan anak juga masih punya “ruang” untuk bergerak. Nadya menyebutkan, harap maklum, kalau anak itu nggak bisa dibilangin hanya sekali, tapi harus berkali-kali untuk bisa melakukan sesuatu. Contohnya untuk anak usia balita, ketika diminta merapikan mainan. “Nggak bisa dikasih tahu sekali saja, karena itu merupakan tuntutan yang tidak masuk akal. Karena kita aja kalau dikasih tahu sekali, besok-besoknya bisa banget lupa. Sesuatu itu bisa rutin kita lakukan, kalau sudah terbiasa. Anak juga butuh reminder dari orangtua.”
Baca juga: Sibuk Bekerja, Bagaimana Para Ibu Bekerja Ini Mendisiplinkan Anak?
Nah, jadi wajar banget dong, kalau anak masih sering melakukan kesalahan atau melakukan sesuatu yang dia tahu nggak boleh dilakukan. Kitanya aja, orang dewasa yang suka banyak pikiran dan mau semuanya sesuai keinginan kita. Ya di pekerjaan, keluarga atau lingkungan lainnya. Yang bahaya, kalau kita sudah melampiaskan kemarahan kita itu sama anak, padahal mereka nggak tahu apa-apa sama masalah kita. Mantra tadi bisa jadi rem buat orangtua, kalau sudah mau merepet marah nggak jelas.
Baca juga: 5 Tanda Saya ‘Lelah’ Menjadi Ibu
Selain itu, kalau mau menegur anak, coba tanya dulu ke diri sendiri, “Saya menegur anak karena anak memang membutuhkan teguran atau hanya karena saya ingin membuat suasana yang nyaman untuk diri sendiri? Kalau jawaban kedua yang muncul, coba telaah lebih lanjut. Apa betul ini dibutuhkan?.”
Nggak bisa dipungkiri, ada situasi di mana kita dituntut menemani anak bermain, walau sedang dalam keadaan capek. Kalau hal ini terjadi, Mbak Nadya memberikan kiat. Pilih permainan yang less drama. Misalnya main kelas drama aja, main lego atau dibacakan buku cerita.
Dalam proses bermain atau kegiatan lainnya tersebut, adakalanya anak melakukan kesalahan. Jangan lantas marah-marah. Salah satu saran menarik dari mbak Nadya adalah, menerapkan spot bermain khusus yang nggak masalah kalau ruangan itu berantakan. “Misalnya saya waktu itu, anak-anak saya suruh main di garasi. Kalau berantakan ya sudah, saya nggak ambil pusing. Kalau lagi mood beresin saya beresin, kalau nggak mood ya saya tinggal aja masuk rumah, dan nggak lihat kekacauan di garasi itu," demikian kata mbak Nadya.
1. Orangtua kenali kondisi diri dulu, apakah lagi capek atau nggak. Apakah kita mau marah karena memang anak butuh ditegur atau karena kita hanya lagi capek.
2. Kenali juga setiap teguran yang diberikan, terutama teguran yang sifatnya berulang. Karena anak pasti akan merasa terbebani. Apakah kita menegurnya karena untuk kebaikan anak, atau untuk kenyamanan diri kita sendiri.
3. Kalau mau menegur, penting nggak nih buat ditegur sekarang? Terutama untuk anak yang usianya lebih besar. Mereka sudah bisa menjawab, dan mencari tahu lebih jauh. Kenapa begini, kenapa begitu. Kalau merasa ada hal-hal yang kita nggak suka lebih dari satu, pilih mana yang urgent untuk kita tegur duluan. adi nggak semua poin itu kita permasalahkan. Nanti anak jadi sebel, frustasi dan berujung berantem.
Baca juga: 4 Kesalahan yang Sering Dilakukan Orangtua Saat Anak Bermain
4. Kalau mau melarang anak, jangan lupa kasih alternatif. Karena ketika nggak dikasih alternatif, dan cuma bilang jangan.
Semoga drama di rumah bisa berkurang dengan mengingat “Choose Your Battle Wisely”, minimal bisa meredam emosi kalau sudah mau marah.