Di antara mommies masih ragu, mau mulai mengenalkan konsep berpuasa dari usia berapa? Yuk, simak penjelasan Irma Gustiana, M.Psi, Psi, Psikolog Anak dan Keluarga, berikut ini.
“Bunda, Bunda puasa?”
“Jordy, juga puasa niii, Bunda” (tapi pagi-pagi minta makan :p)
Demikian celotehan Jordy anak lanang saya yang berusia 3 tahun awal July nanti. Pinginnya, sih sekalian saya ajarkan konsep berpuasa, tapi ternyata dari segi usia kata Mbak Irma, belum cukup. “Pengenalan mengenai aktivitas puasa dan semua kegiatan ibadah bulan Ramadhan mulai bisa dikenalkan sejak anak usia 4-5 tahun,” begitu kata Mbak Irma. Bentuknya juga masih sederhana. Misalnya libatkan mereka pada kegiatan ibadah, kalau saya suka curi start dengan ajak Jordy sholat berjamaah, meski dari segi konsentrasi dan gerakan masuk acak-acakan, ya..hihihi. Tapi yang penting dia tahu dulu waktunya sholat, harus diawali dengan wudhu dan pakai sarung.
Baca juga: Bulan Puasa, Momen Tepat Mengajarkan Beberapa Hal Penting pada Anak
Nah, kalau untuk latihan berpuasa, Mbak Irma bilang bisa dikakukan saat mereka berusia 5-6 tahun atau semampunya anak. Indikatornya, dari kekuatan fisik. Mbak mengistilahkannya dengan puasa beduk, ingat kan, mommies? Dzuhur buka, nanti lanjut lagi sampai magrib. Karena dari segi hukum agama, sebelum akil baliq anak tidak ada kewajiban berpuasa seharian penuh.
Intinya nggak masalah kalau dilakukan bertahap, semampunya si kecil menahan rasa lapar dan haus. Dan Mbak Irma mengingatkan, penting juga memerhatikan asupan nutisi mereka, secara kan masih masa pertumbuhan juga, ya, mommies.
Selama orangtua maupun orang rumah mengenalkan konsep berpuasa pada anak. Ada beberapa hal yang perlu diingat, supaya tidak membebani mereka:
Selain itu, konsep mirroring anak juga tetap harus diingat, mommies. Kita orangtuanya, mesti mencontohkan terlebih dahulu terkait konsep puasa ini. Irma menyarankan, bisa dimulai bertahap dari kegiatan sahur. “Misalnya saat sahur, anak yang sudah siap fisiknya (tidur cukup dan tidak ada riwayat sakit tertentu) bisa diajak ikut serta untuk sahur bersama. Berikan penjelasan padanya, mengapa perlu sahur. Begitu juga dengan aktivitas buka puasa dan tarawih, semua aktivitas tersebut dicontohkan pada anak. Anak, yang tadinya hanya ikut-ikutan saja dengan pemahamannya yang terbatas, lalu biasanya anak yang kritis anak akan bertanya “kok kita gak boleh makan sih” jelaskan konsep konkritnya “iya sayang kita sedang puasam tidak boleh makan dan minum sampai magrib,” jelas Irma.
Ada kemungkinan, anak akan bertanya lagi. Di sinilah Mbak Irma menggaris bawahi. Orangtua juga perlu banyak membekali diri dengan ilmu, supaya kalau kita dihujani pertanyaan, sudah siap amunisi dengan jawaban-jawaban sederhana tapi syarat makna.
Sebagai guiding sederhana, mommies juga bisa menggunakan do and dont’s, dari Mbak Irma ini selama mengenalkan konsep puasa pada anak:
Ada yang punya cerita lainnya? Siapa tahu, kita bisa tukar informasi sesama mommies, kami tunggu, ya :)