Akan Memberikan MPASI dalam Waktu Dekat? Perhatikan 7 Hal Ini Dulu!

Health & Nutrition

Mommies Daily・25 May 2017

detail-thumb

Ditulis oleh: Agnes Erna Erawati Esti Anggota Divisi Riset AIMI Pusat

Pastikan mommies memerhatikan 7 hal ini, sebelum datang masanya memberikan MPASI untuk si kecil. 

Pertama kali anak MPASI, kasih makan apa ya?

Bagaimana menyiapkan makanannya ya?

Berapa kali dan berapa banyak dia harus makan?

Sama seperti kebanyakan ibu, masa-masa pertama kali memasuki masa MPASI bayi sangat penuh dengan pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan paling umum seperti di atas, hanyalah sedikit dari sekian banyak pertanyaan yang timbul.

Baca juga: Bahan Makanan yang Perlu Dihindari Untuk MPASI

Akan Memberikan MPASI dalam Waktu Dekat? Perhatikan 7 Hal Ini Dulu! - Mommies Daily

Bersyukur, saya berkesempatan mempelajari informasi seputar Pemberian Makanan bagi Bayi dan Anak (PMBA) sesuai panduan WHO. Prinsip pemberian MPASI menurut WHO ada 7 hal yang harus diperhatikan, yang disingkat menjadi AFATVAH.

1. Age (umur)

MPASI diberikan pada saat anak berusia 6 bulan, sesuai rekomendasi WHO dan Kemenkes RI. Pemberian MPASI dini memiliki berbagai risiko, begitu juga pemberian yang ditunda.

Baca juga: Tip MPASI Untuk Bayi Alergi

2. Frequency (frekuensi)

Awal masa MPASI, bayi perlu makan 1-2 kali sehari, kemudian secara bertahap hingga 9 bulan pemberian makan menjadi sebanyak 2-3 kali sehari, disertai 1-2 kali makanan ringan.

Usia 9-12 bulan bisa ditingkatkan menjadi 3 kali sehari dan 2 kali makanan ringan. Jangan lupa, PMBA menegaskan menyusui  tetap sesuka bayi selama masa MPASI (hingga dua tahun atau lebih).

3. Amount (jumlah/porsi)

Awal masa MPASI, bayi cukup makan 2-3 sendok makan dewasa setiap kali makan, lalu tingkatkan kuantitas secara bertahap hingga usia 9 bulan menjadi 125 ml. Pada usia 12 bulan diharapkan jumlah yang dikonsumsi bayi naik perlahan hingga 250 ml.

4. Texture (tekstur)

Tekstur makanan, pada awal pemberian adalah puree/bubur halus semi  kental. Patokan kekentalan dilihat dari makanan yang tidak langsung tumpah ketika sendok dibalik. Semakin encer makanan, semakin rendah kandungan gizinya.

Setelah beberapa minggu sampai 9 bulan tingkatkan kekentalan hingga menjadi bubur saring.

Baca juga: Kapan Sebaiknya Anak Diberikan Nasi Tim?

Mulai 9 bulan makanan berikan makanan yang dicincang halus atau yang bisa digenggam. Diharapkan pada usia 1 tahun anak bisa makan makanan keluarga.

5. Variety (variasi)

Variety atau keberagaman jenis makanan. WHO menganjurkan bahan makanan lokal dan terjangkau untuk bayi. Penting sekali memberikan bahan makanan yang bervariasi, karena tidak ada bahan makanan yang mengandung semua zat gizi. WHO mengelompokkan bahan makanan yang harus dikonsumsi bayi setiap hari menjadi empat kelompok, yaitu makanan pokok (seperti beras, ubi, singkong, kentang, dll), bahan hewani (misalnya daging, ayam, hati, ikan, telur, dll), sumber vitamin A (selain ada pada berbagai buah dan sayur, juga ada di ati dll) serta kacang-kacangan (seperti kacang merah, tahu, tempe, dll).

Baca juga: Sumber Protein, Karbohidrat & Serat untuk MPASI Perdana

6. Active/Responsive (aktif/responsif)

Artinya, bayi/anak aktif, orangtua responsif. Tidak disarankan memberi makan anak dimana anak "dikondisikan" untuk pasif, misalnya sambil jalan-jalan, menonton tv dll. Memberikan pengalih perhatian seperti itu akan membuat anak tidak menikmati proses makan dan makanannya, serta mempersulit orangtua untuk membentuk kebiasaan makan yang baik. Siapa yang tidak ingin anaknya cepat mandiri, bisa makan sendiri dan selalu kelihatan antusias dengan makanan sehat?

7. Hygiene (kebersihan)

Kebersihan menjadi faktor yang sangat penting dalam mempersiapkan MPASI. Bahan makanan harus dicuci bersih sebelum diolah, selalu gunakan bahan makanan segar, simpan makanan yang mudah busuk di kulkas. Selain cuci tangan sebelum dan sesudah memasak, jangan lupa juga untuk selalu ajak anak untuk cuci tangan bersama-sama sebelum dan sesudah makan.

Dari ketujuh poin tersebut, poin aktif responsif menurut saya merupakan yang paling "menantang" sekaligus menarik. Ketika anak mulai jenuh dan menolak makan, saya harus tetap bersikap tetap manis, sabar, tetap tersenyum, penuh perhatian dan tidak tampak stres. Awalnya memang berat tetapi perlahan-lahan saya makin memahami karakter makan anak saya, hingga ternyata hasilnya benar-benar di luar dugaan. Anak saya akhirnya mau membuka mulut, makan dengan bahagia dan habis 1 porsi makan.

Yang utama dari menjadi responsif adalah mencari tahu apa penyebab anak tidak mau makan, agar kita bisa mencari solusi yang sesuai. Misalnya, saat sedang travelling, terkadang suasana tempat yang baru membuat anak tidak nyaman, atau dia bosan dengan menu makan yang itu-itu saja.

Sekali waktu, anak saya tidak mau membuka mulut dan ternyata dia hanya menginginkan sendok yang berbeda. Yang biasanya dia makan dengan sendok makannya sendiri, kali itu dia ingin makan dengan menggunakan sendok makan orang dewasa!

Sering-sering bereksplorasi, membuat suasana makan yang nyaman namun tanpa mengalihkan perhatiannya dari kegiatan makan dan makanannya, akan sangat membantu kita bukan hanya memenuhi kebutuhan gizinya, namun juga membentuk kebiasaan makan yang baik bagi anak.

Selamat menikmati masa-masa memberikan MPASI, mommies :)