Ditulis oleh: Azza Waslati
Sering mendengar keluhan bahwa laki-laki gentleman makin lama makin seperti badak Sumatera? Langka, maksudnya.
Sebagai perempuan, kita diharapkan untuk menjadi Superwoman, sementara laki-laki boro-boro mau pakai kolor di luar alias menjadi Superman. Namun, daripada mengeluh bahwa dunia kekurangan laki-laki baik, bagaimana kalau mulai mendidik anak lelaki kita agar perilakunya bisa menggambarkan sikap gentleman yang kita harapkan?
1. Kejujuran
Nampaknya ini hal yang sepele, namun kemampuan untuk berkata jujur adalah hal yang sulit kita terapkan bahkan sebagai orang dewasa. Kapan terakhir kali mengaku sama bos kalau kita telat datang bukan karena macet tapi karena ketiduran? Ajarkan pada anak bahwa ucapan dan tindakan harus sesuai, karena ketidakjujuran itu mengkhianati hati nurani.
2. Kesetaraan gender
Patriarki tidak cuma merugikan perempuan, namun juga kaum lelaki sendiri. Laki-laki dituntut untuk menjadi keras, tegas, tidak boleh menangis, tidak boleh main boneka, juga tidak boleh curhat. Beritahu anak laki-laki bahwa anak perempuan boleh main bola dan anak laki-laki tidak apa memakai baju dengan warna pink. Melihat manusia apa adanya, bukan dari gendernya, jangan melihat orang berdasarkan penampilan dan tidak membatasi satu sama lain karena semua orang punya hak, akan melatih si anak menjadi manusia yang adil. Kelak saat dia punya pasangan, dia tak akan memperlakukan pasangannya sebagai properti seperti yang banyak dilakukan lelaki sekarang. Ia akan menghargainya sebagai manusia yang punya pemikiran dan perasaan sendiri. Ajar anak untuk menghargai pendapat orang lain.
Baca juga:
Masalahkah Saat Anak Laki-laki Bermain Mainan Anak Perempuan?
3. Sopan santun
Nah, berapa banyak di antara kita yang sering bilang, “anak sekarang nih ya,” atau “dasar millenials!”? Sadar nggak sih, dengan terhubungnya kita ke dunia digital, kerap kita tak sadar bahwa di keseharian jadi kurang bersosialisasi? Ini mempengaruhi dalam melakukan hal-hal mendasar yang berhubungan dengan sopan santun. Contohnya, mengucapkan permisi, maaf, dan terima kasih. Jangan lupa ajarkan anak untuk bersikap sopan, sama seperti dulu orang tua mengajari kita.
4. Keberanian
Masih ingat cerita tentang raja yang telanjang namun tak satu pun orang di sekitarnya yang berani bilang hal seperti itu? Kebanyakan orang memang menghindari konflik atau situasi tak nyaman. Kebanyakan orang juga lebih suka main aman jadi pengikut dibanding jadi pemimpin. Namun, kalau ingin anak menjadi gentleman, kita harus memberitahu bahwa menjadi berani itu penting, apalagi saat harus membela kebenaran dan keadilan. Berani bicara, berani bertindak, berani bertanggung jawab dan menerima konsekuensi. Bayangkan betapa banyaknya masalah yang bisa diselesaikan dengan menjadi berani.
5. Merespon bukan bereaksi
Anak lelaki sering berkelahi karena dipancing temannya, entah karena ejekan atau urusan fisik. Ajarkan anak sedari dini bahwa untuk menjadi pribadi yang baik, ia tak boleh meniru tindakan buruk orang yang dilakukan padanya. Bahwa kita bisa memilih untuk tetap baik bahkan saat orang lain tidak baik. Ajarkan anak untuk berpikir dan merasa, kerjasama antara otak dan kompas moral di hati, sebelum melakukan sesuatu. Kebanyakan orang bereaksi otomatis ketika satu hal buruk terjadi. Kalau begitu, apa bedanya kita dengan remote TV yang berubah saat tombolnya dipencet?
6. Bicara baik atau diam
Tentu sulit bagi anak-anak untuk tidak berkata buruk, memaki, atau hal sejenisnya bila sebagai orangtua kita sendiri masih kelepasan melakukannya. Nasihat dari film Bambi ini perlu diimani lebih banyak orang, “If you can’t say something nice, don’t say anything at all.” Mengucapkan kata-kata buruk dan kasar itu nggak keren, justru terlihat menyedihkan dan tidak berpendidikan.
7. Words are cheap
Terganggu dengan mudahnya orang membuat janji lalu mengingkarinya? Atau cerita tentang lelaki manipulatif yang memanfaatkan perempuan untuk keinginannya saja? Tunjukkan pada anak bahwa lidah memang tak bertulang, namun kata-kata harus bisa dipegang. Dan cara terbaik dalam membuat pernyataan adalah dengan bukti, bukan sekadar omongan. Jadi, biasakan untuk tidak menggampangkan omongan sendiri agar anak lelaki kita tidak menirunya. Bekerjalah dengan keras untuk mengajarkan pada anak bahwa untuk mendapatkan sesuatu kita harus berusaha maksimal, bukan sekadar bilang ingin. Bangunlah pagi dan miliki rutin yang teratur bila ingin anak disiplin waktu dan bisa mengatur hidupnya sendiri.
Baca juga:
Cara Mengajarkan Integritas Pada Anak
Orangtua kerap lupa bahwa sebelum menuntut anak menjadi manusia baik, berguna, bermanfaat bagi nusa bangsa, keluarga, dan agama, kita juga harus menjadi semua harapan tadi. Cara terbaik mendidik anak adalah dengan memberi contoh. Jadi, bagaimana si anak lelaki tersayang bisa jadi gentleman kalau kita sendiri belum gentlewoman?